Jumat, 17 April 2009

MENGHARAP RIDHA ALLAH

Saudaraku,... Apakah Anda pernah menyadari bahwa kekuatan terbesar seorang muslim untuk mendekat kepada Tuhannya adalah ridha Allah SWT terhadap kehidupan yang ia jalani? Untuk mengetahui kekuatan ini seseorang haruslah mampu mengenali dirinya sendiri, terutama tujuan hidupnya. Apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup ini dan apa saja yang telah kita lakukan untuk mencapainya? Berhati-hatilah menentukan tujuan hidup Anda, karena masa depan akhirat Anda bergantung kepada tujuan-tujuan tersebut. Tujuan kehidupan manusia dibedakan menjadi dua bagian. Bagian pertama, tujuan tersebut diletakkan pada sisi keduniaan. Hal-hal yang melingkupi bagian ini adalah kecenderungan yang besar kepada perkara-perkara duniawi. Maka perbuatan-perbuatan maupun amalan ibadah yang dilakukan pada akhirnya selalu berujung pada pengharapan kepada makhluk dan nilai-nilai kebendaan yang fana. Dan orang-orang yang selalu berkutat dengan tujuan-tujuan ini tidak akan merasa terpuaskan, walupun seluruh dunia sudah berada di dalam genggamannya. Yang lebih menakutkan lagi, ridha Allah tidak pernah melingkupi tujuan-tujuan ini. Sedangkan pada bagian yang kedua, tujuan-tujuan tersebut diletakkan pada sisi akhirat. Seseorang yang menetapkan tujuan hidupnya pada bagian ini akan memiliki kecenderungan yang kuat kepada Tuhannya. Diantaranya diwujudkan dalam amalan-amalan akhirat yang intens. Tujuan-tujuannya senantiasa berkaitan dengan keridhaan Allah. Apa yang dilakukan hari ini maupun esok hari haruslah seirama dengan kehendak-kehendak Allah. Sehingga amal perbuatannya akan terpelihara dari kesia-siaan. Abdul Wahid bin Zaid ra berkata, “Ridha merupakan merupakan pintu Allah yang terbesar, surga dunia, dan kenyamanan para ahli ibadah.” Ungkapan ini memiliki tiga alasan yang menjelaskan mengapa orang yang beriman sangat mengharapkan ridha Allah terhadap kehidupan yang mereka jalani. Alasan yang pertama menyebutkan bahwa ridha Allah adalah pintu Allah yang terbesar. Pintu ini mendekatkan seorang hamba dalam penghambaannya kepada Sang Khaliq. Renungkanlah bagaimana ridha Allah SWT melingkupi hamba-hamba-Nya. Seorang muslim harus mampu menepati perjanjiannya dengan Allah terhadap kebenaran yang datang dari Tuhannya. Bersamaan dengan ketaatan ini, maka Allah akan meridhai setiap helaan nafasnya. Dan ketika Allah memberikan pintu ridha-Nya, maka tidak ada sesuatu hal pun yang mampu membuatnya bersedih. Kesusahan dan kepayahan hidup yang ia alami seperti garam yang terlarut dalam lautan, kesusahan tersebut tenggelam dalam kesenangan mendapat perhatian dari Tuhannya. Kedekatan dengan Allah dan ridha yang menyertainya jauh lebih besar dari penderitaan yang dialami manusia. Sehingga baginya tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada kedekatan dengan Allah SWT. Pada tingkatan yang lebih tinggi, seorang muslim bahkan tidak peduli apakah ia akan masuk neraka atau surga. Karena baginya keridhaan Allah SWT jauh lebih mahal dan bernilai daripada keindahan-keindahan surga. Karena ia pun mengetahui bagi hamba Allah yang mampu meridhai setiap ketetapan Allah dengan baik dan Allah pun ridha dengan penghambaanya, maka Allah akan memberikan kepadanya nikmat yang jauh lebih besar dan menyenangkan daripada surga. Kebahagiaan itulah yang sebenarnya sangat diharapkan oleh setiap muslim di dunia. Alasan yang kedua menyebutkan bahwa ridha Allah adalah surga dunia. Sesungguhnya apabila Allah SWT telah berketetapan memberikan kekuatan ridha kepada hamba-Nya, maka dunia tidak akan mampu menekan hidupnya. Ia hanya melihat dunia sebagai kesenangan-kesenangan yang diberikan oleh Tuhannya. Ia hanya menemukan dunia sebagai rangkaian kebahagiaan. Meskipun dalam pandangan orang lain ia tampak sebagai orang yang kekurangan. Jika ia adalah orang yang miskin dalam pandangan dunia, maka ia adalah orang miskin yang berkecukupan dengan hartanya yang sedikit. Demikian juga apabila ia memiliki harta yang berlimpah, maka hartanya sungguh tidak akan membebani dirinya. Orang yang ridha terhadap keputusan maupun ketetapan Allah dan Allah pun ridha terhadap terhadap dirinya, maka surga dunia akan melingkupi setiap sisi kehidupannya. Hidupnya dipenuhi dengan kebahagiaan dan barokah yang tidak ada henti-hentinya. Sedangkan alasan yang ketiga menyebutkan bahwa ridha merupakan kenyamanan ahli ibadah. Sebagian besar saudara kita belum benar-benar menyadari tentang kenyamanan maupun kegelisahan yang akan mendatangi kehidupan ibadah mereka. Keridhaan manusia terhadap kehidupan yang sedang mereka jalani akan memberikan kenyamanan dan kedamaian saat mereka beribadah kepada Allah, baik ibadah yang terkait langsung dengan Allah maupun ibadah-ibadah yang berhubungan dengan manusia. Ada semacam jaminan bahwa ketika mereka ridha dengan ketetapan Tuhannya, maka kehidupan mereka akan dijaga oleh Tuhannya. Tentang bagaimana Allah menjaga kehidupan mereka, hanya mereka sendiri yang mengetahui. Sekarang saya ingin mengajak Anda mengkondisikan diri Anda dalam kenyamanan beribadah kepada Allah. Yang pertama, Anda yakinkan diri Anda bahwa setiap hari, termasuk hari ini, Anda tidak pernah kekurangan nikmat dari Allah. Lalu selanjutnya pikirkanlah mengenai ibadah-ibadah yang Anda lakukan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dan yang terakhir, buatlah kesimpulan atas diri Anda dalam kedudukannya sebagai hamba Allah. Saudaraku, ... Perasaan nyaman dalam setiap kondisi baik itu yang berkaitan dengan kehidupan rohani maupun jasmani, bergantung kepada perasaan berkecukupan pada setiap manusia. Semakin kuat kesadaran terhadap kenikmatan atau kesenangan yang diperoleh maka perasaan nyaman terhadap hidup yang sedang dijalani pun akan semakin kuat. Dalam hubungannya dengan kenyamanan beribadah kepada Allah, faktor ini mutlak harus dipenuhi. Ketika Anda mengerjakan shalat atau berdizikir, maka pusatkanlah setiap kesadaran tehadap kekuasaan Allah yamg membuat Anda mampu melakukan amal perbuatan tersebut. Bergembiralah terhadap kekuatan iman dan Islam Anda, kemampuan finansial Anda, kesehatan Anda maupun keluarga Anda yang menyenangkan. Apabila kesadaran ini sudah sangat mengakar di dalam hati kita, maka shalat, dzikir, puasa maupun ibadah-ibadah yang lainnya akan terasa sangat menyenangkan. Sudahkah Anda memikirkan amal perbuatan Anda hari ini atau hari-hari sebelumnya atau pada masa yang akan datang? Mata hati Anda akan selalu menemukan keridhaan Allah di setiap sisi kehidupan Anda. Sungguh Anda tidak akan merasa susah ketika sampai pada titik ini. Ketika Anda shalat, maka tanamkanlah dalam hati Anda bahwa saat ini tidak ada yang dapat mengganggu Anda berdekatan demgan Allah. Ayolah sampaikan pada Allah apa yang membebani hidup Anda. Allah pasti tidak akan keberatan melepaskan beban Anda atau menggembirakan hidup Anda atau menghilangkan kedukaan Anda. Jadikanlah shalat Anda tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban menegakkan agama Anda, tetapi jadikanlah pula sebagai kegembiraan bagi Anda berdekatan dengan Allah. Ingatlah, apabila Anda bergembira berdekatan dengan Allah, maka Anda pun akan bergembira menjalani kehidupan Anda. Karena Allah tidak akan membiarkan dunia membebani orang-orang yang bergembira berdekatan dengan-Nya. Jadikanlah juga puasa Anda sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah secara penuh. Pada saat Anda berpuasa sebenarnya Anda diajak untuk mengenali diri Anda sendiri, yang pada akhirnya akan menuntun Anda untuk mengenali Allah dan sifat-sifat-Nya. Bukankah ketika Anda berpuasa Anda merasa lemah dan tidak bertenaga hanya karena hari itu Anda tidak diperboleh makan dan minum hingga waktu berbuka tiba? Dan bukankah saat itu pula Anda lebih mudah mengenali Allah dan kebesaran-kebesaran-Nya? Bahwa Allah tidak seperti makhluk-Nya. Allah berkuasa untuk membuat Anda lemah dan tidak berdaya, dan Allah juga berkuasa untuk membangkitkan Anda dari kepayahan. Pada titik inilah Anda seharusnya mampu mengenali tujuan-tujuan Anda. Dan menanyakan kepada diri Anda sendiri apakah ibadah-ibadah yang Anda lakukan mengarahkan diri Anda kepada tujuan-tujuan tersebut. Proses perenungan itulah yang harus benar-benar kita pahami. Hal ini pada akhirnya akan mengarahkan Anda kepada kesimpulan mengenai kedudukan Anda sebagai hamba Allah. Menjadi hamba Allah berarti Anda menerima dengan kegembiraan apa pun yang ditetapkan Allah bagi Anda. Anda tetap shalat dengan kerinduan yang menggebu-gebu kepada Allah ketika Anda kepayahan menjalani hidup ini. Anda tetap berpuasa dengan cinta yang meluap-luap kepada Allah, ketika tubuh Anda didera masalah yang tidak pernah berhenti. Dan Anda juga tetap berada di jalan-Nya meskipun hari ini Anda adalah seorang fakir yang terlantar. Tetapi jika Anda menemukan diri Anda tidak sepenuhnya menerima ketetapan Allah yang diberlakukan bagi Anda dan hamba-hamba-Nya yang lain, maka perbaikilah hubungan Anda dengan Allah. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan Allah maka Allah akan menyempurnakan hubungannya dengan manusia. Barangsiapa memperbaiki apa yang dirahasiakannya maka Allah akan memperbaiki apa yang dilahirkannnya (terang-terangan).” (HR. Hakim ). Para sahabat Rasulullah Saw adalah pribadi yang benar-benar paham tentang kekuatan ridha. Karena itu pula, kita mengenal mereka sebagai kekuatan Islam yang luar biasa. Mereka mencintai Allah, mereka mencintai utusan-Nya, mereka mencintai jalan-Nya, mereka mencintai keputusan-Nya dan mereka juga mencintai ketetapan-Nya. Hal ini setidaknya dapat terlihat dari ucapan-ucapan mereka. Abu Darda ra. pernah mengungkapkan bahwa apabila Allah menetapkan suatu keputusan, Ia menyukai bila keputusan-Nya itu diridhai oleh manusia. Senada dengan Abu Darda ra, Ibnu Mas’ud ra berkata, “Sesungguhnya berkat kebijaksanaan dan keadilan-Nya, Allah menjadikan ketentraman dan kegembiraan berada dalam keyakinan dan ridha, dan menjadikan kegundahan dan kesedihan berada dalam keraguan.” Sedangkan Umar bin Khaththab ra berkata, “Sesungguhnya semua kebaikan itu terletak pada ridha. Jika engkau memiliki kemampuan untuk meraihnya, maka raihlah ridha itu; dan jika engkau tidak mampu, maka bersabarlah!” Saudaraku,... Cintailah Allah dengan mencintai ketetapan dan keputusan-Nya. Ridhailah apa yang diberlakukan Allah bagi Anda, maka Allah pun meridhai kehidupan Anda. Dan ketika Allah meridhai hidup Anda, sungguh Anda adalah orang yang paling kaya. Dalam keadaan seperti itu, Anda seperti memperoleh kekuatan yang akan menegakkan punggung Anda dan menguatkan pijakan Anda pada jalan yang lurus. Selanjutnya dengan kekuatan ridha yang luar biasa tersebut, Anda dapat berjihad menegakkan Islam kapanpun dan dimana pun Anda berada. Dan tetaplah tersenyum saudaraku. Allah SWT akan memberikan balasan yang menyenangkan bagi Anda.

MENELUSURI AYAT AYAT ALLAH

Saudaraku,… Kita sudah lama berbicara tentang kebenaran dan badan pun terasa mulai lunglai. Kita telah berjalan dan berlari mengibarkan bendera Islam melewati jalan yang rata, jalan yang tidak rata, lembah yang curam bahkan sungai dan lautan yang dalam. Sebagian dari saudara kita tidak mampu meneruskan perjalanan, seperti terhenti seketika lalu kembali ke tempat asalnya atau meninggal dunia dengan kebanggaan berjihad di jalan-Nya. Sebagian lagi dengan jumlah yang sangat sedikit melanjutkan perjalanan demi kecintaan mereka kepada Tuhan-Nya, Allah Azza wa Jalla. Karena itulah saya mengajak Anda dan saudara-saudara kita yang lain bersyahadat kembali, agar untuk kesekian kali kekuatan iman kita berlipat-lipat. Dan untuk menambah kekuatan tersebut, marilah kita berpikir sejenak tentang ayat-ayat Allah. Saya yakin apabila kita mampu menghimpun energi dari setiap ayat-ayat Allah tersebut, maka kekuatan kita untuk menegakkan Islam menjadi lebih besar dan mampu memberikan pengaruh yang berarti bagi lingkungan yang bersangkutan. Al-Qur’an mendefinisikan ayat-ayat Allah dengan berbagai pengertian yang dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu, ayat-ayat kauliyah dan ayat-ayat kauniyah. Yang dimaksud ayat-ayat kauliyah adalah ayat-ayat dalam pengertian sebenarnya sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an. Ia berupa firman-firman Allah kepada Nabi Muhammad Saw dan umatnya, tidak terkecuali untuk manusia generasi sekarang. Kita tidak akan berbicara banyak tentang ayat-ayat kauliyah, hanya sebagai gambaran bahwa di dalam ayat-ayat ini terdapat mukjizat yang luar biasa. Apabila Anda mampu mengambil hikmah dan pelajaran di dalamnya, maka Anda akan memperoleh pertolongan yang sejati. Banyak pemikir-pemikir muslim yang menyandarkan gagasan-gagasannya berdasarkan kandungan Al-Qur’an. Karena itulah, Al-Qur’an disebut sebagai Kitab Pengetahuan Terbesar. Sedangkan yang dimaksud yang dimaksud ayat-ayat kauniyah adalah ayat-ayat Allah yang tidak tertulis. Ayat-ayat ini biasanya berupa fenomena alam dan gejala perubahannya yang menunjukkan kepada kebenaran dan keberadaan-Nya. Tetapi sayangnya, tidak semua orang mampu menemukan dan membaca ayat-ayat tersebut. Allah menegaskan bahwa hamba-Nya yang mau berpikir tentang ciptaan-Nya sajalah yang mampu mengambil hikmah dan pelajaran tersebut. Pada pembicaraan ini kita akan mengupas lebih lanjut tentang ayat-ayat kauniyah yang banyak tersebar di seluruh penjuru alam semesta ini. Berpikir tentang ayat-ayat ini adalah berpikir tentang tanda-tanda kekuasaan-Nya dan kebenaran yang menyertai firman-firman-Nya. Apa saja yang melekat pada diri seorang manusia maupun lingkungan yang bersangkutan memberikan pelajaran yang baik. Pada dasarnya manusia sangat dekat dengan ayat-ayat Allah bahkan dirinya sendiri adalah bagian kecil dari ayat-ayat tersebut. Maka dari itu, apabila Anda hendak mencari ayat-ayat yang tidak tercatat dalam Al-Qur’an, pertama kali yang harus Anda lakukan adalah mengenali diri Anda sendiri. Setidaknya Anda harus mengetahui asal mula kejadian Anda, dan mengapa Allah memulai perjalanan kehidupan Anda dari setetes air yang hina. Lalu kembangkanlah pertanyaan ini menjadi seribu pertanyaan tentang kesempurnaan Anda sebagai makhluk-Nya yang terhormat. Percayalah Anda akan menemukan bahwa Allah adalah kreator sejati di alam semesta ini. Setelah Anda mampu mengenali diri Anda sendiri (baik yang buruk dan baik), maka tahap selanjutnya Anda harus mampu membaca tanda-tanda yang ditampakkan Allah bagi Anda. Tetapi sebelumnya, yakinkan dulu pada diri Anda bahwa keimanan yang berada dalam diri Anda akan membuka hijab yang menghalangi Anda. Karena Allah akan menunjukkan tanda-tanda-Nya hanya kepada hamba-Nya yang beriman. Dan selama iman itu tidak tertanam kuat dalam hati Anda, maka yang Anda lihat hanyalah sekedar benda-benda duniawi. Anda tidak akan mampu menemukan dan membaca kebenaran Allah dari benda-benda tersebut. Karena itu pulalah, Anda semestinya menanamkan keimanan pada setiap sudut hati Anda sehingga ayat-ayat-Nya akan tampak jelas bagi Anda. Sudah saatnya bagi Anda membuka mata lebih lebar dan membuka pikiran Anda lebih tajam. Lalu carilah ayat-ayat Allah yang bertebaran di seluruh semesta ini dengan semangat yang menggelora. Saya akan mengantarkan Anda menemukan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Saudaraku... Apabila Anda memiliki waktu luang, maka pergilah ke taman terdekat yang banyak pepohonannya. Anda cukup duduk di bangku taman dan memperhatikan apa yang terjadi dengan lingkungan di sekitar Anda. Saya ingin Anda memperhatikan daun yang masih melekat di dahannya maupun yang jatuh berserakan di sekitar Anda. Daun tersebut memiliki bentuk, warna dan ukuran yang berbeda-beda. Bukankah inilah yang membuat Anda betah berlama-lama berada di taman tersebut? Perhatikan pula bagaimana daun-daun itu jatuh dari tangkainya. Sebagian ada yang jatuh di kolam ikan, di tangkai-tangkai mawar, sebagian lagi jatuh di ubin keramik yang indah, dan sisanya jatuh digenangan lumpur. Lalu perhatikan juga bagaimana kondisi daun-daun yang berjatuhan tersebut. Bukankah daun yang berjatuhan tidak hanya daun yang kering, bersamanya berjatuhan pula daun yang masih muda. Ini adalah ayat-ayat Allah yang ditampakkan bagi Anda. Sudahkah Anda berpikir tentangnya? Sesungguhnya daun-daun tersebut adalah perumpamaan kehidupan manusia. Jika sebuah taman menjadi sangat indah karena adanya keragaman warna maunpun bentuk daun tanaman-tanamannya, maka demikian pula hidup ini. Ia menjadi indah karena keanekaragaman pemikiran para penghuninya. Ini juga mengandung pengertian bahwa kita tidak boleh memaksakan kebenaran-kebenaran yang kita yakini kepada orang lain. Karena hakekatnya, kebenaran satu akan menuntun kepada kebenaran-kebenaran yang lain pada arah yang sama. Anda tidak perlu khawatir tentang kelangsungan kebenaran yang Anda miliki, karena ia tidak akan tergerus oleh zaman yang semakin tua. Daun-daun itu juga menunjukkan kepada kita tentang kehendak-kehendak Allah yang tidak bisa ditolak. Ia mengajarkan kepada kita bagaimana harus menyikapi kematian. Walaupun Anda sekuat Superman atau Gatotkaca bahkan sekaya milyuner dunia, sungguh Anda tidak akan mampu menyurutkan langkah kematian untuk menjauhi Anda. Bukankah daun-daun itu memberi pemahaman kepada Anda bahwa Anda tidak akan pernah mengetahui akhir perjalanan hidup Anda. Apakah seindah ketika dedaunan tersebut jatuh di tengah harumnya bunga mawar, dan berkilaunya ubin keramik atau bahkan akhir hidup Anda seburuk ketika dedaunan tersebut jatuh digenangan lumpur. Apabila Anda memikirkan dedaunan tersebut dengan hati Anda, maka Anda akan mempersiapkan bekal perjalanan hidup Anda sebaik-baiknya. Saudaraku,... Setelah Anda sibuk mencari makna dari dedaunan, saya anjurkan Anda memperhatikan bebatuan yang berada di tepian jalan raya maupun jalan setapak yang sering Anda lalui. Letaknya yang tidak beraturan seperti hendak menunjukkan kalau ia bukanlah bagian dari perencanaan yang besar. Bayangkanlah kalau kerikil-kerikil itu berada di tengah jalan. Apakah kendaraan yang melewatinya berhenti kemudian menyingkirkannya ketepian. Tentu saja kerikil-kerikil itu dilindas dengan begitu saja oleh kendaraan-kendaraan yang berlalu-lalang. Lalu bayangkanlah pula yang berada di tengah jalan itu adalah sebuah batu yang besar. Tentu saja, kendaraan yang lewat akan berhenti untuk menyingkirkannya. Bahkan mereka akan berpikir ulang untuk menempatkannya sembarangan. Pernahkah Anda berpikir bagaimana batu tersebut memberikan manfaat? Tengoklah taman-taman yang berada di Jepang. Pada taman-taman tersebut batu dengan ukuran yang cukup besar mendominasi pada setiap sudutnya. Sehingga kita pun percaya bahwa batu itu membuat taman-taman di Jepang terlihat sangat menakjubkan. Sudahkah Anda mengerti apa yang hendak Allah ungkapkan kepada Anda melalui batu-batu tersebut? Sesungguhnya batu-batu itu memberi pelajaran kepada Anda bagaimana menjadi muslim yang baik. Pilihannya tergantung kepada Anda, apakah hendak menjadi muslim dengan iman seringan kerikil atau menjadi muslim dengan iman seberat batu besar. Apabila Anda memutuskan untuk beriman kepada Allah dengan iman seringan kerikil, maka Anda harus waspada dengan iblis dan kroco-kroconya yang berlalu lalang di sekitar Anda, bahkan mungkin juga bercakap-cakap dengan Anda. Iblis itulah yang akan membuat iman Anda terpelanting kesana kemari sesuai dengan kehendak-kehendaknya. Bahkan jika sang iblis menghendaki Anda untuk menginjak-nginjak Islam, maka Anda akan menurutinya begitu saja. Tujuannya sangat jelas, yaitu ia hendak menyesatkan Anda pada jalan gelap yang tidak berujung. Kecuali jika iman Anda yang seringan kerikil itu diletakkan bersama-sama bebatuan yang lain pada sebuah taman yang indah. Dalam keadaan seperti itu maka iman Anda akan belajar kepada lingkungannya untuk menjadi muslim yang baik. Ia akan belajar kepada batu-batu besar maupun batu artifisial untuk memupuk kekuatan imannya pada tingkatan yang lebih baik. Ia juga akan belajar kepada tanaman-tanaman hias bagaimana mensinergikan setiap potensi yang dimiliki untuk menciptakan taman yang indah. Sebaliknya, jika iman Anda seperti batu yang besar maka berbahagialah karena iblis tidak akan mampu menyesatkan Anda. Bahkan dunia pun akan tunduk terhadap keinginan-keinginan Anda. Iman Anda akan mampu menciptakan pribadi maupun lingkungan yang mengagumkan. Saudaraku,... Allah SWT berfirman, “Allahlah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. ( QS. Ar-Rad: 2-4). Alam semesta ini menyimpan banyak sekali ayat-ayat Allah yang menunggu untuk Anda akrabi. Perhatikanlah sekeliling Anda. Dan ingatlah, seremeh apapun benda yang Anda temukan, ia tidaklah diciptakan Allah SWT dalam kesia-siaan. Renungkanlah bagaimana makhluk-Nya mengalami metamorfosis dalam kehidupan. Mengapa pula Allah mencipatakan akhir perubahan tersebut pada titik yang terbaik? Apakah Anda tidak pernah keheranan mengetahui kupu-kupu yang indah berasal dari ulat yang menjijikan? Apakah Anda juga tidak pernah memikirkan bahwa pigura yang Anda beli di pasar seni berawal dari limbah pabrik yang tidak memiliki nilai? Apakah Anda juga tidak berpikir tentang kendaraan yang mengantarkan Anda ke tempat kerja? Apakah Anda tidak memikirkan bagaimana kendaraan tersebut mensinergikan roda-rodanya? Selanjutnya, silahkan Anda temukan ayat-ayat Allah lainnya yang menunggu untuk Anda kenali dengan baik. Cobalah untuk sekali lagi bukalah hati Anda lebih dalam. Saya berharap dengan kasih sayang Allah SWT, Anda akan diperkenankan mengenal dengan sangat baik ayat-ayat-Nya. Saya berharap dengan keagungan-Nya Anda akan diberikan arah menemukan ayat-ayat-Nya. Amiin !

MEMBANGKITKAN KEKUATAN SYAHADAT

Saudaraku… Belakangan ini banyak kejadian di kalangan umat muslim yang melukai hati kita. Sebagian saudara kita telah menganggap sepele persaksian atas keesaan Allah SWT dan kebenaran Muhammad Saw sebagai utusan-Nya. Syahadat yang diucapkan lambat laun menjadi sangat buruk bahkan kemudian tidak memiliki makna sama sekali. Inilah yang menjadi alasan utama bagi kita untuk memurnikan dan menemukan hakekat-hakekatnya. Kalimat syahadat adalah sebuah persaksian atau pengakuan kebenaran manusia bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad adalah utusan Allah. Seseorang yang dengan sukarela dan sepenuh hati mengucapkan kalimat syahadat maka ia harus menetapkan diri dalam Rukun Iman yang selanjutnya, seperti mengerjakan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan mengerjakan ibadah Haji apabila mampu. Selain itu ia juga tidak boleh memalingkan wajahnya dari Rukun Iman (Iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada utusan-utusan Allah, iman kepada hari akhir dan iman kepada ketentuan dan ketetapan Allah). Sesungguhnya apabila syahadat Anda semakin kuat tertanam di hati Anda, maka iman dan amalan ibadah Anda akan semakin hebat mempengaruhi kualitas hidup Anda. Apabila syahadat Anda seperti tanaman yang lapuk akarnya, maka waspadalah. Karena iblis akan menyerang Anda dengan dunia dan kesenangan-kesenangannya. Dan inilah yang akan membuat Anda dan saudara-saudara kita kehilangan keseimbangan untuk menegakkan Islam. Karena itu apabila Anda hendak bersyahadat maka jadikanlah syahadat Anda sekokoh gunung, sedalam samudra, dan seluas langit. Sesungguhnya apabila syahadat Anda sekokoh gunung, maka iblis pun gentar mendekati Anda. Apabila iblis hendak meniup syahadat Anda dengan godaan-godaannya, maka tiupannya akan kembali kepadanya berupa angin topan yang sangat keras. Ketahuilah, kalimat syahadat Anda tidak akan runtuh oleh terpaan petir, hujan maupun badai yang sangat kencang. Apapun yang menekan hidup Anda tidak akan mampu melemahkan syahadat Anda. Ia akan menegakkan ibadah duniawi dan akhirat Anda, menguatkan pijakan Anda pada jalan kebenaran dan menguatkan akar cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sesungguhnya apabila kalimat syahadat Anda sedalam samudra, maka Anda dapat menampung air bah dari seluruh dunia dalam ketaatan yang sebenarnya. Dan dengan ketaatan itulah Anda akan mampu mengendalikan dunia dan nafsu yang menyertainya ke dalam syahadat Anda. Dunia tidak akan mampu menundukkan dan menenggelamkan Anda ke dalam genangan-genangannya. Tetapi jika syahadat Anda layaknya sungai yang dangkal, maka air bah dunia akan menenggelamkan Anda hingga Anda tidak sempat bernafas, lalu Anda kehilangan eksistensi di dunia ini. Yang dimaksud dengan eksistensi di sini adalah Anda berada di dunia ini bukan untuk kebingungan mencari tujuan, tetapi memantapkan diri dengan semua potensi yang Anda miliki untuk mencapai tujuan-tujuan Anda. Dan tujuan-tujuan itu akan semakin menjauh apabila Anda sendiri terlena oleh kesenangan dunia yang datang kepada Anda. Pada titik akhir Anda akan kehilangan semangat kalimat syahadat yang Anda ucapkan. Jika Anda berada dalam keadaan seperti itu, maka Anda seperti menukar Tuhan dengan harta dan kemewahan. Sesungguhnya apabila syahadat Anda seluas langit, maka dada Anda pun akan terasa lapang menampung semua kotoran dunia yang membumbung kepada keyakinan Anda. Sehingga nafas Anda pun tidak terasa sesak oleh polusi yang ditimbulkannya. Bahkan karena keluasan syahadat Anda, kotoran-kotoran tersebut akan dinetralisir menjadi kepingan-kepingan kebaikan. Sebaliknya, jika syahadat Anda tidak lebih luas dari kamar pribadi Anda, maka dada Anda pun menjadi sangat sempit untuk menampung semua kotoran dunia yang memasukinya. Dan akhirnya Anda akan terkungkung oleh kotoran-kotoran tersebut. Saudaraku… Tetapkanlah syahadat Anda menjadi kalimat syahadat yang sekokoh gunung, sedalam lautan maupun seluas langit. Agar keyakinan Anda pun terpatri dengan sangat kuat di dalam tubuh Anda. Yakinkan pula dalam panca indra Anda dan perasaan Anda bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad Saw adalah kekasih dan utusan-Nya. Lalu berjalanlah di jalan yang lurus sebagai golongan orang-orang yang bersyahadat secara kaffah. Selain itu, pemahaman mengenai syahadat juga harus dilanjutkan kepada pengenalan hakekat-hakekatnya. Kalimat syahadat sebenarnya memiliki makna yang sangat luas. Ari Ginanjar Sebastian mengungkapkan bahwa kalimat syahadat apabila dipahami dengan intensif, ia akan memberikan energi yang luar bisa bagi Anda. Di dalamnya terdapat nilai-nilai yang mampu menumbuhkembangkan iman dan Islam seorang muslim. Yang pertama adalah menetapkan misi kehidupan Anda. Orang yang bersyahadat adalah orang yang dengan sepenuh hati menetapkan misi perjalanan hidup untuk mengabdi kepada Allah SWT. Persaksiannya terhadap keesaan Allah melahirkan sebuah orientasi hidup yang jelas, yaitu mengoptimalkan semua potensi untuk kebaikan diri sendiri maupun orang lain. Menempatkan Allah sebagai satu-satunya tujuan sebenarnya untuk memberi batasan-batasan yang dipenuhi oleh tujuan tersebut. Sehingga tidak dibenarkan apabila misi (sasaran) hidup ini dicapai dengan menyekutukan-Nya. Sekali lagi, misi kehidupan orang-orang yang bersyahadat adalah mengabdikan diri kepada Allah secara kaffah, dengan menjadikan diri mereka bermanfaat bagi diri mereka sendiri, keluarga, lingkungan, bangsa maupun agamanya. Sesungguhnya orang-orang yang sadar dengan tujuan-tujuan hidup ini adalah manusia yang penuh semangat mengerjakan jihad untuk meninggikan nama Allah. Apapun potensi yang melekat pada dirinya dapat dijadikan amunisi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Harta yang berlimpah, ilmu yang bermanfaat, tenaga yang berguna, hati yang bersemangat dan kekuasaan-kekuasaan adalah sedikit dari banyak potensi yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan kalimat syahadat. Dan siapapun yang mengabdikan diri kepada Allah paling baik, maka ia akan memperoleh keberuntungan yang besar. Yang kedua, membulatkan tekad untuk bersujud hanya kepada Allah. Orang-orang yang bersyahadat adalah manusia yang menempatkan Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Mereka bersujud kepada Allah dalam tiga bentuk, yaitu dengan mata hati mereka, dengan ucapan-ucapan mereka dan dengan amal perbuatan mereka. Mereka tidak akan puas apabila hanya hati mereka yang bersujud, sementara ucapan dan amal perbuatan mereka meniadakannya. Mereka juga belum bahagia, apabila hanya ucapan yang mengikuti hati untuk bersujud kepada Allah. Jika ketiganya telah sepakat untuk bersujud kepada Allah maka itulah kebahagiaan yang sesungguhnya. Ketika Anda bersujud kepada Allah, maka yakinlah Anda akan merasa sangat kaya dan tidak membutuhkan apa-apa lagi. Bersujud kepada Allah SWT berarti Anda menyerahkan diri kepada ketetapan Allah, keputusan Allah, maupun kehendak-kehendak-Nya. Apapun kesusahan dan kesenangan yang mendekati Anda, Anda tetap bersujud kepada Allah dengan kenikmatan yang besar. Anda juga tidak menganggap remeh pertemuan Anda dengan Allah ketika mengerjakan sholat, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan Anda terhadap dunia. Allah SWT berfirman, “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran : 18 ). Pernyataan Allah SWT di atas menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat memaksa kita untuk menyekutukan-Nya. Ia adalah Dzat yang Esa dan tidak berbilang, kekuasaannya lebih luas dari negara atau kerajaan manapun di dunia, dan keadilannya meliputi semua makhluk-Nya, baik yang tampak maupun tersembunyi, baik yang mukmin maupun yang kafir, yang kaya maupun yang miskin, dan makhluk-makhluk lain yang belum terpikirkan oleh kita. Maka bersujudlah kepada Allah dengan kecintaan yang besar. Yang ketiga adalah menyerap dan mengingat sifat-sifat Allah yang luhur. Orang-orang yang bersyahadat adalah manusia yang sangat mengenal Allah. Ia bersujud kepada Allah SWT karena ia mengetahui dengan pasti bahwa tidak ada sesuatu pun yang layak disembah melainkan Allah. Keimanan kepada Allah menegakkan pilar-pilar tauhid. Setidaknya terdapat 13 sifat bagi Allah yang perlu diketahui oleh orang-orang yang mengesakan-Nya. Diantaranya adalah Allah Maha Ada (Wujud), Allah Maha Terdahulu dan Tidak Berawal (Qidam), Allah Maha Kekal dan Tidak Berakhir (Baqa), Allah Maha Berbeda dari makhluk-Nya, Allah Maha Berdiri Sendiri (Qiyamuhu binafsihi), Allah Maha Esa (Wahdaniyah), Allah Maha Kuasa (Al-Qudrat), Allah Maha Berkehendak (Iradat), Allah Maha Mengetahui (‘Aliimun), Allah Maha Hidup (Al-Hayat), Allah Maha Mendengar (Samii’un), Allah Maha Melihat (Bashiirun)dan Allah Maha Berfirman (Mutakalliman). Ketiga belas sifat Allah ini harus benar-benar ditanamkan di hati, agar kekuatan syahadat yang kita ucapkan mampu memaksimalkan ikhtiar-ikhtiar kita untuk mendekati Allah. Selain itu, Allah juga memiliki nama-nama yang indah yang kita kenal dengan sebutan Asma’ul Husna. Mengingat dan mengenal Asma’ul Husna berperan penting untuk menemukan hakekat syahadat. Percayalah, orang-orang yang sangat mengenal Tuhannya dengan baik adalah pribadi yang mampu menjaga syahadatnya. Yang keempat adalah menerapkan sifat-sifat Allah dalam keseharian dengan mencontoh perilaku Nabi Muhammad Saw. Orang-orang yang bersyahadat adalah manusia yang memiliki rasa cinta yang besar kepada Allah SWT dan utusan-Nya Nabi Muhammad Saw. Mereka mengenal dan mengingat sifat-sifat Allah yang luhur, kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, tidak ada hal yang lebih baik selain Anda menjadikan diri Anda sebagai implementasi sifat-sifat Allah tersebut. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Ada (Wujud), maka tampakkanlah eksistensi Anda dalam banyaknya kebaikan yang Anda kerjakan. Ingatlah pula, bahwa keberadaan Anda akan diakui ketika Anda mampu memberikan manfaat dan daya guna terhadap lingkungan Anda. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Terdahulu dan Tidak Berawal (Qidam), maka jadikanlah diri Anda sebagai pelopor dalam segala bidang. Apapun yang Anda kerjakan jangan menciptakan hasil yang setengah-setengah. Allah SWT dan manusia-manusia yang lain tentunya lebih senang apabila apa yang Anda kerjakan merupakan karya yang terbaik. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Kekal dan Tidak Berakhir (Baqa), maka kekalkanlah kenangan dan keteladanan Anda dalam banyak kebaikan. Yakinkan pada diri Anda sendiri bahwa kebaikan yang Anda kerjakan hari ini akan mengekalkan nama Anda dalam kebaikan. Orang-orang setelah Anda akan menjadikan Anda sebagai sebuah teladan yang baik. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Berbeda dari makhluk-Nya, maka jadikanlah diri Anda sebagai pribadi yang memiliki kreatifitas yang tinggi. Anda harus menciptakan karya-karya baru yang berbeda dengan produk pada umumnya dan jangan menjadi seorang peniru dari produk yang sudah dikenal sebelumnya. Orang yang bersyahadat akan menjadikan diri mereka dan produk-produk yang mereka hasilkan berbeda dari yang pernah ada. Dan inilah yang sebenarnya sedang kita perlukan. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu bahwa Berdiri Sendiri (Qiyamuhu binafsihi), maka tanamkanlah pada diri Anda untuk tidak menggantungkan diri pada bantuan dan pertolongan orang lain. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Esa (Wahdaniyah), maka satukanlah berbagai perbedaan dalam sebuah kesatuan yang utuh. Orang yang bersyahadat menyadari bahwa perbedaan yang disatukan akan menciptakan kekuatan yang luar biasa. Ingatlah, kekuatan sepuluh orang itu jauh lebih lebih daripada kekuatan satu orang. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Kuasa (Al-Qudrat), maka jadilah seorang manusia yang memiliki banyak kemampuan dalam menjalani hidup ini. Karena kemampuan-kemampuan tersebut akan sangat membantu Anda untuk meredakan kesulitannya. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Berkehendak (Iradat), maka janganlah Anda pernah menyerah untuk mengejar cita-cita. Anda tidak akan pernah mewujudkannya selama pikiran dan seluruh tubuh Anda berhenti di jalan atau semakin lemah. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Mengetahui (Aliimun), maka tetapkanlah diri Anda sebagai pribadi yang senantiasa mencari ilmu pengetahuan. Orang yang bersyahadat tidak akan merasa puas dengan pengetahuan yang dimiliki hari ini. Ia akan mencarinya meskipun seluruh tubuh Anda terasa letih. Sehingga pengetahuan-pengetahuan tersebut akan meninggikan derajat dirinya di hadapan Allah dan sesama manusia yang lain. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Hidup (Al-Hayat), maka tetapkanlah diri Anda sebagai pribadi yang selalu menghidupkan setiap hati dan kehidupan dalam kebaikan. Orang-orang bersyahadat adalah orang yang menghidupkan semangat manusia lainnya yang telah mati dan tenggelam dalam putus asa dalam kesusahan-kesusahan. Apabila ia berada dalam kelompoknya, maka ia akan membuat kelompok tersebut bersemangat dan bergairah mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Mendengar (Sami’un), maka tetapkanlah diri Anda sebagai pribadi yang mau mendengar kebenaran-kebenaran Allah, meskipun kebenaran itu berasal dari orang kafir maupun dari mulut para pendosa. Anda juga hendaknya tidak sungkan mendengarkan setiap keluhan atau jerit kepayahan dari saudara Anda yang mengalami banyak kesusahan. Apabila Anda berketetapan menjadi pribadi yang seperti ini, maka Allah pun tidak akan sungkan untuk mendengarkan keluhan-keluhan Anda dan memberikan pertolongan-pertolongan-Nya. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Melihat, maka tetapkanlah diri Anda sebagai pribadi yang mampu melihat kebaikan-kebaikan Allah yang bertebaran di setiap sudut alam semesta. Anda juga hendaknya mampu melihat peluang-peluang yang dapat Anda manfaatkan bagi kebaikan Anda sendiri dan lingkungan sekitar Anda. Apabila Anda percaya bahwa Allah itu Maha Berfirman (Mutakalliman), tetapkanlah diri Anda sebagai pribadi yang gemar menyampaikan kebenaran-kebenaran Allah dan kebaikan yang lainya kepada saudara Anda yang lain. Diharapkan setiap kebaikan atau kebenaran yang Anda sampaikan dapat mempersempit pengaruh-pengaruh syaitan atas manusia. Demikian juga untuk nama-nama Allah yang indah (Asma’ul Husna). Orang yang bersyahadat tidak sekedar berupaya untuk menyerap dan mengingatnya saja, tetapi lebih daripada itu, ia akan menerapkan setiap kebaikan Asmaul Husna menjadi kebaikan pribadinya. Apabila Anda mampu menjadikan nama Allah yang indah ini sebagai bagian perilaku dan karakter Anda, maka Anda akan memiliki perilaku-perilaku ilahiah sebagaimana yang diberikan kepada kekasih Allah Muhammad Saw. Nama-nama Allah inilah yang harus kita terapkan dalan kehidupan keseharian kita. Nama-nama Allah seperti Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Malik, Al-Quddus, dan nama-nama indah lainnya, apabila dipahami dengan sungguh-sungguh maka ia akan mengantarkan Anda kepada kedudukan sebagai insan kamil. Yang kelima adalah menanamkan komitmen untuk memegang teguh Rukun Iman dan Rukun Islam. Orang-orang yang bersyahadat adalah orang-orang yang menanamkan komitmen yang teguh pada dirinya sendiri untuk menepati Rukun Iman dan Rukun Islam. Apabila kita telah sepakat bahwa orang yang bersyahadat adalah pribadi yang mengesakan Allah SWT dan mengakui kebenaran Muhammad Saw sebagai utusan-Nya, maka memenuhi Rukun Islam dan Rukun Iman adalah pembuktian atas pengakuan tersebut. Memenuhi dan berpegang erat kepada Rukun Iman berarti Anda beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, hari akhir dan ketetapan-ketetapan-Nya. Selanjutnya keimanan tersebut juga harus ditampilkan dalam bentuk Rukun Islam. Mengucapkan kalimat syahadat adalah bagian pertama Rukun Islam. Dan perwujudan iman ini akan menjadi lebih baik apabila pengucapan kalimat syahadat dilanjutkan dengan mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji. Berkomitmen kepada Rukun Iman bukanlah perkara yang mudah. Anda menjalani kehidupan di dunia ini layaknya melakukan perjalanan yang sangat jauh. Dan pada setiap perjalanan tersebut keimanan Anda akan menemui banyak kesukaran yang ditimbulkan oleh dunia. Kisah atau pengalaman hidup seseorang yang berakhir sebagai orang yang kufur nikmat, haruslah mampu memberikan Anda pelajaran bahwa dunia dan kesenangannya seringkali menipu mata. Apa yang tampak menyenangkan bagi Anda, bisa jadi akan membahayakan Anda. Banyak saudara kita yang menukar imannya, hanya karena wajah dan tubuh yang mempesona, harta yang berlimpah atau sekedar makanan instan. Kejadian pertukaran iman itulah yang memaksa kita untuk mengurut dada. Demikian juga halnya dengan Rukun Islam. Umat ini mungkin banyak memenuhi rukun-rukunnya, tetapi banyak pula yang tidak berhasil menemukan kebaikannya. Orang yang bersyahadat hanya memperoleh ingatan atas pengakuannya. Yang mendirikan sholat tidak memperoleh apapun kecuali rasa letih yang mendera. Yang memberikan zakat hanya menemukan hartanya berkurang dan sedikit pujian dari sesama manusia lainnya. Orang yang berpuasa hanya memperoleh lapar dan dahaga dan orang yang menunaikan haji hanya memperoleh kelelahan dan sedikit panggilan status. Berkomitmen kepada Rukun Islam dan Rukun Iman sesungguhnya adalah sebuah perjuangan yang sangat keras dan melelahkan. Hanya orang-orang yang berkomitmen kepada kalimat syahadat yang mampu meneguhkan dirinya kepada Rukun Iman dan Rukun Islam. Kita melihat mereka sebagai manusia yang memiliki kualitas pengabdian pada tingkatan yang sangat tinggi. Apabila Anda hendak menawarkan sedikit kesenangan dari dunia ini, maka Anda tidak akan pernah melihat mereka menerimanya, kecuali kesenangan-kesenangan itu memberikan kebaikan bagi agamanya. Bagi mereka mengucapkan kalimat syahadat adalah perjanjian langsung dengan Allah untuk memenuhi hati dan seluruh hidup mereka dengan iman dan Islam. Dan mereka akan terus berjuang mewujudkan perjanjian ini. Yang keenam adalah berjanji bersungguh-sungguh kepada Allah untuk memenuhi janji-janji (syahadat) dengan sepenuh hati. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bersyahadat adalah menempatkan Allah sebagai satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa dan membenarkan Nabi Muhammad Saw sebagai kekasih dan utusan-Nya. Dan pengakuan inilah yang harus selalu dipenuhi setiap muslim di setiap sudut kehidupan. Mengesakan Allah berarti menempatkan Allah di atas semua kepentingan dan kebutuhan. Ia lebih penting dari usaha-usaha Anda, pacar Anda yang menggoda, mobil keluaran terbaru, rumah megah, maupun perhiasan yang berkilauan. Syahadat yang baik akan selalu menautkan seorang muslim dengan Allah dalam setiap keadaan. Apabila ia sedang berduaan dengan pacarnya, maka syahadat akan datang untuk menjaganya dari perbuatan-perbuatan yang dimurkai Allah. Apabila ia sedang bergembira dengan usaha-usahanya maka syahadat akan mengingatkan ia untuk bersujud kepada Allah dengan ikhlas. Apabila ia sedang bersenang-senang dengan mobil keluaran terbaru, maka syahadat akan datang untuk mengingatkan tentang datangnya hari perhitungan. Apabila ia sedang berpesta dalam rumah megahnya, maka syahadat akan datang menghampirinya dengan memberi kabar dari Allah bahwa rumahnya kelak sangat sempit dan gelap. Apabila ia sedang berbangga dengan perhiasan-perhiasannya, maka syahadat akan menuntut ia untuk hidup dengan hiasan-hiasan indah yang disukai Allah, yaitu iman dan Islam. Membenarkan Nabi Muhammad Saw berarti menetapkan diri sendiri dan kehidupan yang sedang dijalani dengan kaidah-kaidah dari kekasih Allah, Nabi Muhammad Saw. Membenarkan kebenarannya tidak cukup kalau hanya sekedar mengakui statusnya sebagai utusan Allah. Pembenaran ini harus pula diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Apa yang diyakini Muhammad Saw sebagai sebuah kebenaran, maka yakinilah pula sebagai kebenaran. Apa yang disebutkan Muhammad Saw sebagai sebuah kebaikan, maka katakanlah pula sebagai kebaikan. Apa yang dikerjakan Muhammad Saw sebagai kebaikan, maka kerjakanlah pula sebagai kebaikan. Kalimat syahadat yang diucapkan haruslah dipenuhi secara kaffah. Kita tidak bisa mengesakan Allah dengan mengingkari-Nya. Kita juga tidak layak membenarkan utusan-utusan-Nya sambil meninggalkan sunnahnya. Karena itulah, apabila kalimat syahadat telah Anda nyatakan, maka tetapkanlah diri Anda untuk memenuhi janji tersebut. Insya Allah, Ia akan memberikan balasan yang baik kepada Anda. Saudaraku.... Kelima nilai-nilai kalimat syahadat seperti disebutkan di atas sesungguhnya memiliki dampak yang luar biasa. Percayalah, apabila kelima nilai-nilai ini berada dalam satu pribadi, maka kalimat syahadat yang diucapkan akan memberikan energi yang luar biasa. Ia seperti sebuah kekuatan yang menyatukan seluruh energi pada satu tempat. Kekuatan inilah yang membuat seseorang mampu menangkap ayat-ayat-Nya dan memberdayakannya bagi kesejahteraan saudaranya yang lain. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Barang siapa yang menyatakan (bersyahadat) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, diharamkan api neraka baginya oleh Allah.” Dalam kesempatan lain beliau juga bersabda, “Jika seorang mukmin membaca, ‘ Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, keluarlah dari mulutnya suatu makhluk (malaikat) dalam bentuk burung hijau (dengan) dua sayap putih yang bertaburan dengan mutiara dan yaqut, sayap yang satu berada di Masyriq (timur) dan yang lainnya di maghrib (barat) apabila dibentangkan. Terbanglah burung itu ke langit dengan disertai dengungan seperti suara dengungannya lebah, lalu oleh malaikat pendukung Arsy diperintahkan,’ Berhentilah demi keperkasaan Allah dan keaugungan-nya! ‘Jawab burung itu, ’Aku tidak akan berhenti sebelum Allah mengampuni hamba yang membaca syahadat tadi.’ Maka diberikan oleh Allah 70.000 lidah yang beristighafar bagi hamba itu sampai hari Kiamat, di mana pada hari itu malaikat akan menuntunnya melewati sirath dan memasukkannya di surga.’ “ Sesungguhnya Allah akan memberikan balasan yang baik apabila syahadat yang kita ucapkan dapat mempengaruhi seluruh anggota badan dalam kebaikan-kebaikannya. Maka, penuhilah perjanjian tersebut dengan pengabdian diri kepada Allah secara penuh. Dan kita kelak akan menemukan bahwa janji Allah adalah benar !

ISLAM DAN PERGAULAN LAWAN JENIS

Saudaraku,… Kehidupan di dunia menuntut kita untuk menciptakan hubungan-hubungan yang baik dengan semua makhliuk-Nya, baik itu kepada binatang, tumbuh-tumbuhan maupun kepada sesama manusia. Berhubungan baik kepada binatang berarti tidak menelantarkan binatang tersebut dalam kesusahan-kesusahan yang akan mengantarkannya kepada kematian. Apabila binatang peliharaan Anda tidak mendapat perlakuan yang baik, maka binatang tersebut tidak akan memberikan kesenangan-kesenangan kepada Anda. Berhubungan baik kepada tumbuh-tumbuhan berarti Anda menjaga eksistensinya di dunia sehingga ia mampu mencegah bumi dari banyak kehancuran. Bukankah sebagian besar musibah yang menghampiri dunia ini diciptakan oleh kelengahan-kelengahan manusia untuk menjaga, melindungi, dan memelihara kelangsungan hidupnya? Sedangkan berhubungan baik dengan sesama manusia berarti Anda tidak menciptakan kemungkaran, kebencian, dan permusuhan terhadap manusia yang lain. Termasuk dalam hal ini adalah menciptakan pergaulan yang baik antara laki-laki dan perempuan. Kita akan berbincang sebentar bagaimana mensinergikan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam bingkai Islam. Berkaitan dengan hal ini Allah SWT telah berfirman, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat :13). Ayat di atas memberi penegasan bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan bertujuan agar keduanya saling mengenal. Dan aktifitas saling mengenal ini tidak akan berlangsung baik tanpa adanya pengertian diantara keduanya. Seringkali dikatakan bahwa kedudukan laki-laki lebih tinggi daripada wanita. Pemikiran inilah yang kemudian ditafsirkan secara keliru oleh sebagian saudara kita dalam menciptakan pola pergaulan dengan lawan jenis. Sehingga yang kemudian timbul adalah tekanan-tekanan terhadap wanita, baik itu secara fisik atau psikis oleh laki-laki. Selanjutnya sudah dapat ditebak, bahwa pergaulan ini kemudian mengantarkan kita pada bentuk-bentuk hubungan laki-laki dan perempuan yang menjauhi Islam. Di dalam Islam sendiri, nilai penghargaan tidak ditentukan pada jenis kelaminnya, tetapi berdasarkan kualitas keimanannya. Seorang laki-laki tidak secara otomatis masuk surga lebih dahulu daripada wanita karena kelaki-lakiannya. Dan seorang wanita juga tidak akan masuk surga terakhir kali karena kewanitaannya. Allah SWT hanya memperhitungkan kualitas iman dan takwa yang melekat diantara keduanya. Kebanyakan saudara kita ketika duduk dengan seorang wanita, berkenalan dengan seorang wanita, atau berpergian dengan seorang wanita, tidak membawa agamanya. Pertanyaannya adalah apakah Islam tidak sesuai dengan pergaulan kita atau sebaliknya, pergaulan kitalah yang tidak sesuai dengan Islam. Dan siapakah yang harus menyesuaikan diri dengan yang lainnya? Apabila Islam yang harus menyesuaikan diri dengan pola pergaulan yang kita kehendaki, maka tunggulah saat kehancuran itu tiba. Pada saat itu tidak jelas lagi bagaimana wujud kebenaran dan tidak jelas pula jalan-jalan lurus yang harus ditempuh. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya’; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nuur : 30-31). Ayat ini menunjukkan beberapa hal yang harus dipenuhi agar kita mampu menciptakan pergaulan yang baik dengan lawan jenis. Diantaranya adalah: Yang pertama, menahan pandangan. Yang dimaksud menahan pandangan bukanlah meniadakan kontak visual dengan sesama manusia, tetapi membatasi kontak visual yang dilakukan dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Tujuannya adalah agar manusia tidak terjebak dalam kesenangan sesaat yang seringkali membahayakan dirinya. Karena apabila setiap pandangan dibebaskan, maka hawa nafsu duniawi akan bermain diantaranya. Ia akan mengajak manusia kepada kesenangan dunia dan keindahan-keindahannya. Sementara salah satu keindahannya adalah wanita. Hawa nafsu harus dikekang dengan memposisikan diri kita untuk menjunjung kehormatan wanita. Sebagian besar kaum lelaki masih memandang wanita dengan pandangan penuh nafsu dan keinginan untuk merendahkannya. Apabila Anda memandang wajah dan tubuh lawan jenis Anda, maka pandanglah ia satu kali saja. Hindarkan diri Anda untuk memandang dirinya secara berlebihan (terus-menerus). Dan yang lebih berbahaya lagi, apabila bagian tubuh yang Anda pandang merupakan bagian tubuh wanita yang sensitif. Sesungguhnya, dalam pandangan-pandangan itulah tersimpan seribu syaitan yang membujuk Anda kepada perbuatan-perbuatan yang tidak disukai Allah SWT. Menahan pandangan kepada lawan jenis yang bukan muhrim sebenarnya memiliki banyak kebaikan. Di sana terdapat banyak petunjuk menuju penghargaan Allah yang tinggi. Di sana juga terdapat penghargaan manusia kepada manusia-manusia yang lainnya. Maka jemputlah penghargaan-penghargaaan itu dengan mengendalikan semua pandangan ke dalam cermin kebaikan. Yang kedua adalah memelihara kemaluan. Yang dimaksud memelihara kemaluan adalah menjaga, memelihara, dan melindungi kemaluan dari hal apapun juga yang tidak dikehendaki Allah SWT dan utusan-utusan-Nya. Perintah untuk memelihara kemaluan pada dasarnya memiliki dua pengertian. Pengertian pertama yaitu menjaga kebersihan dan kesehatannya dari penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan. Karena pada area kemaluan tersebut mudah sekali dihinggapi kuman-kuman penyakit yang dapat merugikan kita sendiri. Dan salah satu bentuk ketidakbersyukuran kita kepada Allah adalah ketidakmampuan kita untuk memelihara dan melindunginya dari penyakit-penyakit tersebut. Sedangkan pengertian yang lainnya menyebutkan, memelihara kemaluan adalah menempatkan fungsi kemaluan tersebut kepada jalur-jalur yang sudah ditetapkan Allah SWT sebagai sebuah kebenaran. Disini mengandung pengertian bahwa pemakaian ataupun penggunaan kemaluan tidak boleh menyimpang dari garis agama Islam. Karena disanalah tersimpan banyak kebaikan. Timbulnya kasus aborsi, pemerkosaan, maupun hubungan seks bebas telah menunjukkan kepada kita bahwa sebagian masyarakat ini belum mampu mengendalikan kemaluannya dengan baik. Dan akibatnya adalah terjadinya epidemik IMS (Infeksi Menular Seksual) maupun HIV/AIDS, meskipun tidak semua penderita HIV/AIDS adalah pelaku penyimpangan seksual. Kelemahan untuk memelihara kemaluan akan menciptakan sistem atau pola pergaulan yang tidak sehat. Pergaulan ini sangat disukai syaitan dan ia akan membuatnya lebih parah. Padahal seperti sudah diperingatkan oleh Allah SWT bahwa ia adalah musuh yang nyata bagi manusia. Tetapi apabila kita mampu memposisikan kemaluan kita di dalam kehendak-Nya, maka berbahagialah. Karena Allah akan memberi kebahagiaan kepada Anda. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina ;sesungguhynya zina itu adalah suatu perbuatan keji. Dan suatu perbuatan yang buruk.” (QS. Al-Isra’ : 32). Peringatan Allah untuk tidak mendekati zina sebenarnya merupakan solusi terbaik untuk menciptakan pergaulan yang Islami. Di dalamnya terdapat upaya interaksi antara laki-laki dan perempuan, baik muhrim maupun non muhrim dalam koridor yang benar. Sehingga tidak dibenarkan apabila interaksi-interaksi tersebut dilakukan dengan memandang rendah dan melecehkan satu dengan yang lainnya. Demikian pula apabila interaksi-interaksi tersebut keluar dari batasan-batasan Islam. Apabila kekhawatiran itu terjadi, maka sesungguhnya umat ini sedang mengalami sebuah bencana. Yang ketiga adalah tidak berlaku sombong. Pada dasarnya hubungan laki-laki dan perempuan adalah sebuah hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Keberadaan seorang laki-laki akan menguatkan keberadaan seorang perempuan. Demikian pula sebaliknya, keberadaan seorang perempuan juga akan menguatkan keberadaan seorang laki-laki. Tidak diperbolehkan satu diantara keduanya melemahkan yang lainnya. Seorang laki-laki sebagai kepala keluarga tidak akan mampu melakukan fungsinya dengan sempurna tanpa peran serta istrinya, bahkan seringkali dikatakan bahwa dibalik kesuksesan seorang laki-laki terdapat peran serta seorang perempuan yang luar biasa. Sebuah pergaulan mutlak membutuhkan toleransi yang tinggi. Dan sebuah toleransi tidak pernah memberikan ruang bagi kesombongan walaupun hanya sebesar lubang jarum. Sebaik apapun pergaulan itu apabila terdapat keinginan untuk membanggakan diri maka lama-kelamaan akan menjadi rapuh. Yang miskin tidak boleh merendahkan dirinya karena kemiskinannya, dan yang kaya tidak boleh memandang rendah orang lain dengan kekayaannya. Hal ini berlaku pula untuk laki-laki dan perempuan. Laki-laki tidak boleh menyombongkan hartanya ketika bergaul atau berhubungan dengan seorang perempuan. Perempuan juga tidak diperkenankan membangga-banggakan perhiasan untuk menarik lawan jenisnya. Apabila pergaulan dengan lawan jenis memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada sesama manusia, maka ia (pergaulan) akan mendapatkan bentuknya yang paling sempurna dan tentu saja ia akan mendapatkan curahan kasih sayang Allah SWT yang berlimpah. Saudaraku,… Ketiga hal yang disebutkan di atas harus dapat terwadahi dalam pola pergaulan kita. Selain itu jika Anda meyakini bahwa kebenaran Islam itu baik dan indah, maka nyatakanlah kebaikan dan keindahannya ketika berhubungan dengan lawan jenis Anda. Berikanlah hak-haknya dengan wajar. Biarkanlah ia mengerjakan kewajibannya yang harus dipenuhi. Janganlah Anda meremehkan dirinya ketika berada di jalan, ketika berada di bus kota, ketika berada di pasar, atau ketika Anda sedang bekerja atau bahkan ketika Anda sedang balajar di sekolah. Janganlah Anda merendahkan diri Anda sendiri maupun lawan jenis Anda dengan cara yang buruk, karena kita semua adalah pewaris semesta ini. Sehingga sungguh tidak layak kalau hidup ini dikotori dengan perilaku-perilaku tersebut. Bukankah Rasulullah Muhammad Saw adalah sebuah pribadi yang sangat memuliakan wanita ? Bukankah tidak sedikit pula ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan penghormatan kepada perempuan? Apabila Rasulullah Muhammad Saw saja menempatkan wanita pada kedudukan yang terhormat, mengapa kita tidak bergegas berbuat yang serupa. Atau Anda berpikir bahwa kata-kata Anda lebih bermakna daripada Al-Qur’an! Saudaraku,… Apabila Anda merasa lebih baik daripada utusan Allah SWT tersebut, silahkan lakukan apa saja yang Anda inginkan. Tetapi jika sebaliknya, maka tidak ada hal yang lebih baik selain bersikap baik kepada para perempuan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad Saw dan pendahulu-pendahulu Anda.

HAKEKAT MANUSIA

Saudaraku,… Allah SWT beberapa kali menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk-Nya yang tertinggi diantara hamba-Nya yang lain. Tetapi tidak ada yang tahu apakah hidupnya akan berakhir dengan kegembiraan dari Allah atau kepayahan di Neraka. Karena sepanjang yang kita ketahui, hanya manusialah yang banyak melakukan kerusakan di dunia ini. Hingga pada akhirnya, Allah SWT memberikan sedikit teguran-Nya. Dan teguran inilah yang membuat sebagian manusia kembali mengingat tanggung jawabnya sebagai makhluk yang terpilih. Sebagian yang lain, masih asyik berbuat kerusakan di dunia. Melihat apa yang sudah terjadi, sepantasnyalah kita kembali bertanya mengenai asal kejadian diri kita sendiri. Merenungkan jatidiri kita selaku penjaga kedamaian di bumi. Tidak tahukah Anda bahwa manusia merupakan makhluk terbaik yang berasal dari sesuatu yang hina? Karena itulah manusia memilki dua jenis kecenderungan. Kecenderungan pertama adalah keberpihakannya kepada kebaikan dan kebenaran Tuhan. Kecenderungan ini membawa kepada kemuliaan bagi manusia itu sendiri. Karena keberpihakannya kepada kebenaran maka ia akan dipandang terhormat oleh manusia yang lain maupun oleh Allah SWT. Sedangkan kecenderungan yang kedua adalah keberpihakannya kepada nafsu keduniaaan. Kecenderungan ini akan membuat orang melupakan kebenaran-kebenaran yang datang dari sisi Tuhannya. Meskipun sejak awal manusia sudah memilki kedua jenis kecenderungan ini, tetapi sungguh tidak layak jika membesar-besarkan kehinaan lalu meninggalkan kemuliaannya. Kesadaran mengenai kedua jenis kecenderungan ini seharusnya mampu membuat manusia itu sendiri menstabilkan dirinya dalam kebenaran. Kekuatan akalnya seharusnya mampu membuat dirinya mengendalikan nafsu yang tersembunyi di dadanya. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan manusia dalam kesempurnaan tentunya bukan tanpa tujuan, karena Dialah Perencana terbaik di alam semesta raya ini. Pikirkanlah apa yang dikehendaki Allah atas diri Anda. Pernahkah Anda bertanya mengapa Allah SWT menciptakan manusia dengan latar belakang yang saling bertentangan? Bukankah manusia diciptakan dari sesuatu yang hina tetapi manusia pula yang menerima kemuliaan dari Allah untuk menjaga makhluk-Nya yang lain? Apabila Anda mau sedikit berpikir tentang hal ini tentunya Anda akan menyadari bahwa Allah telah menaruh kepercayaan yang sangat besar kepada manusia. Tetapi sayangnya tidak seluruh manusia menaruh kepercayaan yang sama kepada Tuhannya. Karena kepercayaan itu pula, Allah memberi akal dan nafsu sebagai perbekalan untuk melakukan tugas tersebut. Melalui perbekalan itulah, Allah SWT berharap manusia mampu menjaga keseimbangan dunia dan akhiratnya. Dengan kekuatan akal manusia diharapkan dapat mengenali kebenaran dan berjalan dengannya kemanapun ia pergi. Dengan kekuatan akal pula manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk memberdayakan potensi-potensi duniawi yang ia miliki. Dan dengan nafsu Allah berharap manusia senantaisa bergairah menegakkan syariat-syariat-Nya. Akal dan nafsu harus dalam posisi yang seimbang. Satu sama lain tidak boleh saling menenggelamkan. Sebab apabila nafsu lebih dominan, maka manusia akan sangat bersemangat melakukan perbuatan yang tidak dipertimbangkan oleh akalnya. Hasilnya adalah mereka akan menjadi pribadi-pribadi kafir yang tidak mengindahkan seruan dari Tuhannya. Orang-orang seperti inilah yang membuat beban manusia yang lain semakin berat. Merekalah yang membuat kerusakan, kehancuran dan tentu saja juga menistakan agama yang haq. Mereka terlalu sombong dengan apa yang dititipkan Allah untuknya. Mereka juga terlalu serakah dengan apa yang sudah berada di tangan orang lain. Hingga yang mereka hasilkan hanyalah sederetan kezaliman dan kekejaman terhadap manusia atau makhluk Allah lainnya. Merekalah para perampok, koruptor, pezina, pencuri, pemerkosa, pembunuh dan para pelanggar syariat Allah lainnya. Demikian juga ketika akal lebih mendominasi daripada nafsunya, maka lahirlah manusia-manusia yang mengenali kebenaran tetapi kehilangan semangat untuk menegakkannya. Nafsu adalah bahan bakar ilmu yang diperoleh dengan akal. Karena itulah apabila nafsu dimatikan maka kekuatan akal akan kehilangan daya gempurmya. Yang paling baik adalah menyertakan nafsu ketika akal melakukan perannya. Atau sebaliknya, menyertakan akal ketika nafsu berperan. Percayalah, apabila keseimbangan ini berada pada setiap pribadi muslim, maka ia akan menjadi pribadi-pribadi yang beriman kepada Tuhannya dengan gairah keimanan yang berkobar-kobar. Kekuatan akalnya dan semangat yang menggelora akan membuat ia mampu mengenali kebenaran-kebenaran yang datang Tuhannya. Merekalah sang khalifah bumi yang sebenarnya. Merekalah yang berusaha menjaga bumi dari banyak kerusakan. Merekalah yang memelihara lingkungan mereka bertempat tinggal dalam naungan keridhaan Allah SWT. Saudaraku,... Manusia seharusnya harus benar-benar menyadari tanggungjawabnya sebagai khalifah di bumi. Jangan cuma terpacu pada kehinaan yang mengikutinya sejak lahir. Fakta bahwa manusia diciptakan dari sesuatu yang hina seharusnya membuatnya tidak berlaku berlebih-lebihan kepada manusia lainnya maupun kepada Tuhannya. Fakta ini juga seharusnya mampu menjadikan manusia pribadi yang rendah hati dan menyadari ketergantungannya kepada Allah SWT. Ini lho yang tidak benar-benar disadari oleh manusia. Ada yang terlampau keterlaluan dalam mengejar duniawinya dengan meninggalkan banyak kerusakan pada setiap jejak langkahnya. Ada pula yang terlampau keterlaluan dalam ketaaan kepada-Nya, lalu berlaku sombong dan dzalim kepada Allah dan saudaranya yang lain. Maka dari itu, yang paling baik bagi kita adalah mengenal sebaik mungkin dsiri kita sendiri. Ia yang mengenal dirinya sendiri adalah yang paling baik mengenal Tuhannya dan tujuan hidupnya. Dari pengetahuan inilah akan dimulai ketaatan kepada kebenaran. Lalu ketatatan-ketaatan tersebut akan membentuk manusia menjadi khalifah yang sesungguhnya. Dan itulah yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah SWT terhadap manusia seluruhnya. Karena itu bergegaslah Anda menuju ketaatan kepada Allah dan kekasih-Nya Muhammad Saw.

ANTARA ALLAH DAN DUNIA

Saudaraku,… Sesungguhnya dunia adalah media pengabdian kepada Allah untuk menemukan kebahagiaan yang sejati. Dalam pencarian kebahagian itulah Allah SWT membekali setiap hamba-Nya dengan banyak kesenangan yang mengikuti dunia. Kesenangan-kesenangan itu berupa harta, ilmu pengetahuan, dan sumber daya alam yang berlimpah. Dan pencapaian kebahagiaan tersebut tergantung pada pemanfaatan dunia dan fasilitasnya. Dengan demikian, apabila semakin baik Anda mendayagunakan kesenangan dunia dalam kebaikan, maka semakin cepat pula mendekati kebahagiaan tersebut. Sebaliknya, apabila Anda hanya terhenti kepada kesenangan duniawi, maka Anda tidak akan sampai kepada kebahagiaan yang sesungguhnya. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Akan datang suatu masa pada umatku yang pada masa itu mereka mencintai lima perkara dan meninggalkan lima perkara lainnya, yaitu mereka mencintai dunia dengan melupakan akhirat, mereka mencintai rumah megah dengan melupakan kubur, mereka mencintai harta dengan melupakan hisab ( pertanggungjawabannya ), mereka mencintai keluarga dengan melupakan bidadari, dan mereka mencintai diri sendiri dengan melupakan Allah. Mereka yang seperti itu jauh dariku dan aku pun jauh dari mereka.” (Al-Hadits). Kabar Rasulullah Saw seperti disebutkan di atas merupakan gambaran nyata dari kehidupan kita sehari-hari. Untuk pembuktiannya, marilah kita kalkulasikan waktu yang hanya 24 jam sehari. Berapa jam yang Anda habiskan untuk keperluan duniawi Anda, seperti pekerjaan Anda, harta Anda, keluarga Anda atau kekasih Anda. Dan berapa jam pula yang Anda sisakan untuk mengingat Allah seperti shalat, berdzikir, shadaqah, dan amalan akhirat lainnya. Lalu bandingkanlah kegembiraan Anda ketika bersama dunia dan kegembiraan Anda ketika berdekatan dengan Allah. Apabila Anda lebih cenderung kepada kepada dunia dan perhiasannya, maka Anda harus melakukan banyak perubahan terhadap kehidupan Anda. Dalam keadaan seperti itu Anda layaknya seseorang yang melakukan sebuah perjalanan, tetapi berhenti karena terpikat oleh keindahan yang berada di sepanjang perjalanan tersebut. Sehingga Anda terlupa pada tujuan-tujuan Anda semula. Karena itu, maka bergegaslah kepada Allah, tetapi janganlah meninggalkan dunia di belakang Anda. Sekali lagi, dunia adalah media untuk mencapai kebahagiaan akhirat Anda. Allah SWT meletakkan dunia berseberangan dengan diri-Nya. Karena itulah, seorang manusia harus menjadikan dirinya penghubung antara kedua kutub tersebut, agar Allah pun meridhai dunia sebagai perbekalan yang baik bagi Anda. Untuk mencapai keadaan tersebut, setidaknya Anda harus memiliki tiga hal, yaitu mengenal Allah, mengenal dunia dan mengenal penghubung antara Allah dan dunia. Yang pertama, Anda harus mengenal Allah. Pengetahuan tentang Allah mutlak diperlukan ketika Anda harus hidup dalam batasan-batasan-Nya. Apabila semakin baik pemahaman Anda tentang-Nya, maka semakin baik pula kualitas kehidupan Anda. Sebaliknya, Anda akan sangat sulit mengenali tujuan hidup Anda, apabila pemahaman tentang Allah dan batasan-batasan-Nya juga lemah. Dampaknya adalah lemahnya kecintaan Anda kepada Allah SWT dan ini pun kemudian dibalas oleh Allah dengan cinta yang sedikit. Rasulullah Saw bersabda, “Apabila engkau menginginkan Allah mencintaimu, maka berzuhudlah terhadap masalah duniawi, dan apabila mencintai orang lain maka berikanlah klebihan harta benda yang ada pada dirimu kepada mereka”. (HR. Al Khathib melalui Rab’i Ibnu Khirasy secara mursal). Sedangkan zuhud sendiri menurut Ibnu Abbas ra. terdiri dari tiga pengertian berdasarkan penggalan katanya ( zaa, haa dan daal), yaitu : 1.zaa’, maksudnya adalah zaadun lib ma’aad (bekal untuk kembali ke akhirat, yakni takwa), 2.Haa’, maksudnya adalah hudan lid diin ( petunjuk untuk mengikuti Islam) 3.Daal, maksudnya adalah dawaam ‘alath thoo’ah (terus-menerus dalam ketaatan) Berdasarkan penggalan tersebut maka pengertian zuhud adalah ketika Anda bertakwa kepada Allah, mengikuti petunjuk kepada kebenaran Islam serta secara terus menerus menetapkan diri Anda dalam ketaatan kepada Allah. Hal ini berarti pula, apabila Anda hendak mencintai Allah, maka tampakkanlah kecintaan Anda tersebut pada syariat-syariat-Nya secara penuh. Yang kedua, mengenal dunia. Ketika Anda mengenal Allah maka Anda harus pula belajar mengenal sifat-sifat-Nya, batasan-batasan-Nya, dan tujuan-tujuan yang harus Anda penuhi. Demikian juga ketika Anda hendak mengenal dunia. Dengan mengetahui tentangnya, maka Anda belajar mengetahui peta perjalanan Anda. Dunia dalam pandangan Islam tidak jauh berbeda dengan keadaan fisiknya. Ia selalu tampak indah oleh mata meskipun di dalamnya terkandung bahaya yang menggelora. Permukaannya memilki banyak karakter yang sangat unik; terkadang halus dan lunak, tetapi terkadang juga menjadi sangat keras. Ia memilki area perkotaan yang dipenuhi gedung-gedung bertingkat yang megah, jalan-jalan yang rata dan tidak rata, pegunungan yang berdiri kokoh, serta laut yang membentang luas. Sesungguhnya dalam keunikan-keunikan tersebut tersimpan hikmah dan pelajaran yang baik pada Anda. Sebagian dari dunia akan menyenagkan Anda sebagian lagi akan membuat membuat Anda kesulitan berdiri di atasnya. Tentu saja apabila Anda tidak memiliki kekuatan iman yang cukup untuk meredakan kesulitannya. Rasulullah Muhammad Saw adalah pribadi yang mampu memandang dunia sebagai ayat-ayat-Nya. Karena itu, marilah kita belajar kepada beliau tentang hakekat-hakekatnya. Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik kendaraan adalah dunia, maka naikilah dunia, niscaya ia akan mengantarkan Anda sampai ke akhirat.” Seperti keterangan di atas, dunia adalah kendaraan bagi Anda yang arah dan tujuannya ditentukan oleh diri Anda sendiri, apakah menyimpang dari tujuan-tujuan yang dikehendaki Allah atau selaras dan seimbang dengan rambu-rambu yang ditentukan oleh-Nya. Selain itu, masa depan akhirat Anda juga ditentukan oleh perlakuan Anda terhadapnya. Apabila semakin baik Anda memperlakukannya, maka semakin baik pula dunia akan menemui Anda di akhirat kelak. Sebaliknya, apabila Anda memperlakukan dunia dengan menuruti hawa nafsu maka ia pun kelak akan datang kepada Anda dalam keadaan yang buruk. Dan yang juga harus diperhatikan adalah dunia itu harus berada dalam tali kendali Anda, bukan sebalikbnya, Anda berada dalam pengaruh-pengaruhnya. Kalau Anda dalam pengaruhnya, maka perjalanan Anda akan terhenti hingga Anda kembali memegang kendalinya. Meskipun hal ini terasa sangat berat bagi Anda, tetapi teruslah berupaya saudaraku. Dunia ini sebenarnya hanya memberikan sedikit kesenangan dibandingkan dengan kesenangan yang akan diberikan Allah kelak di hari akhir, tentu saja jika Anda menjalani hidup ini dengan banyak kebaikan. Rasulullah Saw kemudian menjelaskan bahwa dunia bagi seseoramg akan tampak dalam bentuk yang paling baik ketika dijadikan bekal untuk kepentingan akhirat. Dan dunia juga akan tampak buruk ketika seseorang menjadikan ia bertentangan dengan urusan akhiratnya. Dan ridha Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya tergantung penampakan wajah dunia seorang hamba-Nya. Ia ridha kepadanya apabila dunia dipenuhi oleh banyak kebaikan. Ia juga ridha apabila ia menjaga dunia dari banyak kerusakan yang disebabkan oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Sebaliknya, Ia tidak meridhai hamba-Nya apabila sepanjang hidup ia menutup telinga dan matanya terhadap kebenaran-kebenaran, yang kemudian membuatnya bertindak tanpa memperhatikan suara-suara dari langit. Saudaraku,... Seperti kata pepatah, dunia itu merayu orang yang lari darinya dan dunia pun lari dari orang yang mengejarnya. Sebenarnya inilah inti dari hidup yang sebenarnya. Kebahagiaan duniawi hanya mampu didekati apabila kita melakukan usaha yanbg lebih besar. Dengan demikian, jika kebahagiaan duniawi itu berjalan maka Anda harus berlari mengejarnya. Tidak cukup hanya itu, Anda juga harus melakukan strategi-strategi lain untuk mendekatinya. Tetapi upaya-upaya tersebut akan menjad sangat melelahkan apabila motivasi Anda hanya dalam batasan-batasan duniawi. Karena inilah orang yang bekerja karena kecintaan kepada Tuhannya, terasa sangat mudah pencapaian duniawinya. Mereka yang memiliki motivasi ini, biasanya memberikan ruang dan waktu tertentu untuk berinteraksi dengan Tuhannya. Dan inilah yang kemudian memberikan hasil yang luar baisa. Ketika mereka harus kembali bekerja, Allah tidak sungkan memberikan kekuatan bagi mereka untuk menuntaskan sisa-sisa pekerjaannya. Karena itulah maka dunia haruslah dipandang sebagai peta perjalanan akhirat, yang harus dikenali dengan baik. Dunia ini memiliki banyak jalan yang penuh lubang dan tidak terkena cahaya. Jalan-jalan ini menawarkan banyak kesenangan tetapi ujungnya mengarah ke neraka. Sayangnya yang peduli terhadap hal tersebut sangatlah sedikit. Dan alasan yang biasa digunakan adalah karena mereka yang berada di ujung jalan itu tidak kelihatan. Selain itu, terdapat pula jalan-jalan halus yang lurus dan tidak bercabang. Kebahagiaan dan kesenangan memang tidak terletak pada badan jalan ini, tetapi pada ujung jalan tersebut. Meskipun begitu, masih banyak orang yang bersengketa ketika melaluinya. Akhirnya yang berhasil melalui dunia dalam keadaan yanmg baik adalah orang-orang yang komitmennya kepada Allah dan utusan-Nya lebih keras dan kokoh dibandinghkan batu karang. Yang ketiga, mengenal penghubung antara Allah dan dunia. Yang dimaksud penghubung di sini adalah amal-amal sholeh yang mampu mendekatkan dunia dengan Allah. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa ridha Allah terhadap dunia hanya dapat terjadi ketika dunia tersebut dijadikan sarana mengejar kebahagiaan akhirat. Dunia harus selalu disandarkan kepada Allah tanpa ikatan ruang dan waktu. Dunia seperti anak kecil yang tidak bisa diam pada satu tempat, semakin lemah pengawasan kita maka semakin berbahaya pula lingkungan di sekitarnya. Karena itulah, maka dunia haruslah diikat kepada Allah dengan ikatan yang sangat kuat. Yakinkanlah kepada diri Anda sendiri bahwa ikatan-ikatan tersebut tidak renggang dan talinya pun tidak melepuh. Dan jangan lupa Anda juga harus memperkuat tali dan ikatannya setiap saat. Karena dunia ketika mengalami perubahan global mampu memutuskan ikatan-ikatannya. Rasulullah Muhammad Saw pernah menggambarkan dunia sebagai tempat bershadaqah bagi orang yang mau menshadaqahkan hartanya, tempat keselamatan bagi orang yang sangat mengenal dunia, dan sebagai tempat kekayaan bagi orang mau menjadikannya sebagai bekal ke akhirat. Dunia dalan gambaran Rasulullah Saw seperti itulah yang dikatakan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah. Setiap potensi yang berada di dunia merupakan sarana untuk memperkuat ikatan-ikatan tersebut. Harta yang berlimpah harus digunakan untuk meringankan beban saudara Anda yang fakir dan miskin. Dunia harus dioptimalkan potensi-potensinya, maka kenalilah ia dengan baik. Orang yang memiliki pemahaman tentangnya itulah yang akan menemukan jalan keselamatan. Jalan ini tidak bisa ditempuh sambil lalu, Anda harus sangat serius menapakinya. Pada bagian terakhir penyataan Rasulullah tersebut, Rasulullah kembali menegaskan hubungan yang kuat antara dunia dan akhirat. Beliau menyebutkan bahwa kekayaan di akhirat harus dicari di dunia. Bentuk kekayaan tersebut, layaknya bulir-bulir padi yang harus ditanam di sawah dan ladang yang harus diperhatikan kesuburannnya. Bulir-bulir padi tersebut harus dipilih dari kualitas yang terbaik. Karena suatu ketika ia akan memberikan hasil yang terbaik pula. Demikian juag ketika Anda hendak mengumpulkan kekayaan Anda di akhirat. Maka tetapkanlah diri Anda dalam banyak kebaikan seperti yang dikehendaki Allah dan utusan-utusan-Nya. Inilah yang dikatakan Allah sebagai jalan yang lurus. Rasulullah Saw bersabda, “Jika seseorang berusaha berusaha mencari nafkah untuk kepentingan anaknya yang masih kecil, maka dia berada di jalan Allah. Jika seseorang berusaha mencari nafkah untuk kepentingan kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka ia berada di jalan Allah. Jika seseorang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya agar tidak meminta-minta , maka ia berada di jalan Allah. Jika ada seseorang mencari nafkah dengan tujuan riya dan untuk bermegah-megahan, maka ia berada di jalan syaitan.” ( HR. Ath-Thabrani ). Yang dimaksud Rasulullah Saw melalui hadits ini adalah apapun alasan yang Anda gunakan untuk mencari nafkah, janganlah digunakan untuk mencari pujian atau perhatian kepada makhluk. Allah sama sekali tidak melarang hamba-hamba-Nya mengejar kebahagiaan duniawi, selama dalam pencarian tersebut ia masih mengingat Allah sebagai Tuhannya yang haq. Saudaraku,.. Itulah tiga hal yang harus Anda miliki untuk mengikat dunia dengan Allah. Semakin baik pemahaman Anda tentang ketiganya maka semakin baik pula Anda merefleksikan diri Anda dalam batasan-batasan-Nya. Sebagai penutup perbincangan ini, saya ingin mengajak Anda untuk bertauhid kepada Allah secara penuh tanpa meninggalkan dunia di belakang Anda. Tetapi berjalanlah sejajar dan seirama dengannya menuju keridhaan Allah SWT. Rasulullah pernah mengingatkan kita untuk tidak mengagung-agungkan perkara duniawi agar Allah tidak menjauhkan kita dari pengaruh-pengaruh Islam. Maka, jangan jadikan diri Anda cenderung kepadanya. Dan Allah akan memberikan banyak kesenangan dunia kepada Anda.

Senin, 13 April 2009

TINGKATAN-TINGKATAN JIHAD

Saudaraku… Kewajiban berjihad di jalan Allah timbul karena manusia harus mendayagunakan potensi yang dimiliki, seperti kekuasaan, kecerdasan, kekuatan maupun kekayaan. Apabila potensi-potensi ini tidak digunakan dalam kebaikan, maka ia benar-benar akan menimbulkan banyak kerusakan, baik di dunia maupun di akhirat. Kekuasaan menimbulkan banyak koruptor dan diktator yang menindas rakyatnya dengan kejam. Kecerdasan menciptakan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tidak mempertimbangkan keseimbangan dan keadilan. Kekuatan menciptakan banyaknya kesewenang-wenangan antara sesama manusia. Kekayaan melahirkan banyak kecurangan dan penindasan terhadap sesamanya. Dan kerusakan di dunia seperti itulah yang kelak akan membawa kita kepada kerusakan di akhirat. Maka tetapkanlah diri Anda untuk selalu berjihad menegakkan agama Allah dan mendayagunakan setiap potensi-potensi yang Anda miliki dalam kebaikan. Yakinlah Anda akan memperoleh balasan yang menyenangkan dari Allah SWT. Menurut Ibnu Qayyim, jihad memiliki empat tingkatan yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang berketetapan hati di jalan ini, yaitu jihad terhadap diri sendiri, jihad terhadap syaitan, jihad terhadap orang kafir, dan jihad terhadap terhadap orang munafik. Kita akan berbincang sebentar mengenai keempat tingkatan jihad ini. Tingkatan pertama adalah jihad terhadap diri sendiri. Yang dimaksud jihad terhadap diri sendiri adalah berjuang dengan sunggguh-sungguh untuk menempatkan setiap indra dalam kebaikan dan batasan-batasan yang ditetapkan Allah. Setiap manusia memiliki hawa nafsu yang selalu mengajaknya kepada kesenangan duniawi, padahal hawa nafsu itu pulalah yang kerap menjerumuskan dirinya kepada pintu-pintu Neraka. Karena itulah, maka manusia harus berjihad melawan dirinya sendiri. Ibnul Qayyim mendefinisikan jihad terhadap diri sendiri dalam empat bagian, yaitu mempelajari petunjuk Tuhan dan agama yang haq, mengerjakan (beramal) setelah mengetahuinya, mendakwahkan ilmu yang telah diperolehnya dan mengajarkannya kepada orang-orang yang belum mengetahuinya, bersabar atas gangguan orang lain terhadapnya dalam menegakkan kebenaran. Yang pertama, mempelajari petunjuk Tuhan dan agama yang haq. Pada dasarnya petunjuk Allah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu petunjuk-petunjuk Allah yang tersurat ( Al-Qur’an) dan petunjuk Allah yang tersirat (fenomena alam dan kejadian-kejadian yang memiliki hikmah dan pelajaran). Anda harus mempelajari semua petunjuk Allah yang diberikan kepada Anda untuk dapat mengetahui batasan-batasan yang ditetapkan bagi Anda. Demikian juga dengan kewajiban mempelajari Islam, agama yang haq. Tujuan yang hendak dicapai ketika Anda mempelajari Islam adalah mengetahui kebaikan-kebaikannya dan menetapkan diri dalam kebaikan tersebut. Dengan petunjuk Allah dan pengetahuan tentang Islam seseorang dapat mengenali dirinya dan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya. Apabila semakin baik pengenalan atau pemahaman tentang diri sendiri, maka semakin baik pula jihad yang hendak dikerjakan. Pemahaman ini meliputi asal kejadian manusia, kelemahan manusia dan keunggulan manusia. Begitu juga dengan tujuan-tujuan yang mengelilinginya. Mempelajari petunjuk Allah dan Islam sesungguhnya akan memberi manfaat bagi Anda untuk melakukan jihad yang harus Anda kerjakan dan hambatan-hambatan yang akan melemahkan semangat jihad Anda. Yang kedua, mengerjakan (beramal) setelah mengetahuinya. Setelah Anda memiliki pengetahuan tentang Islam, maka beramalah dengannya. Pada saat itulah akan terjadi gesekan kepentingan antara hawa nafsu yang melekat pada diri Anda dan semangat untuk menegakkan agama Allah. Hawa nafsu yang terletak di setiap sisi hati Anda akan menawarkan kesenangan yang menggembirakan Anda. Ia akan melemahkan Anda dengan kekasih Anda yang rupawan, harta Anda yang berlimpah, maupun kekuasaan yang menyenangkan. Perhatikanlah seorang pezina yang sangat bersemangat dengan perzinahannya. Perhatikanlah pula dengan koruptor yang tidak pernah puas dengan kekayaan yang dimilikinya. Begitu juga dengan orang-orang yang melalaikan shalat dan zakatnya. Mereka adalah orang-orang yang cenderung kepada nafsu dan mengabaikan kewajiban untuk menegakkan agama Allah. Karena itu, apabila Anda memiliki sedikit pengetahuan tentang kebenaran-Nya, maka tetapkanlah diri Anda kepada kebenaran tersebut. Apabila hawa nafsu dan kesenangannya menawarkan semua pesonanya, maka kuatkanlah pegangan Anda kepada tali Allah. Insya Allah, Anda akan memperoleh penjagaan-Nya yang sempurna. Yang ketiga, mendakwahkan ilmu yang diperolehnya dan mengajarkannya kepada orang-orang yang belum mengetahuinya. Sesungguhnya setiap pengetahuan atau pemahaman tentang sesuatu harus mampu memberikan manfaat secara luas. Karena itulah, apabila Anda sudah mampu menetapkan diri Anda dalam kebaikan Islam, maka kabarkanlah pengetahuan atau pemahaman Anda tersebut kepada orang lain, meskipun yang Anda ketahui hanya satu ayat. Sesungguhnya Anda sedang melakukan perjalanan menuju kasih sayang Allah. Maka ajaklah pula saudara-saudara Anda menempuh jalan yang sama. Apabila Anda memahami hakekat shalat dan zakat, maka kabarkanlah pula pemahaman tersebut kepada saudara Anda yang lainnya. Apabila Anda mampu mendekati Allah dengan jarak yang sangat dekat, maka rangkullah mereka bersama Anda. Apabila Anda mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang baik dari ayat-ayat-Nya, maka sampaikanlah pula kepada mereka hikmah tersebut. Dan janganlah satu kalipun Anda bersikap sombong atas pemahaman atau pengetahuan yang Anda miliki, lalu menyembunyikannya dari saudara-saudara Anda yang lain. Percayalah, apabila Anda tetap bersikap seperti itu maka Anda tidak akan memperoleh manfaat dari pengetahuan yang Anda miliki. Karena itu, berjihadlah mewartakan kebenaran ayat-ayat-Nya kepada saudara-saudara Anda yang lain, agar angin surga yang berhembus menyejukkan udara di sekitar Anda. Yang keempat, bersabar atas segala rintangan dakwah kepada Allah dan bersabar atas gangguan orang lain terhadap Anda dalam menegakkan kebenaran. Menempuh perjalanan kepada Allah adalah sebuah perjalanan yang penuh pertentangan. Anda tidak akan sampai dalam keadaan yang baik, kecuali sudah mampu melewati rintangan-rintangan yang dipersiapkan bagi Anda. Maka solusinya adalah bersabar, yaitu menerima rintangan maupun kesusahan dengan senang hati sambil terus berjuang menegakkan Islam. Orang yang berjihad sudah pasti adalah orang yang memiliki tekat kuat berada di jalan-Nya. Ia tidak akan putus asa apabila medan jihadnya dipenuhi bahaya dan banyak kesusahan. Ia akan terus berjalan menegakkan kebenaran pada setiap tempat yang ia singgahi. Maka, pribadi-pribadi seperti ustadz-ustadz di di lingkungan lokalisasi, pendidik di hutan belantara, bidan di kawasan terpencil atau sekarelawan yang menjaga stabilitas lingkungan adalah hamba-hamba Allah yang sangat berkualitas. Begitu pula dengan orang-orang yang berjihad lingkungan pemerintah, perusahaan, pendidikan maupun bidang-bidang yang lain. Kelompok yang terakhir ini bentuk rintangannya kebanyakan datang dari sesamanya yang berbeda pandangan. Mereka pun tetap menghadapi gangguan dari saudara-saudaranya. Ketika mereka berjihad dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada pada dirinya, mereka dikatakan menjilat atasannya. Padahal Allah SWT lebih menyukai seorang manusia yang memiliki totalitas terhadap pekerjaan-pekerjaannya, daripada manusia yang melakukan pekerjaan asal-asalan. Orang-orang seperti ini hanya melakukan pekerjaan berdasarkan besaran gaji yang diperolehnya. Pemikiran inilah yang banyak dianut oleh para pendukung materialistik. Mereka yang berjihad untuk mencerdaskan sesama manusia lainnya, seringkali disebut manusia yang sok pintar dan sok-sok lainnya. Padahal Allah SWT senang sekali memandang orang-orang yang mampu memberikan manfaat kepada manusia lainnya. Para guru yang membaktikan pengetahuannya di jalan ini, sungguh tidak pernah peduli bahwa gajinya tidak pernah cukup memenuhi kebutuhan minimal sehari-hari. Tetapi Allah SWT tidak pernah menjauh darinya. Mereka juga tidak jarang dikatakan sebagai orang-orang munafik, karena menolak berbagai kecurangan dan kejahatan dengan mengatasnamakan rakyat. Lalu mereka pun dikucilkan dalam masyarakatnya. Tetapi hal ini tidak pernah membuat mereka bersedih dan mengeluh kepada Tuhannya. Ketahuilah, orang-orang yang menetapkan dirinya dalam kesabaran di jalan-Nya akan memperoleh banyak kemudahan. Begitulah yang pernah dijanjikan Allah kepada hamba-Nya yang beriman. Apabila keempat hal ini menyatu dalam diri Anda maka bergembiralah. Sesungguhnya Anda telah mampu menetapkan seluruh potensi diri Anda dalam semangat jihad yang sesungguhnya. Dan Allah SWT akan menepati janji untuk memberikan keberuntungan kepada Anda. Tingkatan jihad yang kedua adalah jihad terhadap syaitan. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT seringkali memperingatkan kita terhadap potensi-potensi buruk syaitan. Ditegaskan oleh-Nya bahwa syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Di hadapan Allah syaitan berjanji untuk menjerumuskan keturunan Nabi Adam (manusia) ke dalam kubangan dosa. Tujuannya sangat jelas, yaitu menemani dirinya berada di Neraka Jahanam. Karena alasan inilah, maka jihad terhadap syaitan menjadi penting. Yang dimaksud jihad terhadap syaitan adalah melakukan perlawanan sekuat tenaga terhadap bisikan dan kehendak-kehendak syaitan. Hal pertama yang harus diketahui untuk berjihad melawannya adalah mengenal pola kerjanya. Ibnul Qayyim menyebutkan tujuh pola kerja kerja yang biasanya digunakan syaitan untuk menjerumuskan manusia. Yaitu, menunjukkan kepada manusia terhadap hal-hal yang haram, menganjurkan manusia bersikap berlebih-lebihan dalam hal-hal yang halal, membujuk manusia dengan barang-barang yang makruf (dibenci Allah dan rasul-Nya) ataupun hal-hal yang syubhat (belum jelas standar hukumnya), mengajak manusia meninggalkann hal-hal yang sifatnya sunnah; membujuk manusia untuk menyukai dan berlebih-lebihan terhadap hal-hal yang sifatnya mubah (dibolehkan agama) sehingga dengan kesenangannya ia akan melalaikan tugas yang berupa amanat kemanusiaan, membujuk manusia dengan benda-benda di sekeliling manusia sebagai penggoda dan mengerahkan semua bala tentaranya ( jin atau sesama manusia) untuk melakukan aksi dan provokasi deengan melancarkan fitnah, menyebarkan keburukan dan menjegal prestasi orang yang mendekat pada keshalihan. Meskipun strategi ini telah banyak diketahui oleh umat manusia, toh masih banyak orang yang cenderung kepadanya. Seseorang yang pada awalnya sangat waspada terhadap gerakan-gerakan syaitan, akhirnya pada pertengahan perjalanan terperosok oleh perangkap-perangkapnya. Mungkin inilah perbedaan paling dasar antara manusia dan syaitan. Sesungguhnya syaitan adalah makhluk Allah yang selalu konsisten dengan tujuan-tujuan yang dikehendakinya. Sejak ia mengalami pengusiran dari surga oleh Allah, ia tidak pernah beristirahat untuk menjerumuskan manusia. Waktu dan pikirannya hanya digunakan untuk tujuan yang pasti yaitu mengantarkan nmanusia kepada pintu-pintu Neraka. Tetapi hal ini sangat bertolak belakang dengan manusia. Manusia adalah hamba Allah yang sering melanggar perjanjian dengan-Nya. Ketika manusia sudah menetapkan dirinya dalam batasan-batasan yang dikehendaki Allah, maka seharusnyalah ia hidup dalam batasan-batasan tersebut. Tetapi sayangnya manusia sangat rapuh terhadap kesenangan-kesenangan yang ditawarkan syaitan. Sehingga lahirlah generasi-generasi masa depan yang menempatkan syaitan sebagai sahabat yang dapat dipercaya. Maka tidaklah mengherankan kalau semangant jihad menegakkan agama Islam kian melemah seiring dengan makin redupnya cahaya kebaikan di dalam hati manusia. Satu-satunya cara untuk menekan, melemahkan dan mematikan gerakan-gerakan syaitan adalah menempatkan diri Anda sepenuhnya kepada batasan-batasan dan kehendak-kehendak-Nya. Dengan demikian Anda akan terhindar dari jebakan syaitan untuk memasukkan Anda ke dalam golongannya. Maka tetapkanlah diri Anda menolak mentah-mentah bujuk rayu syaitan yang terkutuk. Dalam sebuah riwayat Ibnu Abbas ra berkata, “Pada suatu hari Rasulullah Saw bertanya kepada iblis ‘alaihi la’nah, ‘Berapa temanmu dari kalangan umatku?’ Iblis menjawab, ‘Ada sepuluh golongan, yaitu penguasa yang zalim; orang sombong; orang kaya yang tidak memperdulikan dari mana asal hartanya, juga untuk apa hartanya itu digunakan; ulama yang membenarkan kezaliman pemerintah, pedagang yang curang; penimbun barang (kebutuhan masyarakat); pezina; pemakan riba; orang bakhil yang tidak memperdulikan dari mana hartanya; dan orang yang melanggengkan minum khamr (arak).’ Selanjutnya Nabi Saw bertanya lagi kepada iblis, ‘ Berapa banyak musuhmu dari kalangan umatku?’ Iblis menjawab, ‘Yang menjadi musuhku ada duapuluh golongan, yaitu: engkau Muhammad, karena aku sangat benci kepadamu; orang alim yang mengamalkan ilmunya; orang yang hafal Al-Qur’an dan mengamalkan isinya; muadzdzin yang mengumandangkan adzan shalat lima waktu dengan niat yang ikhlas karena Allah; orang yang mencintai fakir miskin dan anak yatim; orang yang berhati kasih sayang; orang yang menerima penuh kesabaran; pemuda atau pemudi yang giat beribadah; orang yang hanya memakai barang yang halal; dua orang yang saling mencintai karena Allah; orang yang selalu sholat berjamaah; orang yang mau sholat tahajud saat kebanyakan orang terlelap tidur; orang yang mampu memelihara dirinya dari perbuatan dan ucapan yang haram; orang mau menasehati saudaranya sementara hatinya tidak ada tendensi apapun; orang selalu menjaga wudhunya; orang yang dermawan; orang yang berakhlak mulia; orang yang menyakini bahwa rizki itu sudah dijamin Allah; orang yang mau menyantuni janda miskin dan orang yang mau mempersiapkan bekal untuk menyambut kematiannya.’ “ Keterangan di atas merupakan gambaran yang sangat jelas untuk mengadakan perlawanan terhadap syaitan, yaitu Anda tidak menjadi kerabat atau sekutu syaitan, tetapi menjadi musuh-musuhnya yang hebat. Karena itu, maka tetapkanlah diri Anda dalam keadaan tersebut. Apabila syaitan datang kepada Anda untuk mengikuti jejak-jejaknya, maka tolaklah ajakan-ajakannya dengan tegas, dan mohonlah perlindungan kepada Allah SWT. Selanjutnya jadikanlah diri Anda sebagai musuh syaitan yang paling keras. Yakinlah, Allah akan selalu membantu setiap pelawanan Anda dengannya. Tingkatan jihad yang ketiga adalah jihad terhadap orang-orang kafir. Yang dimaksud jihad terhadap orang-orang kafir adalah Anda berjihad terhadap keyakinan, perilaku, dan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkannya. Apabila Anda hendak berjihad terhadap keyakinan sesat, berusahalah dengan sepenuhnya untuk mengesakan Allah tanpa dzat pembanding lainnya. Tampakkanlah pula dalam perbuatan Anda bahwa Allah adalah Dzat yang Esa dan Tidak Berbilang. Lalu serulah setiap orang agar tidak menyekutukan-Nya, tentunya tanpa melakukan kekerasan atau tekanan kepada orang lain. Berjuanglah untuk melawan doktrin-doktrin yang memandang rendah Tuhan, seperti Tuhan digambarkan memiliki anak dan melakukan hubungan intim dengan hamba-Nya. Adapula yang menyatakan bahwa setiap orang mampu menjadi Tuhan apabila dalam waktu tertentu mampu berbuat kebaikan. Bahkan belakangan ini, kerap sekali orang-orang bersuara tentang doktrin-doktrin baru yang malah membingungkan masyarakat. Dan tidak disangsikan lagi, pada masa-masa yang akan datang akan timbul pandangan-pandangan serupa. Saudaraku,... Gelombang kekafiran memang tidak hanya melanda pada era kenabian. Tetapi pada era sekarang kita juga dapat dengan mudah menemukannya. Lihatlah orang-orang yang dengan mudah menyekutukan Allah karena tekanan hidup yang tidak begitu besar. Lihatlah pula bagaimana wujud Tuhan dimaknai sebatas patung-patung manusia berlapis pualam atau emas. Dan kita pun makin tidak bisa menerima ketika di negeri ini masih banyak orang yang menyembah batu, pohon besar, matahari atau benda-benda ciptaan Allah lainnya. Padahal keberadaan benda-benda tersebut seharusnya mampu memberikan kesadaran tentang keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Kenyataan-kenyataan seperti inilah yang mewajibkan seorang muslim berjihad terhadap orang-orang kafir. Selain itu, jihad juga harus dikerjakan untuk memerangi perilaku-perilaku mereka yang bertolak belakang dengan kebaikan Islam, seperti minum minuman keras, berzina, berjudi, berlaku sewenang-wenang, dan perilaku-perilaku yang sejenisnya. Tetapi, pelaksanaan jihad ini juga tidak boleh menyertakan kekerasan atau keinginan membalas dendam atas perlakuan yang kita alami. Ia harus ditampilkan dalam batasan-batasan yang haq, karena susu sebelanga pun akan menjadi rusak karena setetes nila yang jatuh ke dalamnya. Jihad tidak dapat dikerjakan dengan merobohkan tiang-tiangnya. Yang terakhir, jihad terhadap orang kafir juga harus dikerjakan terhadap pengaruh-pengaruhnya kepada kaum muslimin. Mereka menyelipkan ajaran-ajaran yang menyakiti ke dalam ruang budaya, seni, ekonomi dan bidang-bidang yang lainnya. Apabila seorang muslim tidak berhati-hati dengan memegang teguh agama, maka ia akan kesulitan membedakan kemurnian agamanya dengan kesesatan-kesesatan. Melukis telanjang, berpose telanjang, atau beradegan erotis adalah sebagian dari kesesatan-kesesatan tersebut. Dalam bentuknya yang lain, ia juga dapat berupa sistem berpacaran bukan islami atau sistem ekonomi yang berat sebelah. Begitu juga dengan ramainya perzinaan di setiap sudut kota. Ketahuilah, Anda harus berjihad melawannya. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana bentuk perlawanannya, sementara tekanan dari orang-orang kafir sudah sedemikian keras. Ada dua perlawanan yang dapat kita gunakan. Yang pertama, memelihara, menjaga dan melindungi diri Anda, keluarga dan masyarakat Anda dari pengaruh-pengaruhnya. Caranya adalah menetapkan setiap pribadi muslim dalam batasan-batasan Allah secara penuh. Pola ini seperti ketika Anda hendak membangun benteng yang akan melindungi keluarga dan masyarakat Anda. Benteng tersebut harus memiliki pondasi dan dinding-dinding yang kokoh. Ia juga disyaratkan memiliki sistem perlindungan yang baik. Selain itu, yang juga sangat menentukan adalah kemampuan proteksi yang baik dari setiap penjaganya. Apabila perlindungan Anda memiliki sistem seperti ini, maka tidak akan pernah ada satu celahpun bagi orang-orang kafir menanamkan pengaruhnya. Bayangkanlah jika masyarakat muslim di seluruh dunia melakukan jihad seperti ini. Mungkin kekuatan perubahan akan berada di genggaman kita. Tetapi yang terjadi sekarang ini justru sebaliknya. Masyarakat muslim cenderung menganggap remeh semangat jihad terhadap orang-orang kafir. Atau kalau tidak begitu, mereka lebih suka bertentangan, berbeda pendapat, bahkan saling mengecam satu sama lain. Akhirnya, umat Islam tidak dapat melakukan apapun ketika agamanya diserang kecuali tindakan-tindakan reaktif yang sebenarnya jauh dari nilai-nilai Islam. Yang kedua adalah mengenali pola-pola serangan kaum kafir, lalu melakukan serangan balik dengan pola yang sama. Artinya, manfaatkanlah media yang sama dengan media yang mereka gunakan untuk menekan Islam. Dengan demikian, apabila orang-orang kafir menyerang Islam melalui kendaraan politik, maka berjihadlah dengan berpolitik. Apabila orang-orang kafir melemahkan Islam melalui seni dan budaya, maka berjihadlah di bidang yang sama. Apabila orang-orang kafir menekan Islam melalui pendidikan, maka lindungilah Islam dengan pendidikan pula. Demikian juga ketika orang-orang kafir melakukan propaganda terhadap Islam di bidang ekonomi dalam kehidupan Anda. Selain itu, janganlah Anda membatasi lingkaran jihad Anda dengan batasan-batasan tertentu seperti yang sudah disebutkan dia atas, tetapi perluaslah sampai batas yang tidak terhingga. Percayalah, pada masa yang akan datang akan semakin banyak celah atau ruang yang dapat digunakan musuh Islam untuk melemahkan agama ini. Dan itu semua menuntut kita untuk berjihad lebih keras terhadapnya. Tetapi kita pun harus ingat bahwa jihad terhadap orang kafir juga tidak boleh ditampakkan dalam bentuk kekerasan maupun wajah-wajah kebengisan. Karena apapun yang kita lakukan akan selalu menciptakan citra yang buruk terhadap Islam. Tetapi, jika kekerasan tidak dapat dihindarkan lagi, maka janganlah melanggar batasan-batasan-Nya. Sesungguhnya Allah SWT lebih menyukai apabila Islam ditegakkan dengan cara-cara-Nya. Dan Allah pasti akan memberikan balasan yang menggembirakan bagi hamba-Nya yang berjihad terhadap orang-orang kafir dengan kesungguhan hati. Tingkatan jihad yang keempat adalah jihad terhadap orang-orang munafik. Yang dimaksud dengan orang-orang munafik adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran tetapi juga mendustakannya. Pijakannya tidak pernah berada pada tempat yang sama. Sehingga apabila pada pagi hari ia berkumpul dengan orang-orang yang beriman untuk mengingat Allah, maka pada sore harinya ia bersekutu kepada syaitan yang terkutuk. Seperti yang diungkapkan Rasulullah Saw, mereka adalah seburuk-buruknya manusia. Beliau bersabda, “Seburuk-buruk manusia adalah orang yang mempunyai dua muka, mendatangi kelompok yang ini dengan wajah yang satu dan mendatangi kelompok lain dengahn wajah yang lainnya.“ ( Al-Hadits). Dalam kesempatan yang lain Rasulullah Saw juga bersabda, “Yang paling aku takuti atas kamu adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah.” ( HR. Ahmad dan Thabrani ). Ketakutan Rasulullah Saw tersebut merupakan ketakutan umat muslim terhadap agamanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan orang-orang munafik diantara kaum yang beriman sebenarnya merupakan ancaman yang serius. Hal ini berdasarkan beberapa alasan. Yang pertama, orang-orang munafik tidak pernah sepenuh hati memeluk Islam, sehingga ia tidak akan pernah dan tidak akan bisa menguatkannya. Mereka itu seperti lidi yang ketika disatukan dalam satu ikatan selalu mengendur dan melepaskan diri dari ikatannya. Akhirnya lidi itu pun dikeluarkan dari ikatan tersebut karena tidak bermanfat bagi lidi yang lainnya. Begitu pula dengan orang-orang munafik. Ia tidak akan memberikan manfaat atau daya guna kepada perjuangan menegakkan Islam. Ketika Islam menuntutnya berjuang di jalan Allah, maka Anda akan melihatnya berlari menjauh. Hal inilah yang akan melemahkan semangat juang para penempuh jalan lurus yang lainnya. Yang kedua, orang-orang munafik adalah sahabat syaitan yang sangat cerdik. Karena dengan kecerdikannya pula mereka mampu menempatkan diri dalam barisan orang yang beriman dan pada saat yang lain bersenda gurau dengan syaitan. Apabila ia bersama orang-orang yang beriman maka ia tampak sebagai hamba Allah yang baik. Sebaliknya ketika ia bersama syaitan, maka ia akan terlihat sebagai pengikut yang setia. Karena karakter negatif inilah maka kelangsungan jihad menjadi terancam. Berjihad terhadap orang-orang munafik memiliki tiga tujuan. Pertama, berjihad agar Anda tidak menjadi orang munafik. Kedua, berjihadlah agar keluarga Anda tidak menjadi orang yang munafik. Dan ketiga, berjihad agar masyarakat Anda tidak menjadi masyarakat yang munafik. Ketiga tujuan ini hanya dapat dipenuhi apabila Anda senantiasa berada dalam batasan-batasan-Nya. Ingatlah, bahwa sifat dan karakter orang-orang munafik tidak mungkin melekat pada pribadi orang-orang yang beriman. Sehingga solusi terbaik dari permasalahan ini adalah beriman dan bertakwa kepada Allah dengan sepenuhnya. Apabila Anda beriman, maka pada sore hari Anda tidak akan bersekutu dengan syaitan setelah pada pagi harinya Anda memuji Allah. Apabila Anda bertakwa kepada Allah, maka Anda akan membuang keragu-raguan dan bisikan syaitan di hati Anda. Sesungguhnya kelangsungan jihad ini tergantung pada kesungguhan Anda untuk berada pada jalan yang lurus. Ketahuilah, di jalan lurus ini terdapat banyak rambu-rambu yang mengingatkan Anda tentang orang-orang munafik dan keburukannya. Karena itu, berdoalah kepada Allah SWT agar diri Anda, keluarga Anda atau masyarakat Anda agar tidak memiliki salah satu atau seluruh sifat dan karakter orang-orang munafik. Yakinkan kembali dalam diri Anda bahwa Anda harus memenangkan jihad terhadap orang-orang munafik dan pengaruh-pengaruhnya. Saudaraku,... Itulah empat tingkatan jihad yang harus kita penuhi. Tetapi kita juga tidak bisa mengkhususkan diri untuk mengerjakan satu jenis jihad saja tanpa mengerjakan tingkatan jihad yang lainnya. Sebagai contoh, Anda tidak bisa membatasi diri Anda untuk berjihad terhadap diri anda sendiri tanpa mengerjakan jihad terhadap syaitan, orang-orang kafir maupun orang-orang munafik. Keempat tingkatan jihad ini adalah sebuah kesatuan yang utuh, dimana tidak akan lengkap tanpa melibatkan keseluruhannya. Percayalah, apabila Anda menepati keempat tingkatan jihad tersebut, Allah akan memberikan banyak kemudahan kepada Anda. Karena itu, maka bergembiralah saudaraku!