Senin, 26 November 2012

KULIAH TAUHID 1 – Belajar Keyakinan bagian 1


Assalaamu ’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Washalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaai wal mursaliin. Nabiyyinaa Muhammadin shallaallahu ‘alaihi wasallama. Wa ‘alaa aalihi wa azwaajihii wa dzurriyyatihii wa ash-haabihii wa ummatihii ilaa yamuddiin. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ammaa ba’du.

Onliners… Luangkan waktu untuk membaca Kuliah Tauhid sesi 1 ini. Agak panjang nih. Yang cakep, baca artikel ini sekali jalan… Sekali habis. Supaya utuh. Luangin aja waktu, sambil duduk santai…

Sungguh, di hari-hari ke depan yang Saudara lalui, saya berharap Saudara mau memulai satu demi satu mendengar dan mempelajari CD-CD/DVD-DVD yang saya sarankan untuk Saudara ikuti. Saya doakan.

Bismillaah saya langsung ngebut mengajak Saudara belajar ilmu yakin, dan belajar make ilmu tauhid. Baca bismillaah jangan lupa. Supaya dapat banyak pahala dan kebaikan. Syukur-syukur mau kayak saya. Maksudnya “kayak saya”, saya tuh insya Allah sebelom nulis, wudhu, dan baca doa. Dan kalau ada waktu meluangkan shalat sunnah 2 rokaat. Saya pilih shalat hajat. Kemudian istighfar, shalawat. Supaya yang saya tulis adalah sesuatu yang berguna, bermanfaat, di sisi Allah. Maka kemudian saya menulis, “syukur-syukur Saudara bisa kayak saya”. Yakni sebelom baca paragraf lanjutan, ambil wudhu dulu… Shalat dulu 2 rokaat. Shalat hajat aja. atau shalat mutlak, sekedar shalat sunnah gitu.

Niatnya?

Ya Allah, saya mau shalat sunnah 2 rokaat. Dah gitu. Ga pake embel-embel. Atau tambahin aja niat shalat hajat, 2 rokaat.

Minta apa?

Minta ilmu dan keyakinan sama Allah. Sama kasih tau sama Allah,”Lagi belajar nih sama Yusuf Mansur. Biar nyambung, biar ngerti, biar paham, dan biar bisa ngelaksanain”.

Buat yang sudah berilmu, buat yang sudah ngerti, sekalian minta ridho-Nya, dan bertambah-tambah ilmu dan keyakinannya.
Ustadz, pagi-pagi di awal ngajar, udah bilang-bilang amal ke orang lain?

He he, saya mah ngajar. Supaya bisa dicontoh. Mudah-mudahan tidak dianggap jadi riya dan sum’ah (memperlihatkan amal, dan memperdengarkan amal).

Ok, paling engga, bismillaah ya… Syukur-syukur, jeda sebentar buat shalat ngelaksanain yang tadi. Kan jarang-jarang orang shalat untuk minta ilmu. Jarang-jarang orang istighfar ketika menimba ilmu, ketika belajar. Jarang-jarang orang bershalawat ketika menuntut ilmu. Dan jadilah yang jarang itu…

Ok, kita mulai ya…


***


Cara-cara Allah, pastilah yang terbaik.

Tau shalat malam bisa mengangkat derajat?

Bisa jadi ada yang ga tau. Tapi insya Allah dah, kalo suka ngaji mah, tau. Setelah tau? Apakah kemudian meyakini? Belom tentu. Kemudian setelah tau, apakah kemudian berkenan shalat malam? Tambah belom tentu. Terus umpama kata bener-bener tau dan yakin, dan bener-bener kepengen diangkat derajatnya, sebab bosan susah, bosan melarat, bosan dihina, he he he, apakah lalu mau make shalat malam ini? Jawabannya masih tetep wawloohu a’lam.

Tau ga shalat malam bisa memecah semua kesulitan? Mengubah kehidupan?

Bisa jadi juga ada yang ga tau. Tapi insya Allah dah, kalo suka ngaji, tau. Setelah tau? Apakah kemudian meyakini? Belom tentu. Kemudian setelah tau, apakah kemudian berkenan shalat malam? Tambah belom tentu. Makin belom tentu lagi makenya pada orang-orang yang betul-betul sedang punya kesusahan, sedang punya kesulitan. Sebab barangkali emang pusing kepala duluan dan lagi susah tidur susah mikir. Ga tenang.

Shalat malam saat terbaik bersepi-sepi sama Allah, saat terbaik buat ngucap syukur dan wujud bersyukur. Ini pun insya Allah diketahui orang. Diketahui kita-kita. Namun kemudian, kita-kita ini masih tetap sulit buat bangun malam. Padahal mungkin pagi harinya baru saja kita dapat khabar bahwa istri kita hamil. Padahal baru saja mungkin sorenya kita terima gaji. Padahal baru saja hari itu banyak menerima karunia. Namun masya Allah, tetap tidak menjadi dorongan kita bangun malam.

Itulah kita.

Kesatu, tidak tahu. Kedua, setelah tahu, tidak yakin. Ketiga, setelah tahu dan yakin, tidak berbuah menjadi amal saleh. Keempat, makin jarang lagi yang bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakininya.

Yang keempat ini, lebih lagi dari sekedar yang ketiga. Dia “awas”, perhatian, peduli, dan memang memakai ilmu dan keyakinannya, hingga mendorongnya kemudian bangun malam.

Nanti kita akan belajar yang kelima, keenam, dan ketujuh. Yakni yang kemudian istiqomah, sabar & baik sangka, dan bersyukur.

Perkara yang begini ini terjadi hampir di semua amal.

Sekali lagi, ini terjadi hampir di semua amal.

Bila boleh saya merinci sedikit…

# Seseorang apakah tahu keridhaan Allah itu ada di keridhaan orang tua? Rada-rada ga mungkin ga tahu. Apakah dia tahu kalau orang tuanya mengangkat tangannya, mendoakan dia, utamanya ibunya, maka doa itu akan dikabulkan Allah? Insya Allah juga tahu. Tapi kemudian apakah dia “make” ilmu itu? Make apa yang diyakininya? Sehingga setiap dia ada kesulitan, lalu dia mendatangi orang tuanya? Meminta doanya? Berbuat baik juga kepada orang tuanya, dan meminta ridhonya?

(+) Ooohhh… Kalau gitu nanti pas ada kesulitan aja dong dia datengin ibunya?

(-) He he he, Onliners, jangan su-udzdzon dong… Jangan ampe nuduh mereka-mereka bakal “cuma” ngedatengin orang tuanya pas susah saja, pas sulit saja. Jangan. Ga baik itu.

Tentu kita berharap, bahwa setelah ada ilmu dan pengalaman, dia menjaga amalnya ini. Inilah mereka yang istiqomah. Kita berharap mereka-mereka yang sudah istiqomah mau menyabarkan dirinya dalam keadaan ibadah, juga sabar dalam ibadahnya.

(+) Maksudnya?

(-) Bersabar ini luas. Termasuk bersabar dalam ibadah dan doa. Sudah ditempuh
jalan-jalan yang bisa mengantarkan kepada pertolongan Allah, namun tidak ada kesabaran, hasilnya bisa-bisa adalah pernyataan kekecewaan kepada Allah. Padahal bisa jadi dianya yang tidak bersabar menunggu Janji Allah. Makanya saya suka merendengkan antara sabar dan baik sangka. Perlu baik sangka sama Allah. Selanjutnya sangat bagus bila kita kemudian beramal sebagai orang yang bersyukur. Tatkala katakan kita beramal saleh dengan amal saleh berupa birrul walidain, lalu kita dikabul doa, dipenuhi hajat, sebaiknya kemudian kita terus berbirrul walidain. Tetap taat, sayang, dan berbuat baik kepada orang tua. Sebagai rasa syukur kita kepada Allah, kita jaga amal saleh kita.

(+) Paham.

(-) Alhamdulillah. Tapi kebiasaan deh. Belom selesai saya “ngajar” satu bab, situ
udah muncul. Terlalu lebar ngajar juga ga bagus. Ga fokus.

(+) Bener juga. Kayak tentang sabar. Sabar itu luas sekali ya. Ga usah dijabarkan dalam satu kali pengajaran. Ada sabar dalam menggunakan karunia Allah, ada sabar dalam menahan maksiat, ada sabar dalam…

(-) Stop, stop, stop… itu namanya “mulai meluas”. He he he, udah dulu ya. Udah kelebaran. Ini kan saya lagi menjelaskan tentang contoh-contoh orang yang beramal dengan apa yang diketahuinya dan diyakininya tentang amal saleh, ibadah dan kebesaran Allah.

(+) Siap. Lanjutkan.


***


Saya ulangi sedikit ya… Sebab udah kejauhan tadi… Semoga “yang kejauhan itu” tetap bermanfaat buat Saudara-Saudara Onliners semua…

Saya membagi tipe kita-kita ini menjadi minimal 4 tipe. Tipe pertama tipe yang tidak tahu. Tipe kedua, setelah tahu, ada yang tidak yakin. Tipe ketiga, setelah tahu dan yakin, tidak berbuah menjadi amal saleh. Tipe ke-empat, tipe yang makin jarang lagi yang bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakininya. Di atas, saya tambahin lagi dengan 3 tipe lainnya. Tapi nanti saja pembahasannya.

Ok, di atas saya menyebut tentang “shalat malam”. Bisa jadi ada yang tidak tahu tentang shalat malam, termasuk tidak tahu keutamaan-keutamaannya. Sehingga boro-boro dia yakin, tahu aja engga. Tapi bisa jadi ada yang tahu dan yakin. Lalu kemudian bekerja menjadi tipe yang ke-empat. Dia pakai shalat malamnya, dengan segenap apa yang dia ketahui dan dia yakini. Dan saya katakan di atas, bahwa yang begini ini terjadi hampir di semua amal. Setelah saya coba contohkan dengan contoh pertama, contoh birrul walidain, berbuat baik sama orang tua, saya contohkan beberapa lagi amal saleh yang lain. Harapan saya adalah mudah-mudahan kita menjadi yang tahu, yakin, dan terus menerus bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakini…

# Seseorang misalnya apakah tahu shalat dhuha itu pembuka rizki? Shalat dhuha adalah ibadah di pagi hari pertanda syukur di pagi hari, dan pertanda juga melibatkan Allah di setiap ikhtiar di pagi hari, sebelom jauh-jauh kemudian  berikhtiar mencari rizki?

Insya Allah tahu.

Kalau tahu, yakin tuh?

Insya Allah yakin.

Kalo yakin, kenapa ga dhuha dulu sebelom ikhtiar dagang, sebelom ikhtiar usaha, sebelom ikhtiar menuntut ilmu, sebelom ikhtiar kerja, dan lain-lain ikhtiar? Kalau iya dhuha, kenapa dhuha nya begitu kering, tanpa motivasi?

Seperti orang yang diterima orang kaya, tapi setelah diterima dan berhadap-hadapan, bahasa tubuhnya seperti acuh tak acuh? Duduk mah duduk. Tapi bahasa tubuhnya membuat si orang kaya ini jadi bertanya, koq setelah diterima, begini sikapnya? Mengapa datangnya bukan seperti orang yang sangat perlu? Kenapa datangnya bukan seperti orang yang kepengen berterima kasih? Ga hidup shalat dhuhanya.

Lalu kemudian, adakah yang kemudian menyengaja shalat dhuha dengan apa yang diketahuinya dan diyakininya dari fadhilah shalat dhuha?

Sedikit sekali yang seperti ini. Perlu kayak ga perlu. Butuh kayak gak butuh. Sama Allah maksudnya. Ya, sikap kita begitu sama Allah. Kayak ga perlu sama Allah, kayak ga butuh sama Allah.

Dan masih banyak lagi amalan-amalan lain. Shalawat, baik sama tetangga, hormat dan bakti sama guru, sayang sama yang miskin dan yatim, seneng menjadi jalan kebaikan buat orang, menebar kebaikan, jalan ke masjid, dan segudang amalan lain. Termasuk juga sedekah.

Semua yang saya jelaskan ini berkaitan dengan “belajar keyakinan”. Hingga kita semua menjadi orang-orang yang meng-Esakan Allah, mengagungkan Allah. Termasuk mengikuti cara-cara-Nya, ajaran-ajaran-Nya, petunjuk-petunjuk-Nya.



***


Saya akan mencoba mengajak Saudara bercanda-canda sedikit dengan ilmu yakin.

Sedekah diketahui sebagai sesuatu amalan yang bila kita melakukannya akan dibalas sama Allah berkali-kali lipat. Disebut pengembaliannya bisa 2x lipat, 10x lipat, 20x lipat hingga 700x lipat atau bahkan tak terhingga. Sedekah diketahui juga sebagai amalan yang akan mendatangkan ganti yang lebih baik, dan datangnya bisa sangat berkali-kali, sepanjang waktu, dan bahkan bisa sampe
hari berbangkit. Ga putus-putus.

Tapi pertanyannya sama dengan di atas… Tahu tuh?

Tahu. Insya Allah tahu.

Yakin tuh? Insya Allah yakin.

Tapi kemudian make ga?

(+) Maksudnya?

(-) Iya, make ga? Sedekah ga?

(+) Sedekah lah. Masa ga sedekah?

(-) Terus gimana sedekahnya?

(+) He he he, kalo dicecer kayak begini, bisa jadi amalan sedekahnya ketahuan.

(-) Ketahuan gimana?

(+) Ketahuan sama saja seperti orang yang ga tahu dan ga yakin.

Onliners yang berbahagia… Omongan ini kerap saya pake buat nyindir diri saya dan jamaah… Kalau emang tau, kenapa sedekahnya seperti orang yang ga tahu dan ga yakin? Bila punya 110rb, sedekahnya tetap 10rb. Jika punya 115rb, sedekahnya malah 5rb. Punya 116rb, sedekahnya malahan jadi tambah kecil: seribu. Lah, jika bawanya 100rb lempeng alias belom ditukerin belonm dipecahin, malahan ga jadi tuh sedekah.

Inikah yang disebut amalan orang yang tahu dan yakin? Harusnya kan sedekahnya yang besar. Kalo tahu dan yakin bakalan dibayar sama Allah, ya sedekah yang besar sekalian. Punya 110rb, sedekah 100rb. Sedekah 100rb, jadi 1.010.000,-. Sedekah 10rb, jadi 200rb. Masa pilih yang kecil? Itu sebabnya barangkali tahu tapi sebenernya masih ga yakin. Ragu. Apa iya? Apalagi kalau ada keperluan.

Sampe “level” sini aja, udah banyak yang mulai bertumbangan, berguguran. Saudara bisa jadi disebut sebagai orang yang tidak tahu dan tidak yakin, sungguhpun Saudara “merasa tahu” dan “merasa yakin”.

Nah, apalagi kemudian saya bawa ke level selanjutnya. Yakni memakai ilmu sedekah tersebut, yang dengan apa yang diketahui dan diyakininya, sedekah lalu dijalankan lagi dan lagi, terus dan terus, dengan motivasi yang hebat. Saya menyebutnya: “Hingga ia menjadi metode”.


***


Sebelom saya melanjutkan, saya perlu sedikit mengisahkan sedikit kisah…

Seorang kawan datang kepada seorang guru. Pinjam duit. 500rb. Guru tersebut memberi 50rb ke muridnya. Lalu guru ini menyampaikan, “Coba sedekahkan ya duit ini. Duit ini bukan untuk Anda. Tapi untuk sedekah. Mintalah kepada Allah agar Allah memenuhi kebutuhan Anda yang 500rb.”

Kawan ini kemudian menawar. “Ya Guru… Saya kan lebih butuh. Boleh ga uang itu buat saya saja. Ga apa-apa kurang juga. Daripada ga ada.”

Guru ini berkeras. “Anda nanti ga akan belajar… Setelah sedekah, kembalilah kemari. Coba belikan makanan, beberapa bungkus.”

Kawan ini pun berkeras, “Keluarga saya belom makan. Anak istri saya lebih butuh duit ini.”

“Baiklah. Begini. Belikanlah dulu makanan untuk orang lain. Pakai duit itu. Lalu kembalilah kemari. Biarlah amal itu jadi amal saya. Dan saya akan berikan uang 50rb pengganti yang lain buat Anda. Namun jika Anda masih duduk di sini, dan Allah menunjukkan Kuasa-Nya, maka fadhilah sedekah ini buat saya.”

Kawan ini kemudian keluar dan membeli makanan, lalu membagikannya. Sejurus kemudian ia sudah kembali kepada guru ini.

Saat ia kembali, guru ini sudah ada tamu yang sedang bercengkrama. Pada saat kembali, tamu ini memberi amplop berisi uang, dan pamit.

Guru ini berkata, “Tahukah Anda, bahwa ini amplop adalah Janji Allah? Amplop ini berisi 10x lipat, atau lebih. Ga boleh ia kurang dari 10x lipat.”

“Bagaimana Guru bisa yakin?”

“Sedikit ilmu yang saya tahu, mengajarkan saya untuk yakin.”

Guru ini membuka amplop tersebut, dan disuruhnya kawan ini menghitung.

Jumlahnya? Ajaib. 500rb!

“Ambillah 50rb… Dan silahkan Anda berikan buat anak dan istri Anda. Sesungguhnya jika Anda bersabar, dan lebih bersabar lagi, lalu merelakan uang 50rb ini untuk orang lain, barangkali tidak akan ada lagi kelaparan di hari-hari berikutnya. Cukup Allah takdirkan lapar hanya siang tadi, sore ini, dan malam nanti. Namun mulai esoknya, insya Allah Anda dan keluarga Anda sudah akan mulai berubah kehidupannya.”

Guru ini mengajarkan bukan hanya ilmu. Tapi juga keyakinan. Bahkan secara ekstrim: Mendemonstrasikan ilmu dan keyakinan ini.

Onliners yang dimuliakan, kenyataannya, kawan ini tetap fifty-fifty yang menjalankan ilmu dan keyakinan ini.

Guru tersebut menyerahkan kelanjutannya kepada kawan ini. Apakah ia kemudian belajar dan mengamalkannya, atau dia simpan ini sebagai kisah saja, dan ia tetap belikan makanan buat anak istrinya?

Kawan ini kepengen bersedekah, ia ingat akan istri dan anak-anaknya. Tapi kalau ia mengutamakan istri dan anak-anaknya, ah… Entahlah…

Pada kisah ini, bukan sekedar kisah tentang keutamaan sedekah. Tapi saya ingin mengatakan bahwa sang guru, bekerja dengan apa yang dia ketahui dan dia yakini. Dan bahkan ia ajarkan muridnya dengan apa yang ia ketahui dan yakini ini. Kalau guru ini tidak tahu dan tidak yakin, lain ceritanya.

Baiklah, saya teruskan sedikit.

Saudara-Saudara kemudian bisa jadi ada yang berpendapat bahwa bilamana kawan ini mengutamakan orang lain, lalu mengabaikan anak-anak dan istrinya yang juga lagi kelaparan, maka inilah kezaliman adanya.

Kiranya inilah sedekah di saat sempit. Dan sedekah di saat sempit ini keutamaannya lebih luar biasa tatkala sedekah di saat lapang.

Dan inilah juga hakikat lain dari kesabaran. Sabar berlapar-lapar, untuk bisa kemudian beramal saleh. Dan amal salehnya berlipat-lipat, sebab berbarengan dengan menyabarkan diri tidak makan agar bisa bersedekah. Subhaanallaah.

Apakah kemudian boleh berharap bahwa Allah akan menanggung makan anak dan istrinya, juga memenuhi kebutuhannya? Secara panjang lagi luas akan dibahas di Kuliah Tauhid ini. Saya mau menyampaikan hal lain yang luar biasa… Jika kemudian Allah tidak segera datang kepada kawan ini, dan “membiarkan” keluarga ini tetap lapar hingga keesokan harinya, tapi Allah menemukan kawan ini dan keluarganya bersabar, ridho, dan tetap bersyukur, maka ucapan gurunya ini yang kemudian akan terjadi. Perubahan hidup akan Allah hadiahkan buat dia. Bukan sekedar buah dari amal salehnya, tapi juga buah dari kesabarannya. Dan perubahan ini biasanya bersifat quantum. Langsung melesat, melejit, drastis perubahannya.

Keyakinan bahwa Allah akan memberi yang lebih besar lagi, membayar yang lebih banyak lagi, yang bisa mendorong orang untuk tahan menderita, melepaskan kepentingan dirinya, mengalahkan egonya yang barangkali dia juga dalam posisi yang sama sulitnya, dan mengutamakan orang lain. Insya Allah.


***


Sekali lagi saya ingatkan dengan perkataan saya di atas. Apa yang saya contohkan untuk Saudara semua belajar keyakinan adalah tidak melulu harus di bidang amalan sedekah. Melainkan di semua amalan. “Bekerja dengan apa yang
diketahui dan diyakini”.

Saya perdalam coba ya… Sedikit contoh di urusan amalan lain selain sedekah. Sebut saja amalan birrul walidain; baik sama orang tua. Amalan yang sudah disebut sedikit di awal-awal tulisan ini.

Ketika seorang ayah mendapatkan kabar promosi karir dan jabatan, begitu pulang, ia dan istrinya menyengaja silaturahim ke rumah orang tuanya. Mereka bawa apa yang disukai orang tuanya; mungkin buah kesayangannya, makanan favoritnya, atau kita mengajak anak kita, yakni cucunya. Kita lalu duduk bersama
orang tua kita, shalat bareng, dan kemudian kita cerita tentang promosi jabatan dan karir kita. Ketika orang tua kita tersenyum, mengiyakan, dan mendoakan, apalagi kemudian memberikan nasihat… Wuah, lebih dari karir dan jabatan yang dipromosikan, akan diberikan Allah. Betul. Lebih dari sekedar itu.

Tatkala kita mendatangi orang tua, menyenangkan hatinya, mendoakan keduanya, dan didoakan keduanya, saat itu lah saya menyebut sebagai saat-saat di mana kita “bekerja dengan apa yang kita ketahui dan kita yakini”. Tentang apa? Pada kasus tadi, ya tentang birrul walidain. Kita tahu dan yakin birrul walidain ini dahsyat buat dunia akhirat kita, lalu kita make dengan sempurna. Menjalankan dengan sempurna.

Maka, ketika kita bicara amal-amal yang lain, tinggal kopi paste saja. Di sinilah saya senang menyebutnya juga sebagai “belajar ilmu yakin”, “belajar ilmu amal”. Bukan ilmu yang sekedar di atas kertas, tapi tidak digunakan.

Seseorang yang mengetahui ilmu sedekah, tapi kemudian tidak memakai ilmunya, maka buat saya ini seperti orang yang punya pisau, punya golok, tapi ia tidak menggunakannya. Sayang. Tambah sayang lagi kalau dia tahu banyak amal, tapi tidak ada satupun yang diyakininya, apalagi diamalkannya.

Bila kita “bekerja” dengan apa yang kita ketahui dan kita yakini, maka insya Allah kita dapat keutamaan bukan hanya keutamaan amal salehnya saja. Tapi juga keutamaan ilmu, keutamaan yakin, dan keutamaan-keutamaan lainnya.


***


Saya sodorkan contoh berikut…

Pengen motor. Ada nih duit. Bukan ga ada. 12jt malah. Cukup buat beli motor baru. Lalu ia maen jalan aja ke showroom… Ini namanya ga make ilmunya, ga make apa keyakinannya.

Lah, terus gimana ustadz?

Pake dong ilmunya. Syukur-syukur dia punya ilmu yang “komprehensif”. Ga hanya sedekah. Ga hanya doa. Ga hanya dhuha. Ga hanya ilmu kerja, ilmu nabung, ilmu hemat.

He he he, Saudara Onliners semua… Ini menarik. Untuk bisa dapat motor, ada juga yang dapat dari ilmu kerja, nabung, dan hemat. Umumnya ini lah ilmu yang diyakini oleh masyarakat dan “dipake”. Kerja keras, nabung, hidup hemat, supaya bisa punya ini punya itu. Insya Allah saya menyebutnya ini juga ilmu. Pengetahuan. Bahwa bila bener-bener kerja, nabung, hidup hemat, bisa deh dapat motor yang diidamkan. Buat sebagian yang lain, silahkan dikembangkan menjadi rumah, mobil, dan lainnya. Saya ga bersebrangan. Saya hanya ingin menambahkan, beri dia bobot saja. supaya bernilai akhirat.

Saya kepengen Saudara semua kemudian memiliki ilmu yang komprehensif. Banyak ilmu, dipake. Dan semuanya akhirnya menjadi bernilai akhirat. Saudaraku semua, keinginan memiliki motor sungguh ia merupakan asli hal yang bersifat dunia. Paling tidak, begitulah disebutnya. Namun jika Saudara tambahin sedikit ilmu niat, ilmu bismillah, ilmu syukur, maka keinginan itu akan jadi amal saleh dan ibadah. Coba aja pasang niat, bahwa motor ini mau dibeli untuk kerja nyari rizki halal. Bismillaah saat kepengen memilikinya, bismillaah saat terbersit keinginan untuk memilikinya, bismillaah di proses memilikinya. Saudara juga kemudian bersyukur di pemakaiannya ketika motor ini bener-bener ada. Wuah, sepanjang jalan motor ini menjadi jalan amal saleh dan ibadah Saudara.

Tambah lengkap lagi jika kemudian ditambah dengan ilmu doa, dan lain-lain yang sebentar lagi akan saya contohkan dalam bentuk contoh sekonkritkonkritnya, dicuplik dari pengalaman keseharian yang terjadi. Kaitannya dengan belajar keyakinan. Saya ingin menjelaskan supaya Saudara semua belajar ilmu yakin dari setiap kejadian apapun yang Saudara lalui.

Saya senang mencontohkan dari apa yang terjadi di sekitar kita.

Gini ya… Ketika orang kepengen motor, sedang ia punya duit 12jt, apa iya orang pengen beli motor hari senen jam 7 pagi, lalu jam 8 pagi langsung jalan ke showroom? Kan engga. Ga seperti ini. Biasanya orang yang kepengen motor, ada jeda dulu beberapa saat. Nah, harusnya pada saat jeda, pada saat kepikiran butuh motor, pengen motor, mbok ya pake ilmunya, supaya kemudian semakin timbul keyakinannya sama Allah.

Ketika terbersit, ambillah dulu wudhu. Shalat sunnah dhuha 2 rokaat bila keinginan ini di pagi hari adanya. Ya ndilalah, pas butuh motor, ya koq pas ada duit. Bersyukur sama Allah. Sujud. Terima kasih sama Allah. Orang lain susah nyari buat DP, kita malah ada uang cash. Orang lain ga bisa milih, sebab duitnya
pas-pasan. Kita malah banyak duitnya, lalu bisa milih merek apa dan jenis motornya apa.

Saudara, bila Saudara melakukan ini, bisa jadi malah Allah ga perlu duit 12jt Saudara. Allah bisa banget ngirim motornya buat Saudara tanpa beli. Saudara belom lagi jalan ke dealer, motor udah Allah kirimkan.

Caranya?

Bukan wilayah kita mikirin. Itu wilayahnya Allah. Tentang cara, jadi rahasia Allah saja.

Saudara yang mengetahui ilmu sedekah, sedang Saudara punya duit 12jt, kan sebenernya ga ada masalah. Saudara bukan tidak punya duit koq. Saudara hanya pengen make ilmu sedekah Saudara. Sayang banget punya ilmu ga diamalin. [bersambung]


Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur  dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an.

Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Daarul Quran Nusantara

Bank
Syariah Mandiri         : A/C. 074 006 5000
BCA                                        : A/C. 603 030 8041
Bank Muamalat                   : A/C. 303 003 3615
Bank Mandiri                        : A/C. 128 000 509 2975
Bank Bukopin Syariah        : A/C. 880 0420 017
Bank Mega Syariah            : A/C. 100 000 6822
Bank BNI Syariah                : A/C. 1699 1699 6
Bank DKI Syariah                : A/C. 701 700 9003
Bank Permata Syariah       : A/C. 97 1010 606
Bank Danamon Syariah    : A/C. 731 34 769
BRI                                         : A/C. 0523 01 0000 34 30 4

Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
 
Informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini:
http://www.pppa.co.id



Selasa, 20 November 2012

JIKA ANDA PERCAYA ALLAH



 Saudaraku,…
Sebagian dari umat Islam belakangan ini sungguh sedikit sekali percayanya kepada Allah, sedikit sekali yang percaya ujung menyenangkan dari perintah-perintah Allah. Kita sering ragu-ragu terhadap balasan menyenangkan yang dijanjikan oleh Allah. Ya, mungkin kita ini terlampau sering bergelut dengan ilmu dunia. Kita sedikit sekali mengetahui ilmu tauhid tentang Allah, sehingga syahadat kita pun tyidak memberikan dampak yang baik bagi kehidupan beragama kita. Lidah dan perkataan tidak memberikan manfaat untuk kehidupan masa depan kita.

Percaya kepada Allah beserta dengan janji-janji-Nya adalah bagian kecil dari iman kita kepada Allah. Agak aneh jikalau  orang-orang yang beriman meragukan janji-janji Allah. Allah SWT itu sungguh Maha Benar Janji-Nya. Jika Allah menjanjikan kesenangan dalam setiap perbuatan baik Anda, maka kelak itulah yang Dia berikan. Jika Allah menjanjikan keburukan dalam setiap perbuatan dosa, maka kelak itulah yang akan diberikan-Nya. Dan Allah SWT tidak pernah lalai dengan janji-janji-Nya. Justru kitalah yang seringkali melalaikan janji kita terhadap Allah. Atau mungkin sesungguhnya kita tidak benar-benar mengenal Allah.

Aduh saudaraku! Kepada siapa lagi kita harus percaya jika kepada Allah Yang Maha Benar saja kita masih ragu. Sesungguhnya ini bukanlah iman yang benar, saudaraku. Ini adalah pengingkaran yang jelas terhadap kebenaran-Nya.


Selasa, 13 November 2012

JIKA ANDA MEMBACA BISMILLAH


Saudaraku,…
Kualitas iman seorang muslim setidaknya dapat diukur dengan keinginannya melibatkan Allah dalam kehidupan yang ia jalani. Hal paling sederhana untuk melibatkan Allah dalam aktifitas kita adalah membaca bismillah sebelum melakukan sesuatu. Membaca bismillah bukan perkara yang sepele, saudaraku. Jika Anda membaca bismillah berarti Anda menyadari sepenuhnya kelemahan Anda sebagai manusia, dan ketergantungan Anda terhadap Allah SWT. Kehidupan seluruh alam semesta ini tergantung dengan Allah lho. Apapun yang kita miliki hari ini tidak luput dari campur tangan Allah.

Dalam sebuah riwayat diceritakan ada seorang perempuan tua yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mau mengerjakan kewajipan agama dan tidak mau berbuat kebaikan. Perempuan itu selalu membaca bismillah setiap kali hendak berbicara dan setiap kali dia hendak melakukan sesuatu selalu didahului dengan bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan sentiasa memperolok-olokkan isterinya.

Suaminya berkata sambil mengejek, "Asyik Bismillah, Bismillah. Sebentar-sebentar Bismillah."

Isterinya tidak berkata apa-apa, sebaliknya dia berdoa kepada Allah SWT supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu."

Untuk membuat sesuatu yang mengejutkan isterinya, dia memberikan uang yang banyak kepada isterinya dengan berkata, "Simpan uang ini." Isterinya mengambil uang itu dan menyimpan di tempat yang aman, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan sembunyi-sembunyi suaminya itu mengambil uang tersebut dan membuang kantong uang itu ke dalam selokan di belakang rumahnya.

Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan padaku uang yang aku berikan kepada engkau dulu untuk disimpan."
Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan duit itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat dia menyimpan uang itu dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim." Ketika itu Allah SWT mengantar malaikat Jibrail as. untuk mengembalikan kantong uang dan menyerahkan uang itu kepada suaminya kembali.

Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mulai mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulaikan sesuatu kerja.


Saudaraku,…
Biasakanlah mengucapkan bismillah ketika hendak berbicara atau melakukan sesuatu.


Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur  dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an.

Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Daarul Quran Nusantara

Bank
Syariah Mandiri         : A/C. 074 006 5000
BCA                                        : A/C. 603 030 8041
Bank Muamalat                   : A/C. 303 003 3615
Bank Mandiri                        : A/C. 128 000 509 2975
Bank Bukopin Syariah        : A/C. 880 0420 017
Bank Mega Syariah            : A/C. 100 000 6822
Bank BNI Syariah                : A/C. 1699 1699 6
Bank DKI Syariah                : A/C. 701 700 9003
Bank Permata Syariah       : A/C. 97 1010 606
Bank Danamon Syariah     : A/C. 731 34 769
BRI                                         : A/C. 0523 01 0000 34 30 4

Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
 
Informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini:
http://www.pppa.co.id