Senin, 25 Mei 2009

KEBAIKAN DAN DOSA

Saudaraku,... Mengenali kebaikan dan dosa adalah mutlak bagi setiap penempuh jalan lurus. Kebaikan dan dosa layaknya sebuah rambu-rambu yang berada di sepanjang jalan. Kita semua mengetahui dan mengenalinya dengan baik, tetapi tidak sedikit juga yang menganggap tidak ada. Akhirnya rambu-rambu itu pun hanya menjadi penghias jalan yang akan selalu diganti ketika penampilannya sudah tidak lagi cantik. Begitulah yang terjadi setiap tahun. Semakin sering rambu-rambu itu diganti, maka semakin sering pula terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa. Tentu saja karena pemakai jalan tidak kunjung memiliki kesadaran untuk menepatinya. Seharusnya pemakai jalan itu mengerti bahawa rambu-ranbu tersebut diadakan untuk keselamatan mereka sendiri. Begitu juga dengan kebaikan dan dosa yang melingkupi kehidupan kita. Manusia akan selalu berada dalam kedua hal ini, antara keberpihakannya kepada kebaikan dan dosa. Karena itulah Rasulullah mengingatkan kita untuk melakukan pilihan yang terbaik. Dan kita kelak mempertanggungjawabkab pilihan tersebut di hadapan Allah SWT. Berbuatlah kebaikan agar Anda memperoleh kebahagiaan di akhirat. Anda tidak perlu berpikir lama untuk berbuat baik di dunia. Dunia ini adalah ladang bagi perbuatan-perbuatan baik Anda yang kelak akan Anda nikmati di kampung akhirat. Perhatikanlah sekeliling Anda, sungguh banyak media yang dapat Anda lakukan agar Anda tecatat sebagai orang baik di sisi Allah. Janganlah Anda hanya berpikir untuk melakuan perbuatan baik yang besar hingga Anda lalai untuk melakukan perbuatan baik yang lainnya. Berpikirlah lebih santai saudaraku. Cukuplah Anda tidak berpikir tentang dosa dan menyakiti orang lain, maka Anda akan terlindung dari perbuatan buruk yang menistakan Anda di hadapan Allah. Kebaikan adalah sesuatu yang tidak membuat hati Anda gelisah ketika memikirkannya. Apabila perbuatan Anda tidak membuat Anda hati terganggu maka perbuatan Anda adalah sebuah kebaikan. Sebuah kebaikan hanya bertentangan kehendak-kehendak syaitan, dan ia akan selalu seirama dengan naluri manusia. Manusia selamanya akan menyukai hal-hal yang baik, kecuali kalau hatinya sudah memiliki kecenderungan kepada yang batil. Kalau Anda menyukai perkataan yang baik maka itu adalah kebaikan. Kalau Anda suka meringankan beban orang lain maka itu adalah kebaikan. Lalu jika Anda senang memberikan kegembiraan kepada orang lain, maka hal itu juga merupakan kebaikan. Bahkan senyuman Anda kepada kerabat terdekat sudah diperhitungkan Allah SWT sebagai sebuah kebaikan. Rasulullah Muhammad Saw menganjurkan kita untuk bergaul kepada manusia dengan perangai yang baik, yaitu menempatkan manusia sesuai dengan kemanusiaannya. Hubungan ini tidak boleh merendahkam manusia yang lain atau membuat mereka terhina di hadapan khalayak. Ketika Anda menolong seseorang maka janganlah Anda mengangggap diri Anda lebih baik daripada yang Anda tolong. Jangan pula berpikir bahwa yang ada tolong adalah manusia rendah yang tidak memiliki nilai. Karena sekali saja Anda berpikir seperti itu, maka Anda sudah keluar dari lingkaran kebaikan itu sendiri. Ketika Anda berbuat kebaikan maka Anda harus mengikatkan diri Anda kepada Allah dan rasul-Nya. Sehingga Anda akan terhindar berbuat dzalim kepada orang yang Anda tolong, meskipun tidak Anda sadari sebelumnya. Anda juga harus menghilangkan tendensi Anda terhadap pertolongan-pertolongan tersebut. Cukup ingatlah Allah ketika Anda menolong orang lain. Karena disitulah letak kebaikan-kebaikannya. Rasulullah Saw, Umar bin Khatthab ra berkata, “Barangsiapa mempunyai niat yang ikhlas dalam hal kebenaran meskipun terhadap dirinya sendiri, niscaya Allah akan memberikan kecukupan kepada-Nya antara dia dan orang lain.” Inilah kekuatan ikhlas dalam kebaikan. Semakin hebat Anda menanamkan ikhlas dalam kebajikan-kebajikan Anda, maka pengaruhnya pun akan menjadi luar biasa terhadap kehidupan Anda. Bersikap ikhlas adalah perilaku orang-orang yang dicintai Allah. Berkaitan dengan hak ini, Dawud Ath-Tha-iy berkata, “Aku melihat semua kebaikan hanya dapat direalisasikan dengan niat yang baik; dan sudah cukup bagimu beroleh kebaikan dari niat yang baik meskipun engkau tidak mengalami susah payah. Karena sesungguhnya apa yang engkau hasilkan dari niat yang baik adalah terhimpunnya tekad dirimu demi karena Allah dan peran hawa nafsumu terusir dari dalam kalbumu, dan hal ini merupakan sesuatu yang besar.” Saya berpikir hanya perbuatan baik yang dilandasi dengan niat baik saja yang mampu menggoyahkan pintu-pintu langit. Sedangkan perbuatan baik yang dibalut dengan niat yang buruk, maka suatu ketika akan tampak sebagai sesuatu yang buruk pula. Hal itu akan diperlihatkan oleh Allah dalam waktu yang dekat maupun dalam waktu yang cukup lama. Yang pasti adalah setiap kebaikan yang tulus akan tampak sebagai sebuah kebaikan yang tidak lekang oleh waktu. Kebaikan itu akan memancar dari pelaku-pelakunya kepada manusia lain yang bersinergi dengannya. Kekuatan kebaikan dari manusia kepada manusia lain inilah yang akan menciptakan kekuatan perubahan yang luar biasa. Tidakkah Anda bertanya-tanya mengapa seorang Muhammad yang ummi mampu menjadi tokoh perubahan nomor satu di dunia ini? Jawabannya adalah karena Muhammad Saw telah memancarkan kebaikan dengan kualitas terbaik. Allah SWT dan kekasih-Nya menerangkan kepada Anda tentang kebaikan. Sedangkan dosa menurut Rasulullah Saw adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa Anda dan Anda enggan (malu) bila dilihat (diketahui) orang lain. Manusia terlahir untuk berbuat kebaikan, tetapi mengapa manusia terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Menurut saya ada dua alasan yang membuat manusia berkecimpung dosa. Yang pertama, karena mereka tidak menyadari atau tidak mengetahui bahwa perbuatan mereka adalah dosa. Hal ini berawal ketika suatu perbuatan buruk menjadi sebuah kelaziman. Ketika mereka menyakiti orang lain atau melakukan kecurangan terhadap orang lain, sama sekali tidak pernah terbetik di hati mereka bahwa perbuatannya adalah sebuah dosa. Dalam hal ini rahasianya terletak pada hati. Ketika seseorang melakukan sebuah perbuatan (entah perbuatan baik maupun buruk) akan timbul reaksi-reaksi pada hatinya. Rasulullah Saw menyebutkan jika hati Anda merasa gelisah atau tidak nyaman setelah melakukan suatu perbuatan mungkin yang Anda lakukan adalah sebuah dosa. Tetapi jika sebaliknya, mungkin perbuatan Anda adalah sebuah kebaikan. Karena itu rawatlah hati Anda sebaik-baiknya. Karena hati yang tidak terawat, pastinya tidak akan mampu menunjukkan kebaikan dan keburukan kepada Anda. Yang kedua adalah karena manusia itu sendiri menutup sendiri kebenaran yang datang kepadanya. Sebagian ada yang mengetahui kebenaran dari Allah SWT, tetapi bertindak seolah-olah dirinya adalah manusia yang tidak menerima kebenaran tersebut. Mereka itulah manusia-masuia fasik yang menistakan kebenaran yang datang dari Tuhannya. Sebagian saudara kita banyak memiliki kecenderungan seperti ini. Pada awalnya mereka tidak pernah menganggap serius beragama, tetapi kemudian kecenderungan ini menyeret mereka kepada banyak perbuatan dosa. Ingatlah ketika satu kali saja Anda meremehkan sesuatu, maka ia akan membuat Anda kepayahan sepanjang waktu. Sahabat Rasullulah Umar bin Khaththab ra menyarankan untuk meredam nafsu-nafsu yang berasal dari syahwat. Hal ini terkait kecenderungan kita untuk melakukan dosa yang sebagian besar berasal dari pengendalian syahwat yang buruk. Lebih jauh beliau mengungkapkan bahwa pengendalian ini akan menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tapi akhirnya akan menyelamatkan dirinya dari keburukan-keburukan yang akan terjadi. Karena itulah orang-orang yang bersabar terhadap keadaan yang tidak menyenangkan ketika menjauh dari dosa, akan memperoleh balasan yang menyenangkan dari Tuhannya. Saudaraku, ... Sesungguhnya apabila Anda datang kepada Allah dengan membawa dosa yang lebih banyak daripada kebaikan Anda, maka Anda akan ditempatkan Allah SWT di Neraka Jahanam. Dan ketahulaih Neraka Jahanam adalah tempat yang sangat buruk, dan Anda akan sangat menyesal ketika Anda menginjakkan kaki di sana. Kehidupan manusia selalu dilingkupi kebaikan dan dosa. Manusia harus menetapkan dirinya dalam kebaikan tetapi ia pun harus waspada dengan bayang-bayang dosa yang akan menghantuinya. Ia harus memilih diantara keduanya dan akan bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan tersebut. Karena itu, maka kembalikanlah perbuatan-perbutan Anda sebagai sebuah kebaikan agar Anda memperoleh kebaikan-Nya secara utuh.

Rabu, 13 Mei 2009

KUNCI KEBAHAGIAAN

Saudaraku,... Setiap saat manusia selalu menuntut dirinya untuk menjadi bahagia. Mereka melakukan apa saja yang menurut mereka mampu mengantarkan kepada pintu-pintu kebahagiaan yang mereka inginkan. Padahal pintu kebahagiaan itu berlapis-lapis. Pintu kebahagian paling awal adalah kebahagiaan duniawi yang juga terdiri dari banyak pintu, seperti harta, wanita, makanan dan sebagainya. Apabila seseorang memasuki salah pintu tersebut, maka ia tidak akan terpuaskan sebelum menasuki pintu lainnya. Sedangkan pintu kebahagiaan paling akhir adalah kebahagiaan akhirat. Sebelum kita mampu mendekati pintu-pintu tersebut, maka yang harus kita mengerti adalah tentang kunci pembukanya. Sebab apabila seseorang mengetahui kunci-kunci tersebut, maka ia akan dapat menghimpun kedua jenis kebahagiaan tersebut dalan satu genggaman. Orang yang mampu mencapai pada tahapan ini tidak akan perduli dengan pencapaian duniawinya, karena ia telah sampai pada pintu kebahagiaan yang terbesar. Karena itulah seorang hamba Allah selayaknya harus memiliki kunci-kunci kebahagiaan tersebut. Rasulullah Saw bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapusnya dan berakhlaklah terhadap manusia denagn akhlak yang baik.” ( HR. Ath-Thabrani, dari Abu Dzar ) Melalui hadits tersebut, Muhammad Saw menunjukkan tiga jalan untuk memperoleh kunci kebahagiaan tersebut. Jika kita mampu memenuhinya, maka pintu surga yang berlapis-lapis itu dapat kita lewati dengan sangat mudah. Jalan yang pertama adalah bertakwa kepada Allah. Setiap pribadi muslim tidak saja dituntut untuk beriman kepada Allah, tetapi juga diwajibkan untuk bertakwa kepada-Nya. Bertakwa kepada Allah berarti kita menetapkan diri selalu berada di jalan-Nya yang lurus dan menghindari jalan-jalan yang sesat. Menurut An-Nashr Abadzy, seseorang dikatakan bertakwa apabila seorang hamba waspada terhadap segala sesuatu selain Allah SWT. Barang siapa menghendaki taqwa yang sempurna hendaklah menghindari setiap dosa. Takwa seseorang juga ditandai oleh sikap yang baik seperti, tawakkal terhadap apa yang belum dianugerahkan, berpuas diri terhadap apa yang sudah dianugerahkan, dan bersabar dalam menghadapi milik yang hilang. Apapun yang dituntut oleh Allah, maka penuhilah. Karena sesungguhnya dibalik tuntutan tersebut tersembunyi kebaikan yang sangat besar. Ibadah-ibadah yang kita kerjakan selain bermanfaat untuk kepentingan akhirat, juga akan memberikan keuntungan-keuntungan duniawi. Jika shalat dapat berlangsung khusyu’, maka Allah akan menjanjikan kebahagiaan ukhrawi bagi kita. Tetapi Allah juga secara tidak langsung memberikan kita kebahagiaan duniawi, seperti kesehatan, semangat hidup dan kemampuan untuk bertawakkal. Sesungguhnya diantara tawakkal dengan kebahagiaan duniawi terdapat keterkaitan yang sangat erat. Manusia yang bertawakkal adalah hamba Allah yang selalu bahagia dengan apapun yang diberikan Tuhannya. Ia akan menjadi sangat bahagia ketika mendapatkan nikmat yang sedikit, karena ia sadar beban tanggung jawabnya di akhirat akan menjadi lebih ringan. Begitu juga ketika ia mendapatkan nikmat yang banyak. Ia akan menggunakan nikmat-nikmat tersebut sebagai jalan takwa kepada Allah. Manusia bertakwa yang bertawakkal adalah seorang dermawan yang bertanggung jawab. Dan dengan melakukan amaliah seperti itulah kebahagiaan dunia dan akhirat mendekat kepadanya. Allah SWT berfirman, “.... Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat : 13). Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali imran : 102). Demikianlah Allah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya keutamaan bertakwa kepada-Nya, dan Allah SWT tidak pernah lalai dengan janji-janji-Nya. Jalan yang kedua adalah melakukan perbuatan baik setelah mengerjakan perbuatan yang buruk. Allah adalah Dzat Yang Maha Penerima Taubat. Betapapun durhakanya seorang hamba, tangan Allah selalu terbuka kepada hamba-hamba-Nya yang hendak kembali ke jalan yang lurus. Dan dari sekian banyak dosa yang dilakukan oleh hamba-Nya hanya ada satu dosa yang tidak dapat diampuni oleh Allah, yaitu menyekutukan Allah. Salah satu bentuk perwujudan taubat seorang hamba adalah selalu melakukan perbuatan baik setelah mengerjakan perbuatan-perbuatan buruk. Melakukan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk yang pernah kita lakukan. Apabila seorang manusia gemar berjudi, berzina, mabuk-mabukan atau perbuatan-perbuatan buruk lainnya, maka ia harus mengekalkan hidupnya dengan menyantuni anak yatim, membantu orang teraniaya, melakukan ibadah-ibadah rabbani, atau perbuatan-perbuatan lain yang disukai Allah. Dan berbahagialah jika Allah memberikan kita kemuliaan mampu mengerjakan perbuatan-perbuatan baik tersebut dengan ikhlas. Artinya, perbuatan-perbuatan baik tersebut harus selalu diorientasikan hanya kepada Allah. Bukan untuk mendapatkan perhatian wanita idaman dan mertua atau kepentingan-kepentingan lainnya. Pertobatan terhadap perbuatan dosa tidak dapat diwujudkan dengan perbuatan baik yang tidak disertai dengan keikhlasan. Sikap mencari perhatian kepada makhluk akan membebani kita dengan dosa-dosa baru. Sehingga seyognyalah kita bertobat dengan ikhlas dan tetap melakukan perbuatan-perbuatan baik. Apabila semakin banyak perbuatan baik yang kita lakukan, maka semakin ringan pula dosa yang membebani kita. Pada saat seperti itulah Allah akan memberikan kita kebahagiaan yang sangat besar. Begitulah apabila Allah menyukai hamba-Nya yang hendak menyucikan diri dari kotoran yang melingkupinya. Meskipun begitu, kita janganlah memandang remeh perbuatan-perbuatan dosa karena kemurahan Allah tersebut. Kalau Anda mampu berbuat baik, maka berbuat baik sebanyak mungkin, hingga Anda tidak memiliki ruang lagi untuk berbuat dosa. Teruslah Anda berjuang di jalan ini dan jangan pernah putus asa terahadap rahmat Allah SWT yang akan melingkupi Anda sepenuhnya. Mengenai hal tersebut Allah SWT berfirman, “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ ” (QS. Az-zumar : 53). Tidakkah Anda bergembira terhadap pernyataan Allah tersebut? Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa Anda, tentunya apabila Anda juga bersegera diri bertobat kepada-Nya. Inilah titik tolak kebahagiaan yang hanya dapat Anda ketahui ketika Anda mampu berdekatan kepada-Nya. Rasakanlah kehadira-Nya dalam sisi kehidupan Anda, maka tidak akan ada satu hal pun dari dunia ini yang akan membuat Anda berduka. Dan itulah kebahagiaan yang sejati, saudaraku! Dan jalan kebahagiaan yang terakhir adalah berakhlak dengan akhlak yang baik, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Dan ini bukanlah perkara yang mudah. Karena ketika manusia menetapkan dirinya berada dalam akhlak yang baik, maka ia akan selalu berhadapan dengan syaitan yang terkutuk. Mereka tidak akan merelakan jika pintu-pintu kebahagiaan terbuka untuk manusia. Karena itulah mereka menawarkan kepada manusia pintu-pintu lain yang berujung pada penyesalan di hari akhir. Dan ketika itu terjadi maka manusia tidak akan mampu memperbaiki apa yang sudah dikerjakannya. Berkaitan dengan hal ini, kita dapat belajar kepada Rasulullah Muhammad Saw. Pada awal penyebaran Islam di Makkah, Rasulullah Saw menghadapi tentangan yang luar biasa dari kaum kafir Qurays. Beliau dicaci, dimaki, direndahkan, diludahi bahkan sempat mengalami percobaan pembunuhan. Tetapi beliau membalasnya dengan perlakuan yang paling baik. Rasulullah Saw membalas setiap umpatan, cacian, dan kutukan yang diperuntukkan kepadanya dengan senyuman yang paling tulus. Rasulullah Saw juga bersikap santun kepada orang-orang yang tidak pernah bersimpati kepadanya. Karena alasan inilah maka Allah SWT meninggikan kedudukannya diantara sekian banyak kekasih-Nya. Jika Anda mampu menempatkan diri kepada akhlak yang baik, maka berbahagialah, Anda akan mampu mendapatkan kunci-kunci kebahagiaan. Dengan kunci-kunci itulah, kebahagiaan yang Anda harapkan berada dalam genggaman Anda. Abu Said Al-Kharraz menyebutkan bahwa seseorang dapat disebut memiliki akhlak mulia apabila ia tidak berpengharapan kepada makhluk, kecuali kepada Allah SWT. Pernyataan ini menunjukkan kalau perbuatan baik selalu diawali dengan kekuatan tauhid yang kuat. Orang yang berpengharapan kepada makhluk, perbuatan baik yang dilakukannya akan tampak sebagai keburukan, baik di mata manusia dan Tuhan. Menolong orang yang kepayahan memang sebuah kebaikan, tetapi apabila pertolongan tersebut bertujuan untuk kepentingan pribadinya, tentunya perbuatan tersebut tidak lagi disebut sebagai sebuah kebaikan. Perbuatan baik hanya akan terlihat sebagai sebuah kebaikan yang utuh selama para pelakunya membersihkan niat yang melatarbelakanginya, termasuk juga dengan media yang digunakan. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Engkau tidak akan dapat memberikan kebahagiaan orang lain dengan hartamu, karenanya berilah kebahagiaan dengan wajah yang manis dan akhlak yang baik.” (HR. Al-Bazaar dan Hakim). Pernyataan Rasulullah Saw tersebut kembali menegaskan bahwa tanpa melibatkan akhlak yang baik, sebuah perbuatan baik (yang menggunakan harta yang banyak) tidak akan memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Karena itulah seringkali disebutkan senyuman adalah pemberian yang luar biasa kepada orang lain. Untuk tersenyum Anda tidak perlu menggunakan harta yang berlimpah, cukup keikhlasan yang muncul dalam kebahagiaan di wajah Anda. Selama ini masyarakat kita lebih terpaku bahwa kebahagaian terletak pada banyaknya harta dan kemewahan yang dimiliki. Tetapi kenyataan memberitakan kepada kita bahwa memiliki harta yang banyak justru menimbulkan banyak kekhawatiran. Kecuali kalau Anda memiliki kebaikan hati yang akan membuat Anda kehilangan kekhawatiran terhadap kemewahan yang Anda miliki. Tahukah Anda, hidup itu akan sangat menyenangkan kalau dalam kehidupan manusia tidak merasa khawatir dengan keduniaan yang melingkupinya. Akhlak yang buruk menyempitkan hati para pelakunya. Sebab ia tidak memberikan ruang bagi apapun selain hawa nafsunya sendiri, dan hatinya menjadi seperti ruang sempit yang hanya cukup ditempati bagi pemiliknya sendiri. Sedangkan akhlak yang baik berarti Anda tidak peduli dengan siapapun yang berdiri di sebelah Anda dalam shaf ketika shalat. Suatu tanda keburukan akhlak adalah ketika Anda tertuju pada keburukan orang lain. Kunci-kunci kebahagiaan tidak akan terlihat oleh mata yang dipenuhi oleh nafsu. Kunci-kunci kebahagiaan tidak akan tersentuh oleh hati yang penuh kesombongan. Kunci-kunci kebahagiaan juga tidak akan tergenggam oleh tangan yang senantiasa menyakiti saudara-saudaranya. Sehingga sepantasnyalah kita menghindar diri sejauh mungkin dari sifat-sifat tercela, agar hingga kehidupan ini berakhir, kita tidak akan kehilangan kebahagiaan tersebut. Saudaraku,... Begitulah tiga jalan yang ditawarkan Rasulullah Muhammad Saw agar umat manusia mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Jika Anda sungguh berkeinginan memperolehnya maka jangan pernah ragu menapaki kunci-kuncinya. Jika Anda berhasrat besar untuk menggenggamnya maka jangan pernah berlalu darinya. Ketahuilah, kebahagiaan tidak pernah berada dalam gemerincing harta dan kilauan permata. Renungkanlah, bahwa mereka yang hidup penuh dengan kemewahan mengalami banyak kehinaan kerena enggan menempuh jalan yang ditawarkan Rasulullah Muhammad Saw.

IMAM SYAFI'I DAN DELAPAN TUNTUTAN

Pada suatu hari Imam Syafi’i ditanya, “Bagaimana keadaan Anda pagi ini?” Imam Syafi’i menjawab, “Aku sedang menghadapi delapan tuntutan, yaitu Allah SWT dengan kefardhuan-Nya, Rasulullah Saw dengan kesunahannya, zaman dengan segala ulahnya, keluarga dengan keperluan makan minumnya, malaikat pencatat dengan semua yang aku ucapkan, setan-setan dengan ajakan-ajakan maksiat, hawa nafsu dengan kesenangannya dan malaikat Izrail dengan pencabutan nyawaku sebagai tugasnya.” Saudaraku,... Seperti halnya Imam Syafi,i, kita pun harus menghadapi kedelapan perkara ini setiap hari. Sekarang marilah kita berbincang sebentar mengenai delapan tuntutan tersebut. Tuntutan yang pertama adalah Allah SWT dengan kefardhuan-Nya. Hak-hak atau kepentingan Allah berada di atas hak-hak atau kepentingan makhluk-Nya. Maksudnya adalah kita tidak selayaknya menuntut kepada Allah mengenai sesuatu apabila kita belum memenuhi hak atau kepentingan Allah terlebh dahulu. Ingatlah, kebaikan maupun kesenangan yang Anda nikmati hari ini adalah buah dari campur tangan-Nya. Karena itulah seorang hamba Allah tidak akan menunda waktu untuk memenuhi tuntutan Tuhannya. Jika hari ini Anda dapat tetap hidup dan mendapatkan banyak kesenangan, maka sepantasnyalah Anda mengagungkan nama-Nya. Jika hari ini masih berkemampuan berada di jalan-Nya, maka seharusnyalah Anda mengokohkan pijakan kepada-Nya. Allah senantiasa menuntut Anda untuk mencintai-Nya. Allah menuntut Anda untuk tidak mengacuhkan bersujud kepada-Nya. Allah menuntut Anda untuk bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya. Dan sayangnya, tuntutan-tuntutan ini jarang Anda penuhi pada lima waktu yang telah Allah tentukan bagi Anda. Setiap saat Anda berkata, “Ya Allah, aku hamba-Mu dan aku beriman dan bertakwa kepada-Mu.” Bagaimana mungkin Anda mampu berkata seperti itu jika kepentingan-Nya tidak lebih penting daripada pacar Anda, bos Anda atau berhala-berhala Anda yang lain. Yang dimaksud dengan berhala adalah segala sesuatu yang dapat memalingkan Anda dari kecintaan kepada Allah. Ia dapat berupa bentuk tubuh Anda, ibadah-ibadah atau perbuatan baik yang Anda banggakan, pekerjaan-pekerjaan Anda, pacar Anda, bos Anda, atau ramalan-ramalan yang Anda yakini kebenarannya. Kita harus sepakat bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang layak untuk disembah dan dimuliakan. Kita harus menyakini hal ini dalam hati, menetapkan dalam ucapan dan mewujudkan dalam perbuatan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan-Nya. Siti Aisyah ra. berkata, “Barangsiapa cinta pada Allah akan memperbanyak ingat (dzikir) kepada-Nya dan sebagai balasannya Allah akan ingat kepadanya dengan rahmat dan pengampunan-Nya di dalam surga bersama Nabi-Nabi-Nya dan hamba-hamba kecintaan-Nya dan mendapat kehormatan melihat keagungan-Nya. ...” Allah berfirman, “Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.” (QS. An-Nisa : 175). Demikianlah Allah SWT telah menjelaskan janji-Nya kepada kita. Dan selayaknyalah kita mulai bergegas terhadap tuntutan ini. Ingatlah, waktu kita semakin sempit, dan Anda pun tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan waktu sedetikpun untuk berpaling dari-Nya. Tuntutan yang kedua adalah Rasulullah Saw dan kesunahannya. Apabila Anda sungguh-sungguh mencintai Allah, maka Anda pun semestinya mencintai kekasih-Nya Muhammad Saw. Dan jika Anda mencintai Muhammad Saw, maka tidak ada alasan bagi Anda untuk menyepelekan sunnah-sunnahnya. Setiap saat Anda dituntut seberapa jauh menepati sunnah-sunnah tersebut. Anda tidak diperkenankan hanya mengerjakan sunnah nabi yang Anda sukai dan meninggalkan yang tidak Anda disukai. Hal itu menunjukkan Anda tidak tulus mencintainya, yang berarti pula Anda tidak tulus mencintai Allah SWT. Sangat mengherankan, betapa Anda sangat menyukai berjudi, meskipun Kekasih Allah Muhammad Saw dan Tuhan Anda melarang dengan keras. Sangat membingungkan, betapa Anda sangat menyukai minuman keras, sementara Kekasih Allah Muhammad Saw dan Tuhan Anda meminta menjauhinya. Sangat memusingkan, ketika Anda tidak mengikuti jalannya Muhammad padahal mulut Anda tidak pernah berhenti berucap cinta kepadanya. Jika Anda sungguh-sungguh beriman kepadanya, maka penuhilah tuntutan-tuntutannya. Percayalah Anda tidak akan merugi kalau berada di dalam barisan Muhammad Saw. Shalat Anda tidak akan membuat Anda kelelahan, puasa Anda tidak akan membuat Anda kelaparan atau jatuh sakit, dan bershadaqah pun tidak akan membuat usaha Anda gulung tikar. Pernahkah Anda mendengar bahwa seorang muslim kelelahan ketika mengerjakan shalat? Pernahkah pula Anda mendengar seorang muslim yang jatuh sakit karena berpuasa? Dan pernahkah Anda mendengar seorang muslim yang rajin bershadaqah mengalami kesulitan ekonomi? Saudaraku, sepanjang sejarah agama ini tidak pernah tersiar kabar bahwa sunnah kekasih Allah Muhammad Saw memberikan dampak buruk bagi pengikutnya. Saudaraku,... Tuntutan yang ketiga adalah zaman dengan segala ulahnya. Zaman senantiasa berubah menciptakan beban yang sangat berat yang harus ditampung setiap individu yang berada di dalamnya. Apa yang terjadi hari ini berbeda dengan apa yang terjadi sebelumnya. Begitu juga pada masa-masa yang akan datang. Cara berpikir, berbuat bahkan orientasi akan menjadi berbeda. Jika pada zaman jahiliyah, Muhammad Saw dan para sahabatnya menegakkan bendera Islam melawan kaum musyrik, maka pada saat ini kita harus menegakkan bendera Islam melawan pemikiran-pemikiran atau perilaku-perilaku yang menyesatkan. Betapa sungguh berat menegakkan Islam di tengah cara hidup yang penuh kepalsuan. Renungkanlah apa yang sedang terjadi di lingkungan Anda. Orang bersyukur kepada Allah dengan memberi sesajen di sudut rumah atau ladang yang ditanami aneka tanaman. Padahal Muhammad Saw dan Tuhan Anda memerintahkan bershadaqah kepada kaum fakir sebagai perwujudan syukur. Ada pula yang berpendapat bahwa agama tidak boleh memasuki urusan negara. Padahal mengurusi negara sama artinya mengurusi kepentingan publik atau masyarakat. Bayangkan jika keputusan dari negara diberlakuikan kepada masyarakat tanpa pertimbangan agama. Bisa jadi akan terjadi kekacauan sistem dalam masyarakat. Ada lagi gejala zaman yang berupa pergaulan bebas. Beberapa saudara kita yang terseret ke dalamnya benar-benar telah bertelanjang. Islam yang ia kenakan ditanggalkan begitu saja. Jadi tidaklah mengherankan kalau ia pun akhirnya kehilangan kehormatan. Islam adalah mahkota kemuliaan yang membedakan manusia dengan binatang. Jika ia membuangnya maka kembalilah ia kepada kawanan binatang liar yang tidak mempunyai malu. Bukankah sungguh berat beban yang kita terima dari jaman ini? Kita dituntut bertanggung jawab senantiasa berada di jalan-Nya kepada zaman yang kita lalui. Allah SWT akan menepati janji terhadap orang-orang yang senantiasa beriman kepada-Nya. Tuntutan yang keempat adalah keluarga dan keperluan makan dan minumnya. Ketika seseorang memutuskan untuk berkeluarga, maka pada saat itu pula ia dituntut untuk menciptakan keluarganya selalu dalam keadaan bahagia. Ia harus menjaga agar keluarga tersebut selalu berada dalam jalan-Nya, tidak terkecuali urusan makan dan minumnya. Renungkanlah, dengan tubuh yang sehat dan tidak kelaparan, keluarga Anda akan mengabdi kepada Allah SWT dengan baik. Mereka akan bersemangat mengoptimalkan apa yang sudah diberikan Allah. Bayangkanlah apabila keluarga Anda tidak tercukup kebutuhan makan dan minumnya. Istri Anda mungkin tidak akan mampu melayani Anda dengan sempurna seperti yang diminta Allah SWT. Begitu juga dengan anak-anak Anda. Mereka tidak akan mampu mengoptimalkan kecerdasan yang diberikan Allah. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Jika seorang laki-laki memberi nafkah kepada keluarganya dengan ikhlas karena Allah, maka ia mendapatkan pahala sedekah karenanya.” ( Al-Hadits). Beliau juga bersabda, “Cukuplah sebagai dosa bagi seseorang, menelantarkan orang yang nafkahnya menjadi tanggung jawabnya.” ( HR. Abu Dawud). Pada kesempatan lain Rasulullah Saw bersabda, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dan mulailah dengan orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah adalah yang dikeluarkan tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dengan tidak meminta-minta, maka Allah akan menjaga kehormatannya. Barang siapa merasa cukup maka Allah akan mencukupinya. (Al-Hadits) Tetapi Anda pun harus mengerti bahwa pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini harus dalam batas yang wajar. Tahukah Anda apabila tanaman disiram tanpa memperhatikan kebutuhannya, maka ia akan layu dan pertumbuhannya pun akan menjadi tidak sehat? Begitu juga halnya dengan manusia. Pemenuhan kebutuhan tanpa batas akan membuat Anda lupa bersujud kepada-Nya. Padahal kebutuhan-kebutuhan tersebut difungsikan untuk mengantarkan Anda mencintai-Nya. Lalu bagaimana dengan kemiskinan yang membuat sebagian besar saudara kita tidak mampu mencukupi kebutuhan makan dan minum keluarganya? Mengenai hal ini, cobalah Anda perhatikan kehidupan Kekasih Allah Muhammad Saw. Pemahaman Rasulullah Saw terhadap kemiskinan sungguh luar biasa. Beberapa kali Rasulullah menyatakan bahawa kemiskinan mampu mendekatkan kita pada pintu-pintu surga. Kemiskinan membuat tubuh menjadi peka terhadap tanda-tanda kekuasaan-Nya. Kemiskinan juga membuat semakin ringan beban tanggung jawab di hari perhitungan. Tetapi kemiskinan juga telah membuat sebagian saudara kita berlindung kepada syaitan yang terkutuk. Sehingga kita pun harus semakin waspada agar kemiskinan-kemiskinan tersebut tidak menjauhkan kasih sayang Allah dari kehidupan kita. Berapapun harta yang Anda punya, sekecil apapun pendapatan Anda atau sesusah apapun pekerjaan Anda, Anda tidak berhak menelantarkan keluarga Anda. Walaupun hanya sesuap nasi atau seteguk air, Anda tetap dituntut memberikannya kepada mereka. Apapun keadaan Anda, baik kaya atau miskin Anda tetap dituntut mencukupi kebutuhan mereka dimana Anda menjadi pemimpinnya. Tuntutan yang kelima adalah Malaikat pencatat dengan apa yang kita lakukan. Malaikat-malaikat pencatat Allah lebih dekat dengan kita daripada urat nadi kita sendiri. Mereka selalu menyertai kita. Apapun yang kita ucapkan, apapun yang kita lakukan dan apapun hasil dari ucapan dan pekerjaan itu tidak lepas dari pengamatan Allah. Kita memang tidak memiliki kemampuan mengetahui catatan-catatan-Nya. Tetapi, renungkanlah seberapa baik atau burukkah catatan tersebut. Berkaitan dengan keberadaan para malaikat, Allah berfirman, “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu).” (QS. Al-Infithaar : 10-11). Allah SWT dalam ayat yang lain juga berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf : 16-19 ) Malaikat pencatat selalu bersama kita, menulis apapun yang terlintas di pikiran dan terwujud dalam perbuatan. Tetapi kita seolah-olah menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang sepele. Yang hendak berzina ya tetap berzina, padahal malaikat allah selalu berda di sampingnya. Yang hendak berjudi ya tetap saja berjudi, padahal malaikat Allah sudah menulis apa yang sudah Anda kerjakan. Yang hendak korupsi ya tetap saja korupsi, padahal malaikat Allah tidak pernah lengah terhadap segala sesuatu yang ia kerjakan. Sekarang yang harus dipahami adalah bahwa malaikat pencatat Allah senantiasa menuntut kita bertanggung jawab dengan apa yang kita kerjakan. Mereka menuntut kita dengan catatan-catatannya. Jadi sadarilah dengan apa yang sudah kita miliki bahwa kita tidak akan pernah lepas dari pengamatan Allah dan malaikat-malaikat-Nya. Tuntutan nyang keenam adalah syaitan dengan ajakan-ajakan maksiat. Sejak pertama kali Nabi Adam diciptakan hingga sekarang, syaitan dan bala tentaranya tidak pernah beristirahat untuk mengantarkan kita kepada pintu-pintu Neraka dan sarana-sarananya. Mereka adalah musuh umat manusia yang luar bisa hebat. Ketika Anda hendak tidur, maka syaitan tetap membuka mata untuk memikat hati Anda. Ditunjukkanlah kepada Anda dunia yang penuh kemewahan. Ditunjukkanlah kepada Anda kenikmatan seksual yang tidak ada habisnya. Ditunjukkanlah kepada Anda betapa mudah menjadi kaya melalui penyerahan diri kepada iblis dan perilaku-perilakunya yang menyesatkan. Ditunjukkan kepada Anda betapa menyenangkan melakukan korupsi dan menengggelamkan diri dalam pergaulan bebas. Ditunjukkan pula kepada Anda kenikmatan menggauli minuman keras dan meninggalkan apa yang sudah dihalalkan untuk Anda. Allah SWT berfirman, “Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih. (QS. Ibrahim : 22 ). Saudaraku,... Syaitan, iblis dan teman-temannya selalu menuntut kita untuk mengikuti jalannya. Mereka menjanjikan surga kepada Anda, padahal mereka pun tidak mendapatkan surga dari Dzat yamg memiliki surga. Ketika syaitan menjanjikan surga kepada Anda, maka percayalah bahwa sesungguhnya mereka telah melakukan kebohongan. Tidak ada surga atau kebaikan-kebaikan lain bersama mereka. Kalau Anda menginginkan surga dan sarana-sarana yang mendekatkan Anda kepadanya, maka mintalah kepada Dzat yang memiliki surga, yaitu Allah SWT. Kalau Anda mengharapkan kemudahan di dunia dan akhirat maka janganlah Anda menjauhkan diri Anda dari Dzat yang memberi banyak kemudahan, yaitu Allah SWT. Sekarang Anda harus semakin waspada dengan seruan-seruan syaitan, baik berupa bisikan iblis maupun rayuan manusia yang menyesatkan. Mereka tidak akan berhenti menuntut Anda menuju jalan-jalan gelap. Jadi peganglah lebih erat obor-obor dari dari Tuhan, agar jalan lurus yang ditunjukkan Allah bagi Anda terlihat lebih jelas. Dan Anda pun dapat selamat dari tuntutan-tuntutannya. Tuntutan yang ketujuh adalah hawa nafsu dengan kesenangan-kesenangannya. Allah menciptakan hawa nafsu kepada manusia, agar manusia-manusia tersebut dapat menciptakan semangat-semangat positif dengan nafsu dimilikinya. Sehingga Allah pun menciptakan otak agar kita berkemampuan mengarahkan hawa nafsu di jalan-Nya. Perhatikanlah, bagaimana sebagian besar dari kita memperlakukan nafsu mereka. Mereka tidak memberikan kendali dengan benar, sehingga hawa nafsu merugikan diri mereka sendiri, bahkan tidak jarang pula merugikan orang lain. Hawa nafsu memang mengajak seseorang kepada kesenangan, tetapi kesenangan-kesenangan itu pun harus dalam batas yang sewajarnya. Memilki nafsu kepada dunia bukanlah hal yang salah jika berada dalam koridor ketaatan kepada Allah. Bukankah dengan nafsu-nafsu tersebut, manusia menjadi bergairah menjalani fungsi sebagai makhluk Tuhan. Dan yang salah adalah jika kesenangan-kesenangan itu melalaikan manusia untuk bersyukur kepada-Nya. Allah SWT berfirman, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun.” (QS. Maryam : 59-60 ) Hawa nafsu tersebut akan berada dalam kondisi seperti saat ia dititipkan Allah kepada manusia, apabila ia ditempatkan ke dalam hati yang senantiasa berdzikir kepada-Nya. Jika hawa nafsu mengajak Anda kepada banyak kesenangan yang menyesatkan, ingatlah Allah yang memberikan banyak kegembiraan. Jika hawa nafsu menuntun Anda kepada kesenangan tanpa kendali, maka tambatkanlah ia kepada rasa cinta yang luar biasa kepada Allah SWT dan kekasih-Nya. Jika hawa nafsu merayu Anda kepada kesenangan yang menyengsarakan, maka lemparkanlah kepada pembalasan Allah yang mengerikan. Tuntutan yang kedelapan adalah Malaikat Izra’il dengan pencabutan nyawa sebagai tugasnya. Kehidupan dan kematian adalah urusan Allah. Ia menitipkannya kepada makhluk-Nya dan Ia pulalah yang kelak akan mengambil titipan tersebut. Malaikat Izra’il yang diperintah Allah mengambil titipan tersebut. Ia dapat datang kapan saja dan dimana pun saja. Mungkin setelah Anda minum seteguk air, mungkin setelah Anda mencicipi ayam goreng dari tetangga, atau ketika Anda bertamu ke kerabat terdekat. Sebagai seorang hamba yang mengharapkan pertemuan dengan Sang Majikan, maka kita pun semestinya menyambut dengan penuh kegembiraaan datangnya ajal. Masalahnya adalah sudah siapkah kita bertemu dengan Allah? Atau yakinkah kita kalau setelah nyawa tidak lagi melekat, kita berada di surga-Nya dan bukan mendekam di neraka-Nya? Karena itu, sudah selayaknyalah kita mempersiapkan sebaik mungkin pertemuan kita dengan Malaikat Izra’il, sehingga ketika ia datang, kita dapat berkata kepadanya, “Ayo antarkan aku kepada Tuhanku yang Maha Mulia, Allah SWT.” Dan malaikat Izra’il pun mengambil titipan-Nya dengan cara yang sangat lembut dan penuh kasih sayang. Bukankah itu cara yang sangat indah untuk menemui Allah, saudaraku? Allah SWT berfirman, “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.” (QS. Al-An’am : 61-62) Saudaraku,... Demikianlah delapan tuntutan yang harus kita hadapi setiap hari. Mohonlah kepada Allah agar kita senantiasa mampu menghadapi tuntutan-tuntutan tersebut dengan hati yang ikhlas, sebagaimana Rasulullah Muhammad Saw menghadapinya. Amiin !