Jumat, 22 Februari 2013

MENJAGA ANAK bag 4


Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu. Allaahumma shalli shalaatan kaamilatan wa sallim  salaaman taamman ‘alaa sayyidinaa Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tughdho bihil hawaaiju wa tunaalu bihirragoibu wa husnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’adadi kulli ma’lumillaka.

Saudaraku,…
Saya ingin mengakhiri sharing saya, dengan mengatakan, bahwa kita ga usah khawatir dengan kelakuan, nasib, perbuatan, anak-anak kita. Pertama, mereka berproses. Dari maen, sampe belajar tentang kehidupan. Hidup mereka pun mungkin akan berwarna seperti kita, bukan hitam putih saja. Tapi ada merah, abu-abu, kuning, dan lain-lain.

Kadang anak kita mungkin nanti akan tersesat, dan sebagainya. Kenapa kita ga usah khawatir? Dan kapan? Yakni saat saudara, saya, kita semua, sebagai ayah, sebagai ibu, bisa memastikan bahwa kita benar-benar merapat kepada Allah. Seraya memastikan bahwa makanan untuk anak-anak kita adalah halal. Plus barangkali uswatun hasanah saat kita udah jadi ayah dan ibu ini.

Masya Allah malu saya bicara ini. Malu. Tapi saya harus bicara. Agar diri saya juga insyaf. Bangun malam, shubuh berjamaah, dan lain-lain, yang walaupun anak kita ga liat, namun energinya nyampe. Dan satu lagi, kapan kita harus khawatir? Terhadap nasib anak-anak kita, kelakuan anak-anak kita? Yakni manakala kita mendapati diri kita ga berdoa sepenuh hati, ga bershalawat, ga shalat sunnah hajat khusus, ga tahajjud, dan ga mendoakan anak-anak kita. Saat kita putus dari hubungan dengan Allah, yang menciptakan anak kita dan menitipkannya, maka habislah kita, dan kemungkinan habis pula anak-anak kita. Saya sering katakan kepada para wali santri di pesantren, bahwa kewajiban yang begini gini, ga selesai dengan sudah menyerahkan urusan pendidikan dan akhlak anak ke pesantren. Seraya saya berpesan sangat kepada pimpinan-pimpinan pesantren dan guru-guru di pesantren saya khususnya, agar melakukan hal yg sama, untuk anak-anak para wali santri yang dititipkan ke pundak semua pimpinan dan guru. Masya Allah dah.

Ok, udah maghrib. Silahkan ringankan ayunan langkah ke masjid Allah. Di masjid-Nya, Allah menunggu kita mengadu. Bukan hanya tentang anak-anak kita, tapi juga mengadu untuk segala urusan kita. Selamat menunaikan ibadah shalat maghrib berjamaah. Mudah-mudahan isya bisa berjamaah, shubuh berjamaah, dan seterusnya berjamaah. Doa khusus, shalawat khusus, tambahin jg shalat-shalat sunnah khusus, untuk mengawal doa-doa khusus kita untuk anak-anak kita. Titip doa untuk saling mendoakan.

Allaahumma shalli shalaatan kaamilatan wa sallim  salaaman taamman ‘alaa sayyidinaa Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tughdho bihil hawaaiju wa tunaalu bihirragoibu wa husnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’adadi kulli ma’lumillaka. Wassalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu.


Tulisan ini dikutip dari : http://www.yusufmansur.com


Kamis, 14 Februari 2013

MENJAGA ANAK bagian 3



Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu. Allaahumma shalli shalaatan kaamilatan wa sallim  salaaman taamman ‘alaa sayyidinaa Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tughdho bihil hawaaiju wa tunaalu bihirragoibu wa husnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’adadi kulli ma’lumillaka.

Saudaraku,…
Banyak bacot, banyak usaha, ga akan juga membuahkan hasil, jika lepas dari Allah. Asli. Utamanya dalam urusan yang sedang diomongkan ini, urusan anak. Saya sharing, sebab saya yakin, banyak orang tua yang ngadepin persoalan yang sama dengan kami. He he, padahal mungkin saya dan istri doangan yg ngadepin persoalan anak. Yah, sederhana, mulai dari anak males bangun, males mandi, males baca, males belajar, tidur susah, bangun susah. Shalat susah, ngaji susah. Ampe makan susah. Training ini training itu diikuti oleh ayah ibu muda, eh, anak belum sempat gede, dia udah cerai duluan, he he he. Maaf ya.

Orang-orang tua zaman dulu, banyak nangisnya di hadapan Allah. Mereka banyak puasanya untuk kita. Mereka banyak shalat malamnya, banyak doanya. Mereka pun suka ngadain sedekah untuk kita, baik kita tau, maupun diem-diem. Kadang langsung berhasil, kadang kemudian si anak ya dapat hidayah di perjalanan sang anak. Itu asbab dari kegigihan orang beribadah dan berdoa sama Allah.

Adalah Ibu Aniek Anggawi, orang tua dari Habib, Fahmi, dan Namira, yang mempesona saya. 3 anak ini subhaanallaah, begitu luar biasa kesadarannya. Seperti hatinya itu udah dibuat tunduk oleh Allah untuk kedua orang tuanya. Tanpa lelah, tanpa susah payah, tanpa macem-macem teori, 3 anak ini kelar khatam Qur’an 30 juz di usia belia. Kurang dari 13 tahun. Rahasianya ketika ditanya, semua ini ustadz, katanya, Allah yang menggerakkan. Tidak ada yang kami lakukan, nyaris, kecuali minta sama Allah. Allah kemudian yang menggerakkan hati anak-anak kami dan memproteknya dari segala hal yang negatif. Kami cuma bisa minta sama Allah, doa, dan pasrah. Dan memang, saya malu. Amalannya ibu Aniek Anggawi dan pak Anggawi asal Bali ini luar biasa. Jam 02 dinihari udah bangun untuk anak-anaknya. Sementara, mereka tetap berdagang. Subhaanallaah… Saya kalo ngobrol sama mereka, kenceng banget untuk duduk, munajat sama Allah, buat anak-anak saya, dan santri-santri yg dititipkan oleh Allah. Mungkin semua berproses. Namun satu yang kudu kita yakini, proses itu akan sampe. Akan dikabul.

Allaahumma shalli shalaatan kaamilatan wa sallim  salaaman taamman ‘alaa sayyidinaa Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tughdho bihil hawaaiju wa tunaalu bihirragoibu wa husnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’adadi kulli ma’lumillaka. Wassalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu. [bersambung]


Tulisan ini dikutip dari : http://www.yusufmansur.com


Jumat, 08 Februari 2013

MENJAGA ANAK bagian 2



Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu. Allaahumma shalli shalaatan kaamilatan wa sallim  salaaman taamman ‘alaa sayyidinaa Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tughdho bihil hawaaiju wa tunaalu bihirragoibu wa husnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’adadi kulli ma’lumillaka.

Saudaraku,…
Sekali lagi, sehebat apapun perlindungan, penjagaan, proteksi kita terhadap anak kita, siapa pula yang mampu 24 jam mengawasi? Sehebat apapun kita kemudian mengajarkan anak kita, termasuk ketika dititip ke pesantren yg notabene, 24 jam pengawasan, pun ada lengahnya, ada cacatnya sistem pengawasan dan pengajaran. Maka sebaik-baiknya penyempurna ikhtiar kita, ya Allah. Tuangkan di atas sajadah segala kekhawatiran kita tentang anak-anak kita, dan apa yg diinginkan oleh kita untuk anak-anak kita. Jangan lupa, yang adil sama anak. Perhatikan juga haknya tumbuh sebagai anak, dan remaja.

Subhaanallaah. Dengan demikian, entenglah hati saya, legalah perasaan saya. Manakala saya menyadari bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Mendengar segala keluhan kita, termasuk tentang anak-anak kita. Banyak-banyak minta ampun juga sama Allah, dari segala kekurangan dan kesalahan kita sebagai orang tua. Barusan tadi, barusan banget, Wirda lapor, Haafid susah banget ngaji. Kabur-kaburan melulu. Wirda bilang, doain Pah… Nah, ini. Cakep banget. Saya tidak diminta Wirda ngejar Haafidz. Sebab dipastikan anak kita lebih pintar. Akhirnya tar kesel. Kesel dua-duanya. Kita kesel, anak nangis. Dan ngaji? Ga enjoy. Maka saya minta Wirda ngasih tau mamahnya (istri saya), Umii, Kun, dan Ustadz Arifin gurunya, agar duduk tenang baca shalawat 10-100 kali. Trus doa. Kemudian baru deh panggil Haafidz.

Lagi-lagi ajaib. Haafidz seperti ada yg membimbing. Haafidz kemudian duduk sila bergabung. Subhaanallaah…!!! Saya, kami, kagum sama Kebesaran Allah, dan kemuliaan Nabi Muhammad yg dipakaikan kemuliaan dari Allah. Yaaah, akhirnya saya berpesan kepada orang-orang tua, agar benar-benar luangkan waktu untuk bersepi-sepi sama Allah, shalat, doa yang khusus, yang khusyu’, penuh ngeri, penuh harap, penuh iba di hadapan Allah, tentang anak-anak kita. Alhamdulillaah pelajaran ini Allah yang berikan. Maaf ya, bukan tanpa ikhtiar loh. Tapi lebih mementingkan bahwa doa, shalat, shalawat, sedekah, adalah campuran kombinasi yang teramat penting, yang ngalahin segala metode, terutama dalam mendidik anak.

Allaahumma shalli shalaatan kaamilatan wa sallim  salaaman taamman ‘alaa sayyidinaa Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tughdho bihil hawaaiju wa tunaalu bihirragoibu wa husnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’adadi kulli ma’lumillaka. Wassalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu. [bersambung]


Tulisan ini dikutip dari : http://www.yusufmansur.com