Kamis, 27 Desember 2012

DOA KE-1

Ya Allah, kejujuran itu indah, kejujuran itu manis, kata Engkau. Tapi kalau kata nafsu, kejujuran itu pahit, kejujuran itu hanya akan memperlambat datangnya kekayaan. Lalu kepda siapa kemudian hamba harus percaya? Ternyata hamba memilih percaya pada nafsu. Akibatnya? Menderita! Maafkanlah hamba-Mu yang tidak mempercayai segala firman-Mu. Sekarang hamba menghadap dengan membawa sejuta permasalahan lagi yang timbul akibat kebohongan dan dusta.

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Bijaksana, hamba yang berbuat kesalahan, tapi hamba yang meminta-Mu menyelesaikannya. Tapi Engkau adalah Tuhan yang tidak akan pernah merasa terbebani dengan segala permohonan hamba-Mu.

Ya Allah, hamba yang berbuat keburukan, tapi Engkau yang hamba minta menahan akibat keburukan itu datang. Itu semua karena Engkau yang mempunyai kebijaksanaan yang luar biasa luasnya dan Engkau juga yang mempunyai kuasa atas segala sesuatu.

Pelajaran apa lagi yang hamba bisa petik dari keterpurukan dan ketersudutan hamba? Yaitu bahwa tidak ada perbuatan buruk yang manis akibatnya! Tanamkanlah hikmah ini di dalam setiap gerak dan piker hamba, supaya hamba selamat dunia dan akhirat.

Hamba juga percaya bahwa Engkau bukan hanya mengasihi dan menyayangi mereka yang berjalan lurus, tapi juga Engkau mengasihi dan menyayangi mereka yang menyatakan ingin kembali dan bertaubat kepada-Mu. Bahkan Engkau mengasihi dan menyayangi semua orang. Hamba saja yang tidak menjangkau kasih sayang-Mu. Catatkanlah hamba sebagai bagian dari orang-orang yang mau memperbaiki diri, mau membersihkan hati dan pikiran, agar kasih sayang-Mu segera hadir di dalam kehidupan ini. Amiin!



Tulisan ini dikutip dari buku WISATA HATI : Kehidupan Yang Rapuh
yang ditulis Ustadz Yusuf Mansur.




Selasa, 11 Desember 2012

KULIAH TAUHID 1 – Belajar Keyakinan bagian 3


Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu.
 
Sampe sini, sebagian Saudara belom menerima. Ya saya santai aja. namanya baru kuliah perdana, he he he. Ada yang komen, “Yang begini, ga bisa diandelin. Ga bisa dijadikan standar bahwa kalau begitu pasti begini.” Yang lain berkomentar, “Itu namanya ngarepin keajaiban terus…”. Ya terserah aja.

Saudaraku sekalian, Onliners yang dicintai Allah… Kecepatan Allah datang ke kita, lebih cepat daripada kita datang kepada-Nya. Ketika kita mengangkat tangan, “Ya Allah, Engkaulah Penguasa Pasar… Bukan hanya tukang ikan yang Engkau punya. Tapi semua pasar dengan semua pedagang di dunia ini yang Engkau punya. Ya Allah, saya mau datang ke pasar-Mu. Jamulah saya. Berikanlah saya rizki sebagaimana mereka yang punya duit…”. Saat Saudara berdoa, Allah udah ngirim duluan malaijat-malaikat-Nya ke pasar, dan ngatur segalanya supaya Saudara bisa pulang bawa ikan. Bisa saja ada di belahan perumahan yang lain, seorang istri menyuruh suaminya ke pasar. Karena satu dan dua hal. Bukan istri yang belanja. Tapi suami. Hingga terjadilah peristiwa ini.
Semua bisa DIA lakukan, sebab innaahuu ‘alaa kulli syai-in qodiir, Sesungguhnya DIA Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Saudara lihat, berjalan ga orang ini ke pasar?

Berjalan.

Nah, ketika berjalan, inilah ikhtiar. Seperti yang punya duit, seperti itu juga dia jalan ke pasar. Mirip Sayyidinaa Ali di atas.

Siapa yang diharap sama dia?

Kalau dia berharap ada manusia yang membagi ikan kepada dia, menjadi salah dia. Kalau dia berharap ada yang memberi, berarti dia berharap kepada manusia. ngga. Dia hanya berharap Allah menunggu dia di sana. Di pasar. Dia berharap Allah dengan beragam caranya yang tidak terduga dalam memberi rizki, berkenan memberinya rizki.

Saya ingin mengatakan kepada Saudara… Semakin bagus ibadahnya Saudara, semakin bagus keyakinan Saudara, “perjalanan” ikhtiar Saudara akan makin diperpendek.

Saya senang ngajar dengan contoh. Supaya Saudara gampang nyerapnya.

Perjalanan “ikhtiar” yang tadi diceritakan, sampe POL 100%. Istilah cerita tadi, sampe “final” bungkusan ikan 2 kilo dikasihkan ke Saudara. Sampe situ, Saudara baru diberitahu bahwa sudah dibayarin ikan-ikan yang dibungkus ini. Saudara ga perlu ngomong apa-apa ke si tukang ikan.

Kondisi 80%-90% nya, Saudara begitu datang ke tukang ikan, si tukang ikan udah ngasih tau duluan, bahwa tadi kawan kita datang dan beli ikan, lalu menitipkan sejumlah uang. Silahkan belanja ikan dengan uangnya dia. Pilih sendiri ikan-ikannya. Seukuran 2 kilo.

Bisa juga Saudara dipanggil-panggil tukang ikan. “Maaasss… Mas… Mari sini…”


Saudara nyamperin, “Ada apa ya?”

“Pengen ikan?”

“Iya. Emang mau ke sini. Koq tau?”

“Engga. Ga tau. Tapi ada titipan ikan buat Mas. Ada yang beliin tadi dan ngasih tahu bahwa orang dengan ciri-ciri yang disebut seperti Mas ini bakalan lewat sini. Kasih ikan ini…”

Kondisi 50% nya, Saudara di tengah jalan, ketemu kawan… “Mau kemana Mas…?”

“Mau ke pasar…”

“Beli apa…?”

“Beli ikan…”

“Ooohhh… Ndak usah beli ikan… Nih, bawa pulang punya saya aja…”

He he he, ikhtiar Saudara “dikorting 50% perjalanan” oleh Alllah. Saya mah kagum sama kerja Allah. Kita hanya perlu percaya loh. Dan kemudian melakukan
amal-amal saleh dan kebaikan, nanti selebihnya Allah yang akan atur.

Bahkan ada Saudara “yang tidak perlu” melakukan “ikhtiar tambahan pergi ke pasar”. Yakni tatkala Saudara baru saja terbersit, Allah sudah kirimkan ikannya! Bahkan Saudara belom sempat berdoa!

Tidak ada yang tidak mungkin buat Allah. Semuanya mungkin. Tapi nanti kita belajar, bahwa selain tentu saja ini semata Kehendak-Nya, juga sebab ibadah-ibadah sebelomnya yang dilakukan oleh seseorang… Atau ibadah-ibadah yang dilakukan oleh istrinya/suaminya, anaknya, ibu/bapaknya. Banyak dah sebab jalan amalnya yang bisa jadi bukan dari amal salehnya saja, tapi amalan orang lain.

Saudaraku semua… Itu semua ikan mentah loh… Tidakkah Saudara percaya bahwa Allah bahkan sanggup ngirim ikan mateng???!!! Tentu saja Saudara boleh ga percaya… Itu pilihan Saudara. Tapi saya asyik mengatakan, bahwa di antara Saudara malah ada yang Allah bercanda dengannya. Allah beri bonus tambahan bukan ikan mateng saja, tapi nasinya, lauk pauk lain, minuman ini minuman itu, dan banyak lagi. Yakni dengan menjamu Saudara di restoran enak nan mahal, he he he. Mintanya nasi saja sama sedikit ikan, Kun Fayakuun, malah ada yang ngajak keluar. Bukan sendirian, tapi sekeluarga. Masya Allah.

Inilah semua yang digelar buat Saudara semua di KuliahOnline. Semua pembahasan, di semua kanal, beraroma tauhid yang kuat, tanpa mengabaikan ikhtiar. Kelak insya Allah Saudara bisa membedakan bagaimana disebut tidak berikhtiar dan berikhtiar. Dan Saudara kelak juga akan belajar tentang apa sesungguhnya yang disebut sebagai ikhtiar. Sebagiannya saya sudah mulai penjelasannya di Sesi 1 ini. Dan selebihnya saya sebar di perkuliahan sesi-sesi berikutnya, atas izin Allah.

Dan saya senang mengatakan ini: Paling tidak, ketika Saudara melibatkan Allah di awal Saudara membeli ikan, sampe mendapatkannya, mengolah, sampe menyajikan dan memakannya, maka Saudara sudah dicatat bukan sebagai pekerjaan biasa. Tapi sebagai ibadah. Sebab menyebut nama Allah. Betul. Sungguhpun tidak ada keajaiban, misalnya karena Saudara memiliki uang, Saudara sudah dicatat sebagai beribadah dengan menyebut nama Allah di dalam setiap prosesnya.

Dan Saudara tetap saya sebut salah besar jika Saudara menganggap Saudara tidak memerlukan Allah karena Saudara ada duit dan tukang ikannya ada. Salah besar. Sama salahnya jika saya menyebut bahwa tidak ada keajaiban buat yang mendapatkan ikan sebab ada duit. Kenapa? Sebab Saudara yang bisa beli ikan sebab ada duit, tetap saja di situ ada keajaiban Allah. Ada kaki dan tangan yang Saudara pakai. Sedangkan kaki dan tangan itu adalah ciptaan Allah. Ada mata yang digunakan untuk melihat, ada telinga yang digunakan untuk transaksi jual beli. Semua karunia Allah tumplek blek di dalam peristiwa yang namanya: beli ikan. Sehingga tidak ada satupun sesungguhnya yang terjadi di dunia ini, kecuali Allah sangat-sangat berperan di dalamnya.

Maka menyebut nama-Nya, menyucikan naman-Nya, membesarkan nama-Nya, memuji nama-Nya, melibatkan-Nya di semua langkah kita, adalah sesuatu yang sangat-sangat layak adanya. Tidak ada DIA, maka tidak ada kita. Tidak ada perbuatan-Nya, maka tidak ada pula perbuatan kita. Tidak ada kehendak-Nya tidak ada pula kehendak kita. Tidak ada izin-Nya dan peran-Nya, maka tidak ada satupun yang bisa kita lakukan.


***


Sebab itu saya sering mengatakan kepada diri saya dan sekarang saya bahagia bisa mengatakan di menit-menit awal Saudara mengikuti perkuliahan tauhid di Kuliah Tauhid ini, bahwa ikhtiar langit sama ikhtiar bumi, hendaknya jangan dipisah. Apa yang disebut sebagai ibadah dan amal saleh, saya menyebutnya sebagai ikhtiar juga. Merupakan bagian yang tidak terpisah dari langkah-langkah yang dikenal selama ini oleh manusia sebagai ikhtiar.

Seorang pekerja, kan kerjanya katakanlah jam 8 pagi. Toh sebenernya dia udah mulai pekerjaannya itu dari starter motor atau mobilnya, atau start sejak dari keluar rumahnya.

Kalau mau jujur, maka sebenernya proses sebelom jam 8 itu adalah bagian tidak terpisahkan. Bahkan sejak istrinya menyiapkan pakaiannya dan sarapannya! Betul. Sesungguhnya pekerjaan istrinya pun menjadi satu kesatuan pekerjaan yang dimulai jam 8 itu. Tidak berdiri sendiri.

Maka, tidaklah salah saya bilang, bahwa cobalah mulai bekerja, berusaha “mulai dari seawal mungkin”. Kapan itu? Sejak awal bangun tidur. Yakni sudah berafirmasi. Sudah berdoa: Allahumma ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur. Dari sini titik enolnya. Kemudian bergerak ke kamar mandi, bergerak wudhu, bergerak shalat sunnah… dan seterusnya bergerak shubuh… dan seterusnya lagi, hingga ia start jam 8 kerja atau usaha. Itu pun nanti, shalat dhuha, shalat lohor, jangan dipisah-pisah. Anggap ini sebagai “pekerjaan” juga. Bahagian dari SOP atau peraturan pekerjaan.

Jika Saudara pimpinan pekerjaan, bos dari satu perusahaan, maka katakanlah kepada karyawan, menjadi bahagian pekerjaan Saudara adalah menjaga yang lima waktu, syukur-syukur mau mengerjakan yang sunnah-sunnahnya. Itu adalah bahagian pekerjaan Saudara juga. Bila Saudara itu menjaga itu semua, berarti Saudara menjaga pekerjaan kita, usaha kita, perusahaan kita. Begitu.

Secara bercanda, namun benar, saya malah mengatakan, untuk pekerjaan yang dimulai jam 8 esok pagi, persiapaannya malah sebelom tidur! Sebelom tidur, kita ambil wudhu, sempatkan shalat 2 rakaat penutup malam, bisa shalat sunnah mutlak atau shalat witir. Atau shalat hajat. Berdoa sebelom tidur, baca Qur’an barang seayat dua ayat, syukur-syukur bisa selembar dua lembar. Berterima kasih atas yang sudah lewat, dan berdoa atas apa yang bakal dijalani.


***


Saya menyebut di Kuliah Tauhid ini sebagai upaya mengubah pola pikir, mengubah pola ikhtiar. Hanya dengan menyertakan Allah, melibatkan Allah, dan tidak melupakan hak-hak Allah, yakni kewajiban kita, maka kita berada di dalam ibadah 24 jam. Subhaanallaah.

Menarik sekali mengubah pola pikir pola ikhtiar, supaya ketemu pola hidup bertauhidnya, bahwa betul-betul kita mengingat Allah, di awal, di tengah, dan di akhir. Selalu bersama-Nya.

Saya mengingat ketika Wirda sakit. Saat Wirda bayi sakit panas, saya menyelimuti Wirda dan mengatakan ke istri saya, ayo kita ke dokter…

Istri saya bilang, “Ke Allah dulu…”.

Ketika istri saya mengatakan ke Allah dulu, apakah tidak jalan ke dokter? Tetap aja jalan ke dokter. Tapi ke Allah dulu. Dan di prosesnya pun kelak senantiasa bersama Allah. Mestinya.

Saat itu saya melihat istri saya mengambil kantong plastik, dan mengisinya dengan beras dan beberapa bahan dapur dan bahan makanan. Buat dibagikan. Istri saya menyuruh saya minimal doa. Dan saya lihat Wirda. Saya titip Wirda sama Allah. Saya memilih shalat dulu.

Nah, nanti saya belajar, bahwa yang saya lakukan ini, dengan memberi sentuhan
ikhtiar, sesungguhnya saya melakukan quantum ikhtiar. Allah memperpendek ikhtiar saya.

Dalam bilangan yang ga lama juga, saya, istri, dan Wirda, sudah berada di depan
rumah. Saya sudah mengeluarkan motor dari dalam rumah.

“Tadz… Mau kemana…?” tanya Azwar saudaranya istri saya.

“Mau ke dokter.”

“Kenapa emang si Wirda?”, tanyanya lagi.

“Panas badannya.”

“Oooohhh… Coba dah tunggu sebentar. Semalam Helen (anaknya Azwar), juga panas. Neneknya ngasih daun apa tau tuh semalam. Sembuh. Kali aja cocok sama Wirda.”

Lihat, proses ikhtiar ke dokter, Allah perpendek. Tanda-tanda itu ada. Dan saya
“melihatnya”. Merasakannya.

Kelak di perkuliahan ini saya kenalkan ke Saudara semua apa yang saya sebut
sebagai: GodSign. Tanda-tanda dari Allah.

Saya dan Maemunah sesaat beradu pandang. Berangkat terus ke dokter, atau
“memberi kesempatan” kepada Allah untuk “masuk dan berperan” di panasnya
anak kami.

Akhirnya… “Iya dah. Coba kasih tau Nyai Kiyah…”.

Azwar memberitahu Nyai Kiyah. Nyai Kiyah ini mertuanya Azwar yang juga neneknya istri saya. Sejurus kemudian Nyai Kiyah udah datang ke kamar Wirda sambil ngeborehin dedaunan. Ajaib. Miracle. Wirda diam dari nangisnya. Merintihnya pun hilang, dan tertidur. 1 jam lebih kami ngobrol-ngobrol, dan kemudian Wirda pun panasnya mereda. Alhamdulillaah.

Di sini saya belajar, ikhtiar tidak usah harus kemudian sama sekali dilepas. Ikhtiar mah ikhtiar saja. Sampe Allah kemudian memutuskan sesuatu buat diri dan langkah kita. Namun sesuatu yang pasti adalah Allah pasti akan terlibat andai diminta oleh kita untuk terlibat. Allah pasti masuk dan berperan andai kita mengundang-Nya masuk dan berperan. Ini bagaimana Allah mau berperan, wong Saudara saja tidak merapat kepada-Nya? Saudara berperan terlalu dominan, dan mengeyampingkan DIA. Sehingga tidak ada ruang buat-Nya untuk membantu Saudara. Yang menolak bantuan Allah adalah diri Saudara sendiri. Dan Allah itu terkadang begitu, bila Saudara mengandalkan yang lain, maka andelan Saudara itu yang diberi-Nya dulu kesempatan untuk menolong Saudara. Hingga Saudara “nyerah”, dan lalu meminta-Nya datang.

Ada sih banyak kasus, di mana Saudara sama sekali tidak pernah mengundang Allah datang. Saudara asyik saja dengan kebodohan Saudara. Berikhtiar tanpa melibatkan-Nya. Namun disadari atau tidak, Allah tetap masuk dan membantu. Ternyata tanpa Saudara tahu, ada orang di sekeliling Saudara yang memang meminta Allah. Bisa saja orang tersebut adalah istri Saudara, suami Saudara, anak-anak Saudara, orang-orang tua Saudara. Atau kawan Saudara dan guru Saudara. Mereka berdoa dengan tulus untuk Saudara, padahal Saudara sendiri ga berdoa untuk diri Saudara sendiri, he he he. Ketulusan mereka membuat Saudara kemudian ditolong Allah. Subhaanallaah.


***


Dalam satu kajian tauhid, saya sampaikan. Ketika pun misalnya saya ga ketemu sama Azwar di depan pintu, alias saya terus sampai ke dokter, maka ketahuilah, Allah tetap saja berperan. Siapa juga yang membuat dokter ada di tempatnya? Siapa pula yang menyelamatkan jalan sampe k dokter yang saya tuju? Apa karena dekatnya jarak rumah dengan praktek dokter, lalu saya, istri saya, Wirda, “pasti” selamat pergi dan pulang? Semua menjadi rahasia Allah. Kita tinggal menikmatinya saja. Dan karena kita tidak mengetahui “pekerjaan-Nya” yang ghaib, juga tidak belajar tauhid, tidak belajar iman, maka kita anggap lah tidak ada pekerjaan Allah di sana. Padahal mah masya Allah.

Tidak jarang saya mencontohkan dengan contoh-contoh sederhana. Pernahkah kita berpikir, harusnya kita ini ga selamat. Di tikungan bakal ditabrak oleh satu motor yang datangnya dari arah berlawanan. Namun Allah “selamatkan”. Dengan cara-cara yang tidak kita ketahui. Misalnya pengendara motor itu dipanggil seseorang dari tepian jalan. Kira-kira 200-300 meter sebelom tikungan. Jadilah kemudian “tertahan” 1-2 menit. Pas kita belok di tikungan kita “tidak ketemu”, tidak “papasan”, dengan motor yang mestinya nabrak kita. Akhirnya jadilah kita selamat. Nah, saya perlu mengatakan kepada Saudara semua, peristiwa yang sesungguhnya satu korelasi kejadian ini, karena kita tidak tahu, “nyaman” saja kita jalan ke dokter dan selamat. Karena itu wajar sekali kita harus menyebut asma-Nya, dan bersyukur.

Ketika sampe di praktek dokter pun, apa iya dokter itu ada dengan sendirinya? Bisa saja harusnya dia engga datang ke tempat praktek. Tapi dokter ditelpon oleh pasien lain, janjian, dan datanglah dokter ini. Di mana saya mengatakan, bisa jadi sesungguhnya di antara Rahasia Pekerjaan Allah adalah dokter ini datang bukan karena pasien yang menelponnya. Tapi Allah atur kedatangan dokter ini untuk kedatangan saya dengan Wirda. Subhaanallah. Lagi-lagi mata kita tidak akan bisa mengetahui ini, kecuali dengan mengimani-Nya. Kita tidak akan bisa melihat-Nya, kecuali dengan kebersyukuran, dan IMAN kita. Dan memang DIA lah yang disebut sebagai Yang Ghaib. Sungguh rumit pekerjaan Allah. Tapi kerumitan itu hanya milik manusia. Tidak ada satupun yang sanggup menggantikan-Nya.

Sedikit saya terusin yang sama dengan nada di bahagian ini… Seorang yang berdoa kepada Allah minta diselamatkan hari itu oleh Allah. Lalu Allah menyelamatkannya. Saat dia udah siap pergi, starternya tidak langsung nyala. Ada jeda sedikit. Yang sedikit itulah barangkali penyelamatan oleh Allah. Sepersekian detik yang berarti. Yang kalau Allah tidak tunda, DIA lah yang mengetahui keselamatan dan bahaya buat hamba-hamba-Nya. Ada yang di tengah jalan, truk melintang. Seakan menghalangi jalan. Padahal truk itu dihadirkan Allah agar tertunda perjalanan kita. Yang kalau tidak ditunda, maka kecelakaan akan terjadi. Di tengah jalan pun ada pohon tumbang, sehingga sedikit memacetkan jalanan. Tanpa kita paham, itu pun adalah “kerjaan” Allah. Dan memang semua adalah pekerjaan Allah. Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.

Kuliah Tauhid akan tambah menarik tatkala nanti kita belajar iman kepada malaikat. Seru. Menarik. Dan akan membuka mata Saudara semua, betapa kita ini kecil dan Allah itu Maha Besar. Sekaligus DIA Maha Kuasa, Maha Berkehendak, Maha Menentukan, dan Maha Segalanya.

Saya berdoa Saudara berkenan dan diberi kekuatan dan keridhoan dari Allah untuk mengikuti perkuliahan tauhid ini. Amin. Perkuliahan tauhid ini sesungguhnya pelajaran BESAR dan BERAT . Atas izin-Nya saya memohon agar bisa mengajar Saudara semua dengan bahasa yang ringan dan dengan bahasa sehari-hari.

Saudara bisa jadi tidak menemukan pembahasan akademis di pembelajaran tauhid ini. Semata-mata untuk membedakan antara KuliahOnline yang berbasis Kuliah Kehidupan, dengan kuliah akademisi di sekolah-sekolah dan kampus-kampus. Dan agar berasa kuliah tauhid ini sesegera mungkin di dalam kehidupan sehari-hari para Onliners.

Waba’du, saya mengucapkan selamat mengikuti, dan terima kasih sudah berkenan menjadi sahabat saya dalam amal saleh belajar dan mengajar ini. Semoga Allah mengizinkan kita semua mengenal-Nya lebih dalam dan lebih kenal lagi. Sekaligus mengenal rasul-Nya, Muhammad, dan al Qur’anul kariim. Aamiin.

Bila boleh saya meminta kepada Saudara semua, ajaklah sebanyak-banyaknya orang di sekeliling Saudara mengikuti langsung KuliahOnline ini dengan mendaftarkan diri sebagai peserta resmi. Kemudian sama-sama menyiarkan isinya, dengan memperhatikan seruan dan himbauan saya. Salah satunya, jangan menyebar begitu saja isinya, tanpa pengawalan. Tanpa monitoring. Jangan pula menyebarkan sekali banyak, sekali utuh. Nanti malah jadi sampah yang tak berguna. Pelan-pelan sampaikan kepada yang lain, dan sedikit-sedikit. Jadikan materi demi materi, diskusi dan bahan-bahan dakwah yang disampaikan secara teratur. Sesungguhnya saya mengajar materi pertama ini saja sudah kelewat banyak. Namun semua terjadi atas izin-Nya juga.

***

Sampe sini, saya HENTIKAN dulu sesi 1 Kuliah Tauhid ini. Saya ga yakin juga Saudara bisa menyelesaikan artikel ini dalam waktu sepekan. Suudzdzan ya? he he he. Khususnya bagi Saudara yang tidak menyediakan waktu khusus untuk mengikuti perkuliahan ini. Kecuali ya yang serius.

Insya Allah sebagai terusannya artikel ini, saya dan kawan-kawan sudah menyiapkan OfflineClass yang kedua: Iman Yang Menggerakkan, Keyakinan Yang Hidup.

Insya Allah Saudara akan diundang melalui imel masing-masing untuk mengikuti perkuliahan OfflineClass ini. Menukik. Belajar keyakinan aplikatif. Sehingga insya Allah Saudara tidak lagi mendewakan uang, mendewakan ikhtiar, mendewakan akal pikiran dan kemampuan Saudara. Hingga kemudian bisa mengistimewakan Allah, dan cara-cara-Nya.

Saya kepengen ada di antara Saudara kelak yang coba ngejajal ilmu yakin dari hal-hal yang kecil. Beli nasi goreng, tanpa bawa duit. Ada duit, tapi ga usah dibawa duitnya. Doa dulu, shalawat dulu, istighfar dulu, kemudian bismillaah jalan ke tukang nasi goreng. He he he, tes. Apakah bisa bawa pulang nasi goreng. Jajalnya yang sempurna. Maksudnya, ya seperti punya duit, ya ngomong sama tukang nasi goreng; Satu bang!

He he he, berani ga?

Ikutin aja dulu kali ya Kuliah Tauhid ini. Supaya beraninya, bukan berani konyol.

Kalo dari hal-hal kecil udah dijajal, insya Allah bisa melangkah ke hal-hal besar. Misalnya, menghadap pada orang tua, bilang padanya; tahun depan ibu bapak saya berangkatkan haji. Insya Allah. Atau bikin surat undangan pernikahan, tanpa nama calon! He he he. Jajal aja. Sewa aja ruang resepsi, pesan katering, dll., selayaknya ada calon pasangan pengantin. Pas hari H, tes, apakah ada apa engga.

He he he, sekali lagi, berani engga?

Ini khusus buat yang belom nikah loh ya… Hi hi hi.

Saudara ajak anak-anak dan istri makan keluar. Makan di resto. Ga usah bawa duit. Dan ga usah bawa mobil. Pergi aja udah dari rumah. Lakukan hal-hal kecil sebagaimana disebut dan diajarkan di kuliah sesi 1 ini. Tes. Dandan, siapsiap, seakan-akan berangkat menuju resto bawa duit. PD aja. Saya yakin di antara Saudara ada yang mau mencoba kegilaan keyakinan ini. Di resto, sudah menunggu Allah. Dan Allah mengirimkan pasukan penjemput. Insya Allah.

Yah, begitu dah. Kepengen sekali nanti usai ikut OfflineClass Saudara menjajal ilmu tauhid yang Saudara pelajari ini. Bukannya apa. Supaya tuhannya Saudara itu bener, yakni Allah. Diharapkan Saudara kelak tidak sombong saat berhasilnya, dan tidak putus asa saat gagalnya. Tidak tinggi hati saat jayanya, dan tidak rendah diri saat jatuhnya, kecuali di hadapan Kekuasaan Allah. Diharapkan pula oleh saya, agar kiranya kemudian timbul keringan untuk ibadah, dan merasa perlu untuk ibadah. Hingga keistiqamahan dalam ibadah itu datang dan dimiliki oleh Saudara. Saat lapang tidak melupakan Allah, apalagi saat sempitnya. Subhaanallaah. Saat-saat di mana saya rindu agar Saudara semua paham, kesenangan datangnya dari Allah, begitu juga kesedihan. Kemudahan milik Allah, begitu juga kesulitan. Bahagia adanya dari Allah, demikian pula duka. Manfaat datangnya dari Allah, madharat datangnya dari Allah. Kesuksesan datangnya dari Allah, begitu pula kegagalan. Semua dinikmati sebagai Kehendak-Nya. Tidak ada lagi nanti yang dirisaukan, kecuali Allah.

Ya Allah, mudah-mudahan Saudara, dan bahkan saya pribadi beserta seluruh keluarga besar saya dan keluarga besar Wisatahati dan Daarul Qur’an, mudah-mudahan bisa nyampe ke keadaan itu.

Untuk pembelajaran reguler mingguan, Saudara akan lanjut langsung menuju Sesi 2: Laa-ilaaha-illallah. Insya Allah.

Mari sama-sama mengucap hamdalah. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Saudara yang sempat lagi shalat sunnah 2 rakaat, silahkan shalat sunnah ya. Niatnya shalat sunnah mutlak saja. Begini kurang lebih niat dalam bahasa Indonesianya: Ya Allah, saya niat shalat sunnah 2 rokaat. Gitu. Disebut sunnah mutlak, sebab tidak ada embel-embel shalat sunnah apa. Kalau saya, sebagaimana biasa, shalatnya shalat sunnah hajat. Minta ilmu, dan keyakinan, yang bisa membawa kepada amal saleh yang diridhai Allah. Gitu hajatnya. Saudara sudah belajar sedikit dari ilmu tauhid. Maka, bila Saudara mau shalat 2 rakaat, minta sama Allah ilmu ini, maka sesungguhnya Saudara sudah mulai berjalan sebagai orang yang mengimani dan meyakini-Nya. Istilahnya, dalam belajar pun Saudara sudah melibatkan-Nya. Bukan karena saya mengajar, dan Saudara belajar, Saudara lalu bisa. Bukan. Tapi sebab Allah. Bila di awal materi saya menyuruh Saudara semua shalat dan berdoa. Minta ilmu sama Allah. Maka di akhir pembelajaran pun saya meminta Saudara, untuk shalat lagi, dan berdoa. Tambahin kalimat syukur. Alhamdulillaah ya Allah. Engkau mengizinkan ustadz Yusuf Mansur mengajar, dan mengizinkan saya belajar. Mudah-mudahan Engkau menggolongkan kami sebagai orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Demikian.

Allahumma shallii ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ alaa aali Sayyidinaa Muhammad. Allaahumma innaa nas-aluka ‘ilman naafi’an wa yaqiinan shaadiqan. Wa ‘amalan mutaqobbalan wa rizqan halaalan waasi’an mubaarakan thayyiban. Allaahumma inna nas-alukal hudaa wat tuqoo wal ‘afaafa wal ghinaa. Washallallaahu ‘alaa Sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aali Sayyidinaa Muhammadin. Walhamdulillaahi robbil ‘aaalamiin.Subhaanakallahumma wa bihamdika nasyhadu al-laa-illaaha illallaah nastaghfiruka wa natuubu ilahi. Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur  dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an.

Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Daarul Quran Nusantara

Bank
Syariah Mandiri         : A/C. 074 006 5000
BCA                                        : A/C. 603 030 8041
Bank Muamalat                   : A/C. 303 003 3615
Bank Mandiri                        : A/C. 128 000 509 2975
Bank Bukopin Syariah        : A/C. 880 0420 017
Bank Mega Syariah            : A/C. 100 000 6822
Bank BNI Syariah                : A/C. 1699 1699 6
Bank DKI Syariah                : A/C. 701 700 9003
Bank Permata Syariah       : A/C. 97 1010 606
Bank Danamon Syariah     : A/C. 731 34 769
BRI                                         : A/C. 0523 01 0000 34 30 4

Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
 
Informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini:
http://www.pppa.co.id