Jumat, 12 April 2013

KASIH SAYANG YANG SEJATI DALAM KELUARGA



Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu. Allaahumma shalli shalaatan kaamilatan wa sallim  salaaman taamman ‘alaa sayyidinaa Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tughdho bihil hawaaiju wa tunaalu bihirragoibu wa husnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’adadi kulli ma’luimillaka.

Saudaraku,…
Kita dapati kebanyakan orang salah menempatkan arti cinta dan kasih sayang kepada istri dan anak-anaknya, dengan menuruti semua keinginan mereka meskipun bertentangan dengan syariat Islam, yang pada gilirannya justru akan mencelakakan dan merusak kebahagiaan hidup mereka sendiri. seorang kepala keluarga yang benar-benar menginginkan kebaikan dalam keluarganya hendaknya menyadari kedudukannya sebagai pemimpin dalam rumah tangganya, sehingga dia tidak membiarkan terjadinya penyimpangan syariat dalam keluarganya, karena semua itu akan ditanggungnya pada hari kiamat kelak.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ

"Ketahuilah, kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya…seorang suami adalah pemimpin (keluarganya) dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang (perbuatan) mereka" [HR al-Bukhâri (no. 2278) dan Muslim (no. 1829)]

Seorang kepala keluarga yang benar-benar mencintai dan menyayangi istri dan anak-anaknya hendaknya menyadari bahwa cinta dan kasih sayang sejati terhadap mereka tidak hanya diwujudkan dengan mencukupi kebutuhan duniawi dan fasilitas hidup mereka. Akan tetapi yang lebih penting dari semua itu adalah pemenuhan kebutuhan rohani mereka terhadap pengajaran dan bimbingan agama yang bersumber dari petunjuk al-Qur-ân dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Inilah bukti cinta dan kasih sayang yang sebenarnya, karena diwujudkan dengan sesuatu yang bermanfaat dan kekal di dunia dan di akhirat nanti.

Karena pentingnya hal ini, Allah Azza wa Jalla mengingatkan secara khusus kewajiban para kepala keluarga ini dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu" [at-Tahrîm/66:6]

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu ketika menafsirkan ayat di atas berkata: "(Maknanya): Ajarkanlah kebaikan untuk dirimu dan keluargamu"[Diriwayatkan oleh al-Hâkim dalam "al-Mustadrak" (2/535), dishahîhkan oleh al-Hâkim sendiri dan disepakati oleh adz-Dzahabi.].

Allaahumma shalli shalaatan kaamilatan wa sallim  salaaman taamman ‘alaa sayyidinaa Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tughdho bihil hawaaiju wa tunaalu bihirragoibu wa husnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’adadi kulli ma’luimillaka. Wassalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu.