Senin, 24 September 2012

BENAHI POLA PIKIR BENAHI POLA IKHTIAR bagian 2


(+) Sebentar, sebentar Ustadz…

(-)  Lah, Kamu lagi…

(+) Ga boleh nih…?

(+) Silahkan. Kadang-kadang Kamu itu suka bener selangannya, he he he.

(+) Di atas Ustadz bilang 1-2-3. Kalo perlu, begitu kata Ustadz jangan  dibarengin ikhtiar ke Allah nya, dengan ikhtiar manusianya. Sebut saja  begitu dah ya. Lah, buat yang kepepet?

(-) Saya berdoa semoga Saudara mengikuti ini dalam keadaan tidak kepepet.
Sehingga melahirkan hitungan 1-2-3 sebelom Saudara bermasalah.     Maksudnya, dekati Allah, cari Allah, libatkan Allah, jauh sebelom      berperkaranya. Istilah saya mah, nabung amal.
(+) Lah, buat yang emang beneran kepepet. Sebutlah anfal jantung. Masa shalat dulu, sedekah dulu? Kan kudu langsung penanganan cepat…

(-) Dalam kasus itu, iya. Silahkan langsung ditangani. Tapi kan selalu bisa menyempatkan waktu untuk Allah. Shalat mungkin saja ga sempat. Tapi berdoa? Kan mungkin bisa. Sepanjang jalan menuju rumah sakit, bersholawat, beristighfar, yang nganter loh ya. Mungkin yang anfal mah, lagi ga inget apa-apa, he he he. Orang yang terlatih ke Allah dulu, akan serta merta biasanya. Dalam paniknya, tetap menyempatkan diri bersedekah, jika ada. Entah sedekah apa misalnya. Dalam paniknya, tetap kemudian selalu ada waktu untuk berdoa. Minimal ketika jalan ke rumah sakit, iya kan? Ok, udah ya? saya lanjutkan.

Ada yang tahu doa Dzun-Nuun? Doa nya Nabi Yunus?

Ya betul. Itu yang bunyinya sangat populer. Laa-ilaa-ha illaa anta, subhaanaka inni kuntu minadz-dzalimiin. Doa ini diketahui orang sebagai doanya Nabi Yunus tatkala ia ada di dalam kegelapan berganda. Gelapnya malam, gelapnya dalam lautan, gelapnya perut ikan. Dikisahkan kemudian Nabi Yunus ditolong Allah. Ia cepet ditolong Allah, keluar dari perut ikan. Dan bahkan Allah memberikan beliau jamuan makan setelah selamatnya di daratan.

Suatu ketika Nabi Muhammad saw memberi nasihat tentang satu doa yang
jika ingin ditolong Allah di kesulitannya, dilegakan hatinya, dilapangkan perasaannya, ditenangkan dari kegundahan, maka sabda Rasul, bacalah doa ini. Doanya Nabi Yunus.

Di telaah doa tentang Nabi Yunus ini, ternyata ada sesuatu yang menarik. Yang menjadi jawaban bagi banyak orang yang punya kesulitan, lalu membaca doa ini, tapi ga kunjung selesai persoalan hidupnya.

Rupanya, ketika Nabi Yunus ditelan ikan, Nabi Yunus membaca doa ini yang mana doa ini didengar oleh malaikat. Malaikat bertanya kepada Allah. Kami
mendengar shouta ‘abdik, suara hamba-Mu, yang ma’ruuf, yang udah dikenal
sebelomnya. O-o-o-oooohhh… Rupanya Nabi Yunus memang dikenal minal
musabbihiin, dari golongan orang-orang yang sudah bertasbih duluan sebelom punya kesulitan. Dan Allah pun memujinya sebagai orang yang dikenal “beriman”. Lihat di Surah al Anbiyaa: 87-88.

Kalo kita? He he he, jangankan pas kaya, pas miskin juga jarang inget Allah… Tentu dikecualikan Saudara-saudara yang istiqomah dalam ketaatan
ibadah. Tapi umumnya ya gitu daaaah. Jangankan pas senang, pas susah pun ga bener-bener merapat kepada Allah.

Malaikat bertanya kepada Allah, di mana gerangan hamba-Mu ini yaa Robb? Memang tidak ada yang diketahui oleh malaikat kecuali Allah yang memberitahunya. Allah kemudian memberikan petunjuk kepada malaikat dan
mengenalkannya. Dan datanglah pertolongan Allah.

Terus, gimana tuh sabda Rasul? Sabda Rasul mah bener banget. Baca aja terus. Kita-kita ini kan terlambat bacanya, he he he. Baca aja dulu, hingga energi bacaan ini mendatangkan keputusan Allah.

Di kuliah tauhid nanti kita pun akan belajar sedikit banyaknya tentang apakah yang terbaik itu kalau persoalan selesai? Belom tentu ternyata. Bisa saja yang terbaik itu adalah kalau hidup kita masalah terus. Sebab siapa tahu kita-kita ini tergolong orang yang lepas dikit aja dari kesusahan langsung lalai. Na’udzuu billaah…

Kembali ke soal kuliah umum ini. Ke soal ngebenahin pola pikir pola ikhtiar.

Kita sudah belajar sedikit ya. Bahwa persoalannya adalah bukan berobatnya. Tapi soal maen jalannya itu. Hingga Allah “tidak mau tahu”. Kalaulah tidak ada doa dari yang lain, niscaya kita bener-bener ga akan ditolong. Alhamdulillahnya Allah itu binnaasi la-ro-uufur rohiim, sama manusia itu sangat penyayang, sangat baik. Ada saaaaatttu aja yang mendoakan si fulan yang males ibadah, males doa, sedikit amal salehnya, subhaanallah sudah cukup membuat Allah memutuskan memberikan pertolongan. Sayang beribu sayang, jika hal ini tidak diketahui, tidak diinsyafi, tidak disadari, maka si fulan tersebut akan terus tidak menyadari kekeliruannya.

Buat dokter pun begitu. Jika maen ngobatin aja, ga pake ngelibatin Allah, ga pake bismillah, ga pake doa, maka jatuhlah ia pada pola mengobati tanpa tauhid. Syukur-syukur sebenernya dia bisa ngajak pasiennya ke Allah. Cakep
banget dah.

Penjelasan kali lebar di perubahan pola pikir pola ikhtiar ini ada di Kanal Kuliah Segitiga Wisata Hati: Mengubah Pola Pikir, Mengubah Pola Ikhtiar. Kajiannya didalemin.

Sesuatu yang mau digarisbawahi di sini adalah: Libatkan Allah. Baik di awal, di tengah, dan di akhir. Mau apa-apa, tanya Allah, cari Allah, libatin Allah. Tanya apa keputusan Allah? Minta bantuannya Allah. Sungguhpun mungkin
urusan yang sedang kita minta adalah urusan yang sudah “di genggaman kita”, atau kita punya bayangan untuk itu.

Emangnya ada?

Ya mungkin saja ada.

Kita mau bayar anak sekolah. Kita punya motor. Maka bayangannya kan ada tuh? Jual motor.

Kita mau naek haji. Punya sebidang tanah. Kayaknya kebayang dah darimana duitnya.

Kita pengen beli motor, beli mobil, tuker motor, tuker mobil, ama yang muda-an, duit udah ada. Kan harusnya tinggal jalan tuh?

Kita pengen renovasi rumah. Kita pengen beli rumah. Jalan udah ada. Duit udah siap. Pengen dagang udah ada yang janjiin modal. Pengen kerja udah ada yang bakal bawa masuk. Semua itu adalah keadaan yang bisa jadi Allah ga akan diajak ngomong. Ga dilaporin. Nah, sebaiknya di keadaan begini pun Allah diajak terlibat. Ditanya. Dimintai keselamatan-Nya, keterlibatan-Nya. Dan diminta tetap pertolongan-Nya. Jangan sok belagu. Jangan mentang-mentang.

Nah, apalagi di ketiadaannya, iya kan? Makin perlu dah seharusnya kita sama Allah.

Sebenernya sih kalimat ini ga cakep. Dua-dua keadaan perlu. Saat susah perlu Allah, saat senang juga jangan salah. Tetap sangat perlu Allah. Kita ga tau kapan saat Allah menukar ni’mat jadi keadaan yang sangat kita perlu Allah.

Lihat saja sms berikut ini. Sms ini dikirimkan dari sahabat saya yang penuh dengan senyuman, dengan keriangan, dengan kebahagiaan. Hidupnya sempurna. Berkecukupan iya, saleh salehah iya. Dua putrinya menempuh pendidikan tinggi dan berkategori aman. Setiap saya ke kota di mana ia tinggal, selalu ia berdiri paling depan di bawah eskalator kedatangan. Nomor satu menyalami saya dan membawakan tas saya. Istrinya selalu ridho melepas suaminya untuk menemani saya jika saya ke kota tersebut dan beralih ke kota-kota lain yang basecampnya di kota dia.

Hingga di kedatangan saya yang terakhir, kira-kira sebulan sebelom saya umroh, beliau di kendaraan minta doa. Dan ia mintakan doa di sore hari, setelah saya sudah mau menuju bandara. Alasannya beliau, “Kalau saya beritahu dari pagi, tentu Ustadz tidak mengizinkan saya pergi menemani Ustadz, dan hilanglah kesempatan saya minta doa dari ustadz dan dapat berkah (baca: pahala) dari perjalanan ustadz mengajar, silaturahim dan memberi tausiyah.”

Sahabat saya ini memberi tahu bahwa istrinya ini mual-mual. Tapi harus dibawa ke rumah sakit. Dalam sakitnya, istrinya ini meminta suaminya tetap menemani ustadz. Masya Allah.

Kami pun mendoakan. Dan doa ini diberitakannya ke istrinya.

Hingga kemudian saya jalan umrah. Sesampainya saya di Madinah, sms masuk lewat sahabatnya beliau, yang dulu juga semobil. Sahabatnya ini mengabarkan bahwa ternyata penyakit yang diderita oleh istrinya sahabat saya tersebut bukan penyakit biasa. Tapi penyakit kanker…

Deeerrr…!!!

Saya mengingat keceriaan keluarga ini. Saya mengingat kebahagiaan keluarga ini. Berita ini seperti palu godam sesaat yang bisa saja melabilkan iman.

Segini sahabat saya ini orang saleh, berkeluarga saleh. Setidaknya menurut
pengamatan saya. Bagaimana bila kita-kita ini bukan orang saleh? Bukan orang yang taat sama Allah? Bukan orang yang terbiasa baik sangka sama Allah?

Eh, sorry, dah mau isya. Saya isya-an dulu ya?

Ini sengaja saya kembali dulu ke kamar. Nunggu isya nya sambil ngetik dan ngajar Kuliah Umum ini. Semoga Allah ridho, dan menjadikan apa yang saya
kerjakan, menjadi ibadah yang diridho-Nya. Ok, saya isya-an dulu ya. Kembali ke Masjidil Haram. Duh, nikmatnya…

Tar saya ceritakan sedikit deh…

Ga janji. Insya Allah.

Sampe ketemu habis isya nanti, bila Allah mengizinkan.


***
Alhamdulillah, ngetik-ngetik lagi bukan habis isya di waktu isya. Tapi di waktu dhuha. Mudah-mudahan keberkahan dhuha mengalir buat semuanya. Amin.

Di Mekkah kalo habis isya itu rasanya udah malem banget. Ketemu si fulan ketemu si fulanah, ketemu jamaah ini ketemu jamaah itu, ngurus sedikit ini ngurus sedikit itu, eh udah jam 1 pagi. Ya tidur aja dah. Supaya bisa bangun
malam. Banyak jamaah yang alhamdulillah dimudahkan bangun malam dan
berangkat ke masjid, sekalian menunaikan shalat shubuh berjamaah, bahkan
sekalian dhuha. Mungkin selain suasana, juga soal kebersamaan, kesadaran dan niat. Tentu saja semua sabab izin dan ridha Allah.

Oh ya, ini sms dari sahabat saya tersebut… Kecuali nama dan daerahnya
yang saya samarkan. Mohon didoakan saja:

Assalamualaikum… Ustad! Saya saat ini di Malaysia mendampingi istri berobat setelah satu bulan sakit di Sumatera. Segala upaya kami lakukan dalam pengobatan yang sesuai tuntunan. Saat ini sudah ditemukan penyakitnya yaitu Multiple Myeloma yaitu kanker plasma sel tulang sumsum yang cukup ganas menghambat pertumbuhan sel darah merah sehingga anemia. Menggerogoti tulang dan calsium dialirkan ke darah sehingga overcalsium yang membuat mual gak bisa makan dan darah jadi kental, menurun fungsi ginjal memunculkan asam urat tinggi, sakit kepala, lemas, tulang sakit pada punggung dsb. Saya sungguh gak tega menyaksikan penderitaan ini. Saya gak kuat kalau mendengar kalau dia saat mengigau saat tidur, berdoa saat ngigau seakan bermain sama dengan kedua putri kami. Saya berharap ini cobaan tapi saya ragu inikah azab Allah? Saya memohon ampun sama Allah. Sejak sholat shubuh air mata ini tak henti mengalir. Ya Allah… Engkau yang mendatangkan penyakit ini… Tariklah penyakit ini. Begitu mudahnya Kau cabut kenikmatan ini… Ustadz! Kami mohon bantuannya memohonkepada Allah di tanah suci agar kesusahan ini berakhir. Agar penyakit ini dihilangkan. Agar istri dan kami sekeluarga diberi kesempatan untuk lebih mengabdi kepada Allah. Agar kelak saatnya nanti husnul khotimah. Terima kasih ustad atas doanya. Wassalamu’alaikum.

Saya termenung baca sms ini. Rasanya saya pengen segera berdiri shalat dua rakaat. Meminta maaf untuk orang-orang tua saya, diri saya, istri saya, anak-anak saya, keluarga saya, jamaah semuanya. Meminta maaf jangan sampai ada kesalahan-kesalahan kami yang berujung azab dari Allah. Pengen rasanya saya meminta perlindungan dari Allah. Termasuk perlindungan dari putus asa, hilang kesabaran, kecewa sama keputusan Allah, dan lain-lain. Sebab tidak mesti juga menjadi jahat lalu dikasih serangkaian penyakit. Tidak mesti. Ini sungguh rahasia Allah sahaja. Bisa saja orang yang teramat saleh, pun diuji dengan serangkaian penyakit.
Duh duh duh… astaghfirullahal ‘adzhiem. Saya sungguh menyarankan saudara semua menghentikan sejenak perkuliahan umum ini, lalu ambil wudhu dan shalat 2 rakaat. Agar sempat dulu memohon agar Allah lindungi dari penyakit yang berat-berat, yang sulit-sulit, baik menimpa diri kita maupun keluarga kita semua. Rajin-rajinlah memohon perlindungan dan keselamatan. Saya berkata kepada istri saya, “Kudu bener rajin memohon dan meminta sehat kepada Allah. Minta supaya sehatnya bisa dibawa ibadah. Dan macem-macem permintaan lain, hingga selamat dari su-ul khatimah, siksa kubur, dan siksa negeri akhir sebagai puncaknya.”


Saudaraku yang dirahmati Allah. Cukup lama saya menjawab sms sahabat
saya ini. Tapi saya cepat mendoakan atas izin Allah. Balas smsnya yang lama. Sebab saya tercenung juga cukup lama.

Peristiwa-peristiwa perubahan seperti ini banyak sekali terjadi. Begitu gampang Allah mengubah keadaan. Kun Fayakuun! Allah sanggup mengubah siang jadi malam, dan sebaliknya. Allah sanggup menghidupkan dan mematikan. Allah tentu saja lebih sanggup lagi mengubah keadaan kita. Senang jangan sampe lupa diri lupa ibadah, dan susah jangan sampe putus asa putus semangat.

Karena itu saya menyeru, tempel betul Allah. Tempeeeeeeeeelll yang rapet. Bener-bener rapet. Kita tidak tahu kapan kemudian kita berdoa seperti sahabat kita tadi. Jangan begitu yakin keadaan susah tidak dipergilirkan. Sebagaimana keadaan senang pun akan Allah pergilirkan. Jika kita tidak terlambat mendekatkan diri kita kepada Allah, bisa saja seperti keadaan sahabat saya tadi, Allah hadir di hati dia dan istrinya, dan keluarganya. Allah hadir. Hingga penyakitnya dibawa syukur, dibawa senang. Dan kemudian hanya sebentar air mata sedih yang keluar. Selebihnya hanya air mata bahagia. Senang. Sebab dalam susahnya, dalam deritanya, subhaanallaah, lisan tetap basah dengan zikir, dengan wirid, dan hanya syukur yang memenuhi hati. Ibadah sampe titik nafas yang terakhir. Subhaanallaah.

Bila saat ini Saudara menemukan diri Saudara lalai, diri Saudara lupa, diri Saudara jauh dari Allah, bagaimana lagi dengan Saudara…? Bekal tak ada ketika kemudian peristiwa demi peristiwa terjadi…? Na’udzubillaah min dzaalik.

Tidak ada kata terlambat. Tidak ada kata terlambat. Tidak ada kata terlambat. Asal Allah kasih kita nafas, itu tanda kita masih bisa kembali kepada Allah.

Saya kemudian menjawab sms sahabat saya tadi:
Saya sekitar 1 jam yang lalu sempet ngebel dari tanah suci. Dari Mekkah alMukarromah. Di Multazam saya doakan. Semoga dalam sakit dan penderitaannya istri dan antum, ada Allah. Sehingga Allah memberikan rasa sabar yang luar biasa. Saya meneteskan air mata baca sms saudara saya ini.
Saya bercerita kepada Allah, saudara saya ini selalu menjemput saya tatkala saya ke Sumatera, dan istrinya selalu ridho. Dan banyak lagi saya cerita, termasuk ketika harus masuk rumah sakit (pertama kali, ketika saya datang), istrinya tetap ridho suaminya mengantar saya ke kota lain. Yaa Allah, mudah-mudahan Engkau Yang Maha Segalanya, memberikan mukjizat-Mu, kebesaran-Mu, serta kekuasaan-Mu di urusan istri antum dan antum.. Istri saya dan jamaah semuanya turut mendoakan. Lebih kurang 500 jamaah turut mendoakan antum. Saya mintakan doanya. Nanti saya kirimkan petunjuk tambahan. Semoga Allah mempercepat penyembuhannya dan menghentikan jalannya itu penyakit.

Beberapa waktu kemudian beliau menjawab lagi sms saya:

Subhaanallaah… Begitu cepatnya Allah mengijabah doa Ustadz dan jamaah
lainnya. Sehingga dokterpun begitu cepat dan tepat memberi dosis obat sehingga hari ini istri saya merasakan betapa nyamannya yang tidak pernah senyaman ini sejak sakitnya. Dokterpun begitu gembiranya mendengar dan melihat pasiennya dengan begitu cepat pulihnya. Saya dan istri mendengar ibu Ivan (kawan mereka) membacakan sms dari ustadz tak tahan kami menangis haru. Sungguh begitu mudahnya bagi Allah merobah keadaan hanya kami yang masih kurang bersyukur. Entah bagaimana caranya kami mengucapkan terima kasih kepada ustadz berserta jamaah. Salam kami, terus berharap doa untuk mengiringi kami melawan ganasnya penyakit ini. Syukran. Wassalamu’alaikum.


***



Dengan ragam peristiwa lainnya, manusia sejatinya akan dipergilirkan kesusahan dan kesenangan sebagai ujian hidup. Mudah-mudahan kita semua lulus. Apa kaitannya dengan Kuliah Tauhid? Selain kita nanti belajar untuk baik sangka, untuk iman kepada Allah, untuk sabar, untuk yakin, untuk ikhlas, untuk syukur, kita pun insya Allah memohon kepada Allah agar perkuliahan tauhid nanti akan mengajarkan kita pola hidup yang bagus. Dinamika hidup ini bolehlah berlaku apa saja. Satu hal yang tidak boleh berubah dalah Tuhan kita. Harus tetap Allah. Harus tetap bersama Allah. Harus tetap dekat sama Allah. Dan harus tetap ibadah dan mengabdi pada-Nya.

Saya menyertakan file audio sebagai penyerta kuliah umum ini.

Mudah-mudahan melengkapi kuliah umum ini, dan menyiapkan Saudara-Saudara untuk mengikuti perkuliahan Kuliah Tauhid, sesi demi sesinya. Amin.

Saya berdoa kepada Allah, suatu saat Saudara dan saya, kita semua, bisa melakukan ibadah karena bersyukur kepada Allah.

Jika sebelomnya Saudara shalat dhuha memohon ridha Allah dan pekerjaan dari-Nya, saudara lalu naik derajat shalat dhuha sebab Saudara justru bersyukur sudah diterima kerja.

Jika sebelomnya saudara shalat malam sebab ada kesusahan, kemudian hari saudara bisa shalat malam karena lapor masalah sudah selesai. Jika sebelomnya saudara bersedekah sebab ada permintaan, maka permintaan berikutnya dari saudara kepada Allah adalah minta dikuatkan iman islam, minta dijadikan saleh dan syukur, dan minta diberikan ridha.

Hingga kemudian tumbuh kecintaan kepada-Nya, dan kerelaan beribadah kepada-Nya. Tumbuh keridhaaan kepada Allah, yang kemudian Allah pun jadi ridha kepada kita. Dikasih susah, tetap ridha. Dikasih senang, ya apalagi. Yang ada hanya syukur, syukur, dan syukur. Ga ada pertanyaan, dan ga ada keluhan. Tumbuh baik sangka kepada Allah. Terhadap semua kalam Allah, terhadap semua Ketentuan dan Kehendak Allah.

Terhadap semua perintah Allah, terhadap semua permintaan Allah, iman dan yakinnya bukan main. Ga pake mikir.

Disuruh sedekah, jangankan dijanjikan ada bayarannya, engga dijanjikan bayaran saja, udah rela minta ampun. Apalagi dijanjikan bayaran.

Disuruh shalat malem untuk kemuliaan, untuk ketinggian derajat, untuk mengundang pertolongan Allah, untuk perubahan kehidupan, kita menyambutnya dengan segenap perasaan senang kita. Bukan hanya bakal senang dapet segala apa yang bisa Allah berikan. Tapi senang sebab bisa ketemu Allah di keheningan.

Setelah shalat shubuh, rindu shalat dhuha. Setelah shalat dhuha, rindu shalat zuhur. Setelah shalat zuhur, rindu shalat ashar. Setelah shalat ashar, rindu shalat maghrib. Setelah shalat maghrib, rindu shalat isya. Setelah shalat isya,
rindu lagi shalat malam. Rinduuuuuu… Pengennya sama Allah terus. Karena itu ketika sedang shalat, disertakan qobliyah dan ba’diyah. Ga pengen cepet-cepet berlalu dari hadapan Allah. Allah tempat mengadu, Allah tempat meminta.

Sama al Qur’an dekeeeettt. Ia senantiasa dibaca, dikaji, dan satu demi satu diamalkan. Sama masjid, ringan kaki melangkah. Khususnya laki-laki. Yang
perempuan tentu saja biar di rumah, walo ke masjid juga tidak ada halangan andai tidak timbul fitnah dan bahaya. Rajinnya ke masjid, ringannya kaki melangkah ke masjid, sampe-sampe kekangenan bersimpuh di masjid besar, di “rumah-Nya”, di Masjidil Haram, di depan Ka’bah, juga akhirnya semakin besar… Dan tau-tau nyampe dah di sana. Subhaanallaah.

Sama orang susah, sama anak-anak yatim, sama dhuafa/orang-orang miskin, perlu. Kita yang perlu. Kita yang nyari. Baik dibantu dengan rizki kita, maupun dibantu untuk tidak lagi miskin dan susah, dan menjadi berdaya. Lewat serangkaian pengajaran, dan nasihat.

Sama larangan-larangan Allah, takutnya minta main. Setiap pikiran berbuat dosa dan maksiat muncul, dibanyakin ta’awwudz, berdoa, dan istighfar. Tidak pernah memberi kesempatan melayani. Saya betul-betul berdoa semua perasaan ini, semua yang dikatakan ini, tumbuh di hati dan pikiran Saudara semua. Semoga Kuliah Online ini bisa mengantarkan Saudara semua menuju apa yang menjadi doa saya tadi. Aamiin.

Semua atas izin Allah, dan semua adalah Kehendak Allah. Maka itu insya Allah saya akan shalat sunnah, minta kepada Allah agar itu terjadi. Saya harap Saudara semua juga mau meminta taufik dan hidayah Allah. Sekali lagi, aamiin. Semoga Allah memberikan kemuliaan buat Saudara semua.

Sungguh… Saya kepengen memberikan banyak materi. Tapi nanti jadinya bukan kuliah umum, he he he. Materi demi materi sudah disiapkan atas izin Allah. Pelajari satu demi satu, yang rajin, yang rapih, yang disiplin. Jangan hanya dibaca, apalagi dikoleksi. Jangan. Bener-bener pelajari. Hayati. Dan renungkan. Disertakan pula tugas kecil sedari awal untuk menelaah satu demi satu ayat yang saya pakaikan di kuliah umum ini. Lihatlah al Qur’an, dan carilah terjemahannya untuk lebih memahami minimal menyimak artinya. Bergurulah pada satu dua orang ustadz yang ada di deket saudara untuk berdiskusi perihal ayat demi ayat yang saya minta saudara mencari, membuka, dan membacanya.

Kepada Allah semua saya pulangkan.

Di file audio penyerta kuliah umum ini, saya membahas juga pendalaman tentang mengubah pola pikir, dan pola ikhtiar. Silahkan. Ada contoh-contoh menarik seseorang yang mencari bantuan seseorang. Seorang kaka yang datang kepada adiknya. Seorang yang membroadcast sms jual mobilnya, hingga ketemu Allah dan menawarkan mobilnya kepada Allah. Seseorang yang mencari pekerjaan dengan cara yang normal, tapi jadi ibadah dan hasilnya mengagumkan! Yakni ga dapet-dapet itu pekerjaan yang dicarinya, he he he. Tapi koq disebut mengagumkan? Ada lagi seseorang yang berusaha membayar hutangnya, tapi yang terjadi malahan bertambah penyakit, bertambah hancur, bertambah susah. Namun imannya dan ibadahnya malahannya bertambah. Di kemudian hari huutangnya bener-bener buanyak. Tapi rizki sekali datengnya dirapel Allah, puluhan kali lebih lipat lagi ketimbang hutangnya. Masya Allah. Seru.

Ada juga perjalanan berburu jodoh, perjalanan mendapatkan anak keturunan, Perjalanan mencari kesembuhan. Dan macem-macem lagi yang Saudara akan temukan yang dekat kehidupan Saudara sehari-hari. Insya Allah. Semua karena Allah, dan karenanya, sekali lagi saya pulangkan kepada Allah segala sesuatunya.

Saya memohon maaf kepada Saudara semua, jika ditemukan di kemudian hari ketidaknyamanan dalam mengikuti perkuliahan ini. Atas nama pribadi dan atas nama tim, saya memohon maafnya. Saya berharap penuh Saudara banyak mengikuti kajian kuliah off-line nya, di tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh kami. Untuk pendalaman materi dan pengembangannya, serta diskusi. Belajar mengenal Allah lebih jauh. Kita sama-sama belajar ya. Saya, Yusuf Mansur, pun tumbuh bersama Saudara semua dalam belajar tauhid dan keyakinan. Di perjalanan Kuliah Online, untuk kopi daratnya para peserta KuliahOnline kami menyebutnya: Spiritual Gathering Wisatahati.

Sampe ketemu di Sesi 1 nanti, di Kuliah: Belajar Keyakinan.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Makkah & Madinah, 2011.



Yusuf Mansur.


You will learn this in your lovely Kuliah Online…

            Bicaralah kepada Allah…
                      Sesering mungkin…
                                 Bahkan untuk hal yang sepele…
                                               Sebelom… Di… Dan sesudah…


 
Saya mengajak Anda untuk mendukung Percetakan Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur  dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Darul Quran.

Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Darul Quran Nusantara
 
Bank Syariah Mandiri         : A/C. 074 006 5000
BCA                                        : A/C. 603 030 8041
Bank Muamalat                   : A/C. 303 003 3615
Bank Mandiri                        : A/C. 128 000 509 2975
Bank Bukopin Syariah        : A/C. 880 0420 017
Bank Mega Syariah            : A/C. 100 000 6822
Bank BNI Syariah                 : A/C. 1699 1699 6
Bank DKI Syariah                 : A/C. 701 700 9003
Bank Permata Syariah       : A/C. 97 1010 606
Bank Danamon Syariah     : A/C. 731 34 769
BRI                                         : A/C. 0523 01 0000 34 30 4

Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
 
Semoga para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan rizki berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.



Tulisan ini saya kutip dari :
ditulis oleh Ustadz Yusuf Mansur
Dan disusun ulang oleh : http://souldiaryofislam.blogspot.com