Minggu, 24 Oktober 2010

HARTA KARUN MUSLIM



Saudaraku,…
Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang terkenal. Suatu ketika dia pernah berkata, “Ayahku menceritakan bahwa diantara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada yang menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara. Salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi tersebut, pada suatu malam bermimpi memperoleh perintah dari Allah yang berbunyi, "Esok pergilah keluar dari rumah pada waktu pagi menghadap ke barat. Engkau harus berbuat, pertama; apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah, keempat; jangan engkau putuskan harapan, yang kelima; larilah engkau darinya."

Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, "Aku diperintahkan memakan yang pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."

Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan tujuan untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Ketika ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.

Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat petunjuk dalam mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar kembali seperti semula. Nabi itu pun menanamkannya ke tempat semula sehingga tiga kali berturut-turut. Maka berkatalah Nabi itu, "Aku telah melaksanakan perintahmu." Lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa disadari oleh Nabi itu, mangkuk emas itu keluar ke tempat semula ia ditanam.

Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia melihat seekor burung elang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku."

Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihat keadaan tersebut, lantas burung elang itu pun datang menghampiri Nabi itu sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."

Nabi itu teringat petunjuk dalam mimpinya yang keempat, yaitu ia tidak boleh putus harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada elang itu. Setelah mendapat daging itu, elang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.

Setelah peristiwa itu, Nabi meneruskan perjalanannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ karena tidak tahan menghirup bau yang menyakitkan hidungnya. Setelah mengalami seluruh peristiwa tersebut, maka kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam harinya Nabi pun berdoa, ‘Ya Allah, aku telah pun melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti semuanya ini.’

Dalam mimpi beliau, Allah SWT berfirman, ‘Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada awalnya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu. Kedua; semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan kelihatan. Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya. Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya meskipun kau sendiri berhajat. Kelima; bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah.’ “

Saudaraku…
Kelima kisah ini hendaklah kita tanamkan dalam diri kita, sebab kelima hal ini selalu terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Ini adalah harta karun yang luar biasa yang selayaknya dimiliki seorang muslim. Seorang muslim harus mampu mengendalikan amarahnya, karena amarah yang tidak terkendali selalu mengikutsertakan setan dalam setiap ucapan dan tindakannya. Amarah sangat rentan dengan dosa dan perbuatan yang menyakiti hati atau tubuh orang lain. Sedikit sekali saudara kita yang bersyahadat yang mampu membawa amarah dalam porsi yang sewajarnya. Marahlah hanya karena Allah. Selain itu redamlah segala gejolah amarah Anda dalam bingkai iman yang sangat indah.

Seorang muslim juga selayaknya tidak memamerkan segala bentuk kebaikan kepada orang lain. Seorang muslim tidak butuh pujian atau sanjungan orang atas segala perbuatan baik yang dikerjakan. Berbuatlah baik sebanyak mungkin yang mampu anda kerjakan lalu serahkanlah segala urusan Anda kepada Allah. Dialah Tuhan kita yang akan memberikan pembalasan yang sempurna kepada hamba-Nya. Jika Allah menyukai perbuatan baik Anda, Dialah yang akan membuat perbuatan baik Anda diketahui oleh semua orang. Anda tidak perlu sibuk mencari perhatian makhluk Allah, ketika melakukan kebaikan.

Harta seorang muslim yang ketiga adalah kesetiaannya terhadap amanah dari orang lain. Seorang muslim yang memegang amanah dengan baik adalah orang yang memegang ikatan agamanya dengan kuat. Seorang muslim adalah orang yang amanah terhadap Allah, utusan-utusan-nya, kitab-kitab-Nya dan kebenaran yang dibawa oleh kekasih-Nya. Dan orang yang melalkukan dosa dalam kehidupannya, sesungguhnya tidak lebih hanyalah pribadi-pribadi pengkhianat terhadap amanah yang diberikan Allah di atas pundaknya. Bukankah Muhammad Saw adalah seorang muslim yang kuat memegang amanat dari orang lain? Bahkan beliau mendapat julukan Al-Amin dari masyarakatnya, baik yang secara langsung membencinya maupun yang terang-terangan menyukainya. Apakah kepribadian muslim ini sudah melekat dalam ucapan dan perbuatan Anda, saudaraku!

Harta seorang muslim yang keempat adalah kesediaannya membantu orang lain. Inilah indahnya Islam, saudaraku! Betapapun kita memiliki perbedaanya beraneka ragam, kita tetap mampu disatukan oleh indahnya agama ini. Seorang muslim yang baik adalah orang yang menjaga segala anggota tubuhnya untuk memberikan manfaat bagi saudaranya yang lain, betapa ia berhasrat untuk dirinya sendiri. Dan andaikata setiap berpegang pada pemikiran ini, bukan tidak mungkin kebencian dan permusuhan akan hilang dari muka bumi ini. Bukankah setiap permunculan yang berada di lingkungan kita bahkan di seluruh dunia berawal percikan kecil yang muncul dari ketidakharmonisan dengan orang lain? Maka berbuatlah baik kepada orang sebanyak yang bisa agar kita memperoleh tempat yang baik di mata Allah dan sudara Anda yang lain.

Dan harta seorang muslim yang kelima adalah tidak membicarakan keburukan orang lain. Menbicarakan keburukan orang lain di dalam Islam disebut ghibah. Ghibah ini seperti penyalit memeatikan yang menghinggapi manusia tanpa pernah disadari. Kita selalu membicarakan keburukan orang lain dengan abnyak alasan untuk membenarkannya. Apa yang lasan Anda, sungguh ini bukanlah perbuatan baik yang diwariskan Rasulullah Muhammad Saw kepada kita. Jika ini terus menjadi kebiasaan, bukan tidak mungkin kebaikan Anda akan terkikis hilang oleh saudara Anda yang Anda bicarakan keburukannya. Bahkan jika itu tidak cukup, dosa yang melekat pada orang tersebut, akan dilekatkan kepada Anda. Hingga suatu ketika orang-orang yang dikenal dengan keburukannya, akan terkejut betapa banyaknya kebaikan yang diberikan Allah, karena banyaknya keburukan dirinya yang diumbar oleh orang lain. Sudahkan kita menyiapkan diri menerima beban sehebat itu, saudaraku? Jika Anda merasa keberatan, maka janganlah Anda mendekatkan diri Anda kepada ghibah tersebut.

Saudaraku,…
Demikianlah kelima harta yang selayaknya dimilki oleh seorang muslim. Semoga kita semua diberikan kekuatan oleh Allah untuk menjaga dan mengembangkan kelima harta tersebut dalam kelanggengan hingga hari penghitungan tiba. Amiin!

Rabu, 13 Oktober 2010

PELIPUR LARA TERBAIK


S
audaraku,…
Setiap manusia pasti pernah merasakan kekecewaan dalam satu babak kehidupannya. Dan mereka juga memilki penyelesaian yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, tergantung dari tanggapan emosial masing-masing pribadi. Ada yang menyimpan sendiri segala beban kehidupan yang dialaminya, ada pula yang berbagi kesedihan dengan sahabat terdekat atau keluarga terkasih.

Tapi pernahkah terbayang dalam benak kita, bahwa kita akan berbagi beban kehidupan dengan Allah, sebagaimana kita berbagi beban dengan sahabat terdekat. Seharusnya kita mampu melangkah lebih jauh untuk mendekati Allah. Sesungguhnya tujuan dari iman, Islam dan ihsan adalah mendekati Allah dengan jarak yang sedekat-dekatnya. Dan salah satu cara mendekati Allah adalah menjalin ikatan batin yang kuat dengan kebesaran-Nya.

Janganlah Anda sungkan memperlakukan Allah layaknya sahabat manusia Anda yang terbaik. Allah memiliki kebesaran dan kekuasaan yang melebihi semua makhluk yang ada di dunia ini. Datanglah kepada Anda dengan niat yang terbaik lalu sampaikanlah keluh kesah Anda. Jika Anda merasa kesusahan rejeki di dunia, maka mengadulah kepada Allah. Dia akan mendengar pengaduan Anda dan akan meringankan segala beban yang memberatkan pundak Anda. Jika Anda merasa didzalimi oleh saudara Anda, maka sampaikanlah penderitaan Anda kepada Allah. Allahlah yang akan menyelamatkan Anda dan Allah pula yang akan melemahkan orang-orang yang melukai Anda.

Allah akan menguatkan hati Anda ketika Anda datang kepada-Nya dan memberi Anda kegembiraan luar biasa yang tidak pernah Anda perhitungkan sebelumnya. Jika Anda dikecewakan oleh saudara atau kekasih Anda, maka berbagilah kesedihan dan kegundahan hanya kepada Allah. Hanya Dialah yang sanggup meredakan segala kekecewaan yang menyelimuti hati Anda.

Karena itu saudaraku! Mendekatlah kepada Allah dengan jarak yang sedekat-dekatnya. Ingatlah kepada Allah dengan segala keagungan dan kebesaran-Nya dalam segala kegembiraan dan kesusahan kehidupan Anda.





Senin, 04 Oktober 2010

BERSAHABAT DENGAN ALLAH

Saudaraku,…
Jika seorang manusia mampu menjalin persahabatan dengan sesamanya, bahkan dengan makhluk Allah lainnya, maka sepatutnyalah seorang manusia mampu menjalin persahabatan yang baik dengan Allah. Bersahabat dengan Allah bukanlah sesuatu yang luar biasa, tetapi memang itulah yang semestinya dikerjakan oleh manusia. Tujuannya adalah mencapai kedekatan yang intim dengan Tuhannya. Bukankah tujuan seorang muslim yang paling besar adalah mampu mendekati Allah dengan jarak yang sedekat-dekatnya? Untuk mencapai tujuan tersebut, maka seorang muslim harus bersahabat dengan Allah.

Lalu bagaimana menjalankan persahabatan dengan Allah? Sebagaimana Anda bersahabat dengan teman-teman Anda, maka sepertu itu pula persahabatan Anda dengan Allah. Hal itu juga berarti bahwa kualitas persahabatan Anda dengan Allah tergantung terhadap pemahaman Anda tentang persahabatan. Jika Anda mampu mengelola persahabatan dengan baik, mungkin Anda juga mampu mengelola persahabatan dengan Allah secara baik pula.

Karena itulah, maka bersahabatlah dengan Allah dengan cara yang paling baik. Semakin baik Anda mengelola persahabatan dengan Allah, maka balasan Allah kepada Anda tentu akan jauh lebih menyenangkan. Percayalah saudaraku!