Selasa, 22 Maret 2011

Diam Itu Emas


Saudaraku,…
Sebuah perkataan yang sia-sia dapat menjerumuskan kita ke dalam keburukan yang menistakan. Ucapan dan perkataan memang memiliki kekuatan yang luar biasa. Sejarah dunia mengungkapkan kata-kata bersemangat pemimpin dunia mampu membangun sebuah revolusi yang merubah dunia.  Bangsa ini memiliki beberapa tokoh yang mampu mendayagunakan perkataan bermanfaat untuk menggedor perjuangan mencapai kemerdekaan. Kata-kata Bung Toha dan Bung Karno pada waktu perjuangan kemerdekaan adalah kata-kata bermanfaat yang membangun spirit melawan penindasan terhadap Negara kita. Di dalam sejarah Islam pun tidak sedikit tokoh-tokoh perjuanga Islam yang mampu membangun spirit menegakkan bendera Islam di manapun mereka menjejakkan kakinya.

Tapi bagaimanakah jika kata-kata tidak lebih hanyalah buih-buih gelombang di lautan? Atau bahkan lebih buruk, kata-kata hanyalah kesia-siaan penggunaan waktu oleh manusia. Untuk yang satu ini, maka yang paling baik adalah diam. Dalam beberapa hal diam jauh lebih baik daripada berkata-kata.

Kelemahan manusia umumnya terletak pada ketidakmampuan untuk mengendalikan lidahnya dalam kebaikan. Dusta selalu terlahir dari perbincangan sia-sia diantara para manusia. Pada awalnya seseorang mungkin berbicara tentang kebaikan, tapi lidah sungguh tak bertulang. Entah dengan alas an dan tujuan apa, ia kemudian mempergunjingkan keburukan orang lain atau kebohongan-kebohongan lain yang tidak terpikirkan sebelumnya. Karena itulah orang-orang yang beriman dihimbau Rasulullah Muhammad Saw untuk diam saja apabila mulut tidak mampu berucap kebaikan.

Dalam sebuah kisah diceritakan mengenai seorang lelaki miskin yang mencari nafkahnya hanya dengan mengumpulkan kayu bakar lalu menjualnya di pasar. Hasil yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan. Bahkan, kadang-kadang tak mencukupi kebutuhannya. Tetapi, ia terkenal sebagai orang yang sabar.

Pada suatu hari, seperti biasanya dia pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar. Setelah cukup lama dia berhasil mengumpulkan sepikul besar kayu bakar. Ia lalu memikulnya di pundaknya sambil berjalan menuju pasar. Setibanya di pasar ternyata orang-orang sangat ramai dan agak berdesakan. Karena khawatir orang-orang akan terkena ujung kayu yang agak runcing, ia lalu berteriak,

"Minggir... minggir! kayu bakar mau lewat!."

Orang-orang pada minggir memberinya jalan dan agar mereka tidak terkena ujung kayu. Sementara, ia terus berteriak mengingatkan orang. Tiba-tiba lewat seorang bangsawan kaya raya di hadapannya tanpa mempedulikan peringatannya. Kontan saja ia kaget sehingga tak sempat menghindarinya. Akibatnya, ujung kayu bakarnya itu tersangkut di baju bangsawan itu dan merobeknya. Bangsawan itu langsung marah-marah kepadanya, dan tak menghiraukan keadaan si penjual kayu bakar itu. Tak puas dengan itu, ia kemudian menyeret lelaki itu ke hadapan hakim. Ia ingin menuntut ganti rugi atas kerusakan bajunya.

Sesampainya di hadapan hakim, orang kaya itu lalu menceritakan kejadiannya serta maksud kedatangannya menghadap dengan si lelaki itu. Hakim itu lalu berkata, "Mungkin ia tidak sengaja." Bangsawan itu membantah. Sementara si lelaki itu diam saja seribu bahasa. Setelah mengajukan beberapa kemungkinan yang selalu dibantah oleh bangsawan itu, akhirnya hakim mengajukan pertanyaan kepada lelaki tukang kayu bakar itu. Namun, setiap kali hakim itu bertanya, ia tak menjawab sama sekali, ia tetap diam. Setelah beberapa pertanyaan yang tak dijawab berlalu, sang hakim akhirnya berkata pada bangsawan itu, "Mungkin orang ini bisu, sehingga dia tidak bisa memperingatkanmu ketika di pasar tadi."

Bangsawan itu agak geram mendengar perkataan hakim itu. Ia lalu berkata, "Tidak mungkin! Ia tidak bisu wahai hakim. Aku mendengarnya berteriak di pasar tadi. Tidak mungkin sekarang ia bisu!" dengan nada sedikit emosi. "Pokoknya saya tetap minta ganti," lanjutnya.

Dengan tenang sambil tersenyum, sang hakim berkata, "Kalau engkau mendengar teriakannya, mengapa engkau tidak minggir?" Jika ia sudah memperingatkan, berarti ia tidak bersalah. Anda yang kurang memperdulikan peringatannya."

Mendengar keputusan hakim itu, bangsawan itu hanya bisa diam dan bingung. Ia baru menyadari ucapannya ternyata menjadi bumerang baginya. Akhirnya ia pun pergi. Dan, lelaki tukang kayu bakar itu pun pergi. Ia selamat dari tuduhan dan tuntutan bangsawan itu dengan hanya diam.

Saudaraku,…
Dalam beberapa keadaan diam dapat menyelamatkan hidup Anda. Dim itu meletakkan semua kemauan terhadap nafsu manusia dalam posisi serendah-rendahnya. Sehingga manusia mampu mengendalikan diri dalam kewaspadaan yang terjaga. Kebaikan diam inilah menjadikannya sebagai karakter seorang muslim yang baik. Semoga kita diberikan kebaikan diam oleh Allah SWT. Tidak ada Dzat yang mampu menolong kita dalam banyak keadaan, kecuali Allah SWT yang Maha Kuasa.



Kamis, 10 Maret 2011

Kematian Amru bin Ash


Saudaraku,..
Dalam sebuah riwayat diceritakan, Amru bin Ash ketika akan wafat ia menangis tersedu-sedu, lalu ia memalingkan mukaanya ke dinding, sedang putranya memanggil, "Oh, ayah, bukankah Rasulullah saw. telah memberi kabar gembira padamu akan mendapaatkan ini dan itu (pahala yang besar)?" Lalu ia memandang anaknya dan berkata, "Sebaik-baik yang kami sediakan adalah kalimat syahadat Laa ilaaha illa Allah wa anna Muhammadar Rasulullah, sungguh saya telah mengalami tiga tingkatan dalam hidup ini."
Pertama, saya benci kepada Rasulullah dan tidak ada keinginanku pada waktu itu melainkan mendapat kesempatan untuk membunuh beliau, dan andaikata waktu itu saya mati, niscaya saya jadi ahli neraka.

Kedua, Allah memasukkan Islam ke dalam hatiku, lalu saya datang kepada Rasulullah seraya berkata, "Ulurkan tanganmu, saya akan berbai'at kepadamu." Ketika beliau mengulurkan tangannya, maka aku menarik lagi tanganku. Lalu Nabi bertanya, "Mengapakah engkau hai Amru?" Saya menjawab, "Saya minta suatu syarat." Beliau bertanya, "Syarat apakah itu?" Saya berkata, "Semua dosa saya diampunkan." Lalu Nabi menjawab, "Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Islam itu menghapuskan dosa-dosa sebelumnya, dan haji itu juga menghapuskan dosa-dosa sebelumnya."

Pada tingkatan ketiga ini tidak ada seorang pun yang saya muliakan dan saya kasihi lebih dari Nabi Muhammad saw., hingga saya tidak berani mengangkat mata di hadapannya karena hebatnya. Maka, sekiranya seseorang bertanya kepadaku sifat Nabi saw., saya tidak akan sangggup menerangkannya, sebab saya tidak pernah berani memandang beliau sepenuhnya. Sekiranya saya mati ketika itu, niscaya saya mengharapkan surga.

Saudaraku,..
Betapa sungguh luar biasa kehidupan para sahabat Rasululah Muhammad Saw. Mereka mencintai Muhammad saw dengan cinta yang bersih, tanpa  ternoda oleh banyaknya kepentingan hidup. Sangat berbeda dengan apa yang tersembunyi di hati kita. Banyak diantara kita yang mencintai Rasulullah karena harapan-harapan duniawi yang menggantung di hati. Kapankah kita semua mampu membersihkan diri mencintai Allah dan utusan-Nya dengan kejernihan iman yang berkilau?

Allah Maha Mengetahui


Saudaraku,…
Setiap muslim tentunya sudah mengenal Allah SWT dan kekuasaan-Nya yang tidak memiliki batas. Apa yang tidak dapat dijangkau manusia atau makhuk-Nya yang lain, dapat diwujudkan oleh Allah di luar kemampuan pikiran kita. Salah satu kekuasaan-Nya adalah kemampuan-Nya mengetahui apa yang tidak dapat diketahui oleh manusia dan mendengar apa yang tidak dapat didengar oleh makhluk-Nya. Kemampuan Allah di luar kemampuan manusia. Karena itu maka selayaknyalah seorang muslim beriman kepada Allah dengan kualitas yang terbaik.

Pengetahuan Allah mampu menjangkau kehidupan kita. Ia mampu mengetahui setiap gejolak dalam hati dan pikiran yang belum tersampaikan melalui kata-kata. Allah mengetahui setiap perkataan sis-sia maupun perkataan bermanfat yang keluar melalui lidah kita, betapun rendah suara yang kita keluarkan. Allah mengetahui setiap kebaikan dan keburukan yang dilakukan anggota tubuh kita walaupun tersembunyi dalam lubang yang paling sempit. Dan seharusnya pengetahuan mengenai kekuasaan Allah ini mampu mengikat kehidupan kita dalam iman yang kuat kepada-Nya.

Dan jika Anda hanya dapat melakukan kebaikan melalui hati Anda, jangan Anda khawatir Allah tidak menerima kebaikan Anda. Keadilan-Nya mampu mendengar kebaikan yang diucapkan dengan hati yang ikhlas. Anda akan memperoleh keadilan yang dijanjikan Allah karena kebaikan Anda.

Dalam sebuah riwayat diceritakan pada suatu hari Rasulullah mendapat berita yang mengagetkan tentang salah seorang sahabatnya. "Ia sedang mengalami sakaratul maut. Sudah kami talkin agar menyebut nama Allah, tetapi lidahnya bagai terkunci," demikian tutur si pembawa kabar.

Rasulullah bergegas menuju ke rumah sahabatnya itu. Sebab, ia seorang mukmin yang beriman, pejuang yang ikhlas, dan dermawan yang tekun beribadah. Ia harus diselamatkan.

"Sahabatku, katakanlah la ilaha illallah," ujar Nabi. Tetapi, orang itu hanya membisu saja.
Katakanlah illallah," desak Nabi. Masih juga orang itu memandang kosong.

"Katakanlah Allah," Nabi berbisik kembali. Orang itu tetap bengong. Lalu, menghembuskan napas penghabisan.

Para sahabat menjerit kecil. Mereka sangat sedih menyaksikan rekan setia itu mengakhiri hidup di dunianya tanpa mampu melafalkan kalimat tauhid. Namun, anehnya Nabi malah tersenyum ceria dan wajahnya bersinar cerah. Tentu saja para sahabat keheranan. Di antara mereka, ada yang tidak tahan untuk segera melontarkan pertanyaan.
"Wahai kekasih Allah, alangkah menyakitkan sikapmu. Kami semua cemas memikirkan nasib malang yang menimpa rekan kami itu di akhirat kelak, mengapa engkau justru kelihatan gembira?"

Nabi, masih bersinar-sinar menjawab. "Tidakkah kalian lihat menjelang ajalnya, ia menatap ke atas sekilas? Ia menghadap Allah dengan isyarat mata. Ia tidak mampu bertobat dengan lidahnya. Tetapi, ia memohon ampun dengan hatinya. Aku senang sekali, karena Allah berfirman kepadaku bahwa kedatangannya diterima dalam rida-Nya."

Saudaraku,…
Allah adalah Dzat yang memilki kekuasaan dan keadilan yang luar biasa. Jika anda beriman kepada Allah, maka yakinlah dengan sepenuhnya terhadap keadilan Allah tanpa keraguan sedikitpun. Inilah sikap seorang muslim yang semestinya.