Senin, 30 April 2012

DISTRIBUTOR RIZKI


Saudaraku,…
Sedekah hanya mendekatkan diri kepada pemilik kehidupan, Allah SWT. Allah pemberi rizki sangat menyenangi hamba yg bersedekah, seakan menjadi distributor rizkinya. Cuma sayangnya banyak diantara kita yg meremehkan peluang ini, padahal Allah lebih dari Bill Gates misalnya.. meremehkan itulah yg akhirnya diliat Allah, hati kita sekecil apapun kan terlihat, maka jadilah Allah biarin kita dalam kekikiran dan keraguan bahkan malah nyalahin sedekah itu sendiri..akhirnya kita jadi susah sedekah, entah karena kikir, atau dibikin lupa

Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhoan Kami, sungguh benar benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al Ankabut : 69).

Pada bagian yang lain Allah SWT juga berfirman, "Setan menjanjikan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan." (QS. Al-Baqarah : 268).

Logikanya saja sangat jelas bahwa, pada kehidupan ini manusia kayak berhadapan dengan cermin besar. Jika kita tersenyum, cermin akan membalas senyum kita, jika kita berkata baik, cermin akan memantulkan energi baik pada kita. Jika kita mengulurkan tangan, cermin akan mengulurkan tangan juga. Cobalah lakukan jika kita bertemu seseorang, berikan senyum padanya, maka kita akan menerima senyuman kembali. Jika kita bertutur kata yang baik kita akan memperoleh kata-kata yang baik pula dari lawan bicara kita.

Misal ada orang tau-tau rajin suka rela dan secara aneh bin ajaib mengantar bakso ke pelanggan tanpa dibayar, sampai tukang baksonya heran. Saya yakin walaupun tukang bakso ini omzetnya pas-pasan, bakalan ngasih upah ke si pengantar, walau hanya semangkuk bakso. Nah Bagaimana dengan Allah pemilik segala kebaikan dan kekayaan serta maha tahu bagaimana hamba-Nya mempercayakan urusan rizki hanya kepada-Nya ?.



Tulisan ini dikutip dari :

Selasa, 24 April 2012

BERSEDEKAH DIKALA SULIT


Saudaraku,…
Suatu hari Ali bin Abi Thalib mendapati kedua anaknya, Hasan dan Husain, sakit. Bahkan kedua cucu Baginda Rasulullah SAW itu mengalami sakit yang cukup lama sehingga Ali pun bernazar, “Jika Hasan dan Husain sembuh, aku akan berpuasa selama tiga hari”. Rupanya Allah mendengar nazar Ali tersebut hingga Hasan dan Husain pun sembuh.

Ali bin Abi Thalib bersama isterinya, Fatimah Az Zahra, pun berpuasa. Menjelang tiba waktu berbuka di hari pertama, hanya tersedia dua potong roti untuk makanan berbuka. Ketika waktu berbuka tiba, belum lagi keduanya menyantap roti tersebut, datang seorang fakir miskin yang mengetuk pintu mereka seraya meminta makanan lantaran perutnya belum terisi sejak beberapa hari. Urunglah Ali dan Fatimah melahap roti yang sudah digenggamnya, mereka pun meneruskan berpuasa hingga keesokan harinya.

Di hari kedua berpuasa, mereka pun hanya memiliki sepotong roti untuk dimakan berdua pada waktu berbuka nanti. Seperti halnya hari kemarin, tiba saatnya berbuka, pintu pun kembali terdengar diketuk seseorang. Rupanya seorang anak yatim yang meminta makanan karena kelaparan. Tak kuasa menahan iba, Ali pun memberikan sepotong roti itu kepada anak yatim itu. Keduanya kembali berpuasa.

Ujian memang selalu diberikan Allah kepada orang seperti Ali dan Fatimah. Bahkan di hari ketiga berpuasa pun, sepotong roti yang mereka punya pada saat menjelang berbuka ikhlas mereka berikan kepada seorang tawanan yang baru saja bebas namun tak mempunyai makanan. Ali, Fatimah, dan kedua anaknya, Hasan dan Husain mengerti bahwa semua ini hanyalah ujian kesabaran dari Allah.

Sebuah pelajaran yang teramat mengharukan dari keluarga Ali bin Abi Thalib dan keluarganya yang penyabar. Betapa Allah tengah menguji mereka, akankah mereka tetap beriman dan mau menyedekahkan rezeki milik mereka kepada orang lain, meskipun mereka teramat membutuhkan. Bahkan kisah yang teramat indah ini Allah lukiskan dalam Al-Quran Surat Al-Insaan (76): 8-10, agar menjadi pelajaran bagi kebanyakan manusia.

Memberi di saat berlebih adalah hal mudah, meski tidak semua orang melakukannya. Tetapi memberi di saat kita membutuhkan, hanyalah orang-orang yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah di surga kelak yang sanggup melakukannya. Butuh perjuangan, keikhlasan dan kesabaran untuk meniru apa yang dilakukan Ali bin Abi Thalib beserta keluarganya. Tentu saja kita bisa, jika kita mau.


Tulisan ini dikutip dari :

Senin, 16 April 2012

MUNAJAT 7


Duhai Pemilik Keselamatan, selamatkanlah kami dan anak keturunan kami dari mencari kesenangan dunia, kemewahan dunia, dengan cara pintas.

Duhai Pemilik Kesenangan, bimbinglah kami untuk menemukan kesenangan yang hakiki, bukan kesenangan yang berujung pada penderitaan.

Duhai Pemilik duinia, ajarkan kami untuk menundukkan dunia, buykan kami yang tunduk kepada dunia, dan agar dunia tidak berbalik menjadi kurungan besar hanya lantaran kami lupa akan ajaran dan peringatan-Mu.

Bila kilauan dunia menyilaukan pandangan kami, bila taburan permata dunia mendebarkan kami punya hati, ingatkan kami ya Allah, ingatkan. Bahwa keridhaan-Mu dan kasih saying-Mu lebih besar daripada sekedar dunia, yang bila mati pun ia akan kami tinggalkan. Amiin!



Tulisan ini dikutip dari buku WISATA HATI : Kehidupan Yang Rapuh
Yang ditulis Ustadz Yusuf Mansur.




Selasa, 10 April 2012

Video Dakwah KH. YUSUF MANSUR – Penawar Kesulitan Hidup bag 2


Masih merasa kepayahan menjalani hidup yang keras di dunia? Belajar dari KH. Yusuf Mansur yuk untuk mengenal penawar kesulitan hidup yang diberikan Allah SWT.
 
Untuk mendownload video dakwah KH. Yusuf Mansur ini, silahkan klik link ini :
 
http://www.ziddu.com/download/18043118/UstadzYUSUFMANSUR-PenawarKesulitanHiduppart2.flv.html

Rabu, 04 April 2012

MUNAJAT 6

Ya Allah, rezeki itu Engkau yang atur, itu hamba tahu. Rezeki itu di tangan-Mu, itu juga hamba tahu. Tapi ketahuan hamba itu tidak berubah menjadi kesadaran yang tinggi, serta membumi di keseharian perilaku, sehingga hawa nafsu dan keinginan tetap saja menang dan mendorong hamba untuk mencarinya bukan lewat jalan-Mu.

Sebab rezeki itu dari-Mu, dan sebab rezeki itu Engkau yang atur, hamba juga sebenarnya paham. Bahwa rezeki yang cenderung dipaksakan untuk mengambilnya, alias diambil melalui cara-cara yang tidak benar, adalah pasti bukan rezeki dari-Mu. Dan karena ia bukan rezeki, berarti ia adalah cemeti azab. Akhirnya hamba pun sadar, bahwa yang terjadi kemudian adalah bukan kenikmatan yang hamba nikmati melainkan ketidaktenangan. Akhirnya hamba harus menerima, bahwa kemuliaan dan kehormatan yang hamba cari bukan dari sisi-Mu adalah sebenarnya kehinaan dan penderitaan.

Apa-apa yang berasal dari-Mu adalah kebaikan dan harus diperoleh dengan cara-cara yang baik. Dan bukanlah kebaikan bila ia diperoleh dengan cara-cara yang buruk. Ya Allah, kalaulah hamba sudah paham akan hal ini, buatlah kepahaman tersebut menjadi selaras dengan hati, perbuatan dan pikiran hamba. Maafkan hamba ya Allah…



Tulisan ini dikutip dari buku WISATA HATI : Kehidupan Yang Rapuh
Yang ditulis Ustadz Yusuf Mansur.