Jumat, 10 Oktober 2014

KEYAKINAN PADA ALLAH

Assalaamu ’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Washalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaai wal mursaliin. Nabiyyinaa Muhammadin shallaallahu ‘alaihi wasallama. Wa ‘alaa aalihi wa azwaajihii wa dzurriyyatihii wa ash-haabihii wa ummatihii ilaa yamuddiin. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ammaa ba’du.

Saudaraku,…
Jika seseorang memiliki ilmu, punya modal, terus tidak punya proyek, lalu dia memohon kepada Allah, agar diberi proyek, apakah Allah akan membantunya?

Jika seseorang memiliki ilmu, punya proyek, tapi tidak mempunyai modal, lalu dia meminta pertolongan kepada Allah, agar diberi modal, apakah Allah akan membantunya?

Kedua kasus di atas merupakan hal yang amat mudah bagi Allah. Kekuasaan Allah jauh lebih luas dan lebih besar dari itu.

Allah mampu menolong seseorang yang tidak memiliki ilmu, tidak memiliki proyek, tidak memiliki modal, tidak punya koneksi. Pendek kata tidak punya apa-apa. Yang dimilikinya hanyalah Allah. Dan ini lebih dari cukup. Jika orang ini yakin, maka segala kemungkinan bisa terjadi. Allah tinggal mengucapkan Kun Fa Yakun, maka jadilah.

Seperti itulah, kekuasaan dan kebesaran Allah. Sesuatu yang tidak mungkin dalam pikiran manusia, segalanya menjadi mungkin bagi Allah. Permasalahannya, kita sering tidak yakin pada kekuasaan Allah. Padahal di situlah kunci solusi segala permasalahan umat manusia.

Nabi Zakaria dan istrinya yang sudah lanjut usia, dengan kekuasan Allah, dapat dikaruniai seorang anak.

Maryam, seorang wanita shalihah, tidak pernah disentuh sekalipun oleh seorang pria, dengan kekuasaan Allah, dapat pula memiliki anak.

Karena kekuasaan Allah, seorang istri yang sudah disteril, usianya sudah lanjut, dia dapat memiliki anak.

Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Washalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaai wal mursaliin. Nabiyyinaa Muhammadin shallaallahu ‘alaihi wasallama. Wa ‘alaa aalihi wa azwaajihii wa dzurriyyatihii wa ash-haabihii wa ummatihii ilaa yamuddiin. Wassalaamu ’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.   
 
 
INFO SHADAQAH
 
Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur  dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an.

Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Daarul Qur’an Nusantara

Bank
Syariah Mandiri         : A/C. 074 006 5000
BCA                                        : A/C. 603 030 8041
Bank Muamalat                   : A/C. 303 003 3615
Bank Mandiri                        : A/C. 128 000 509 2975
Bank Bukopin Syariah        : A/C. 880 0420 017
Bank Mega Syariah            : A/C. 100 000 6822
Bank BNI Syariah                : A/C. 1699 1699 6
Bank DKI Syariah                : A/C. 701 700 9003
Bank Permata Syariah       : A/C. 97 1010 606
Bank Danamon Syariah    : A/C. 731 34 769
BRI                                         : A/C. 0523 01 0000 34 30 4

Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke :
081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
 
Semoga para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan rizki berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.


Informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini:
http://www.pppa.co.id


Sabtu, 04 Oktober 2014

TIADA TUHAN SELAIN ALLAH

Assalaamu ’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Washalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaai wal mursaliin. Nabiyyinaa Muhammadin shallaallahu ‘alaihi wasallama. Wa ‘alaa aalihi wa azwaajihii wa dzurriyyatihii wa ash-haabihii wa ummatihii ilaa yamuddiin. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ammaa ba’du.

Yang kita perlukan di kehidupan ini adalah tauhid, iman dan amal saleh. Yang kita perlukan adalah Allah. DIA Maha Mendengar, DIA Maha Melihat. DIA Maha Mengabulkan. DIA Maha Kuasa.

Sempatkan baca tulisan selangan ini ya… Sebagai contoh satu interaksi antara seorang manusia dengan Khaliq-Nya, dengan Allah. Saat saya menyempurnakan tulisan ini, saya sempatkan mandiin anak-anak saya. Saya mencoba mengikuti apa yang dicontohkan ibu saya. Mandiin saya di waktu kecil dengan “air doa”, dengan “air shalawat”.

Maksudnya apa?

Maksudnya, sambil mandiin sambil doa sambil shalawat. Doa dan shalawat itu bisa diucapkan lewat lisan, dan bisa diucapkan lewat hati. Tatkala saya membuka pakaian anak-anak, saya baca doa dan baca shalawat. Apa yang diperlukan sama anak kita untuk hari yang dilaluinya, dan apa yang kita inginkan dari anak kita, dari Allah, kita sampaikan kepada Allah. Sambil buka bajunya kita sampaikan kepada Allah. Demikian tatkala nanti mengeringkan badannya anak, dan memakaikan pakaiannya. Saya coba penuhi dengan doa dan shalawat kepada Rasul.

Kelak bukan hanya saat mandiin, ngeringin badan, makein atau buka baju, doa dan shalawat. Namun di banyak kesempatan. Tatkala bangunin mereka dari tidur, dan tatkala nidurin mereka. Tatkala mereka pamit sekolah dan pulang dari sekolah. “Mandiin” diri anak-anak kita dengan doa dan shalawat. Jangan pelit-pelit berdoa dan bershalawat. Selain itu sebagai tanda Saudara terhubung terus sama Allah, juga ia menjadi pahala buat Saudara. Menjadi sesuatu yang bila “dikumpulkan” sebagai bekal hari akhir, akan sangat besar juga. Sebab doa dan shalawat adalah ibadah. Usahakan doa dan shalawat itu terucap. Supaya anak kita juga dengar, dan menjadi pembelajaran. Dan usahakan lagi doa dan shalawat itu pake hati. Yang tulus, yang yakin.

UNTUK SAUDARA YANG BELOM MEMILIKI ANAK KETURUNAN, DAN BAHKAN YANG BELOM MEMILIKI JODOH, saya doakan Saudara segera diberi hadiah Allah jodoh yang saleh salehah dan keturunan yang saleh salehah. Saya HENTIKAN dulu menulis ini, mudah-mudahan ini tidak menjadi riya dan sum’ah. Saya hentikan sebab saya mau shalat dua rakaat, shalat sunnah hajat, untuk Saudara-Saudara Onliners yang betul-betul belom memiliki jodoh dan keturunan. Agar Saudara betul-betul diberi Allah. Laa-ilaa-ha-illaallah. Hanya Allah yang bisa menghadirkan jodoh dan anak keturunan buat Saudara. Dan Allah Maha Kuasa.

Ok, mohon izin sebentar saya ambil wudhu, shalat, dan baca shalawat, untuk Saudara.

Dan kiranya beginilah Saudara bagi saudaranya Saudara yang lain. Salingmemberi hadiah kebaikan dan doa. Buat yang luang waktunya, dan dalam keadaan bisa shalat, silahkan jeda sebentar, ambil wudhu juga, lalu shalat sunnah 2 rakaat, dan baca shalawat. Shalawatnya 10x cukup, sebagai pengantar doa Saudara buat diri Saudara dan buat saudaranya Saudara, termasuk saudaranya Saudara di KuliahOnline ini yang boleh jadi Saudara sama sekali ga tau dan ga kenal. Sebut saja dalam doa yang sederhana: Ya Allah, bila ada peserta KuliahOnline yang belom memiliki jodoh dan anak keturunan, berikan mereka jodoh dan anak keturunan, yang saleh salehah lagi bagus dunia akhiratnya. Kira-kira begitu.

Nanti nih, salah satu yang diajarkan di KuliahOnline adalah Saudara berdoa untuk orang lain. Tidak selalu harus untuk diri Saudara sendiri. Hal sepele seperti Saudara mendengar tangisan anak bayi di dalam bus, sama-sama penumpang, Saudara kemudian sempatkan mendoakan anak tersebut supaya berhenti nangisnya dan nyaman ibunya, nyaman juga penumpang lain. Ada kawannya Saudara, satu kantor, “terdengar” oleh Saudara, bahwa ia kena kanker, Saudara doakan dia. Saudara bisa memberitahu yang didoakan, sebagai kebaikan, atau Saudara boleh menyembunyikannya. Terserah saja. Jika diberi tahu kepada yang didoakan, seperti saya memberi tahu Saudara semua bahwa saya hentikan
dulu ngajarnya untuk shalat dan doa, niscaya akan senanglah hatinya. Sebab didoakan. Didoakannya pake shalawat dan shalat lagi. Dan ini semua insya Allah jadi kebaikan buat kita juga.


***


Mudah-mudahan Saudara yang sudah sampe ke paragraf ini dalam keadaan sudah mengikuti saya; shalat, doa dan shalawat untuk yang lain.

Saya shalat atas izin Allah dengan membaca ayat yang di dalamnya ada perihal jodoh dan anak keturunan. Silahkan ikut dibuka Qur’annya. Saudara baca Qs. Aali ‘Imraan: 33-51 dan Qs. al Anbiyaa: 87-92. Insya Allah di sesi berikutnya saya sampaikan bacaan Qur’an saya dari ayat-ayat tersebut. Insya Allah akan segera diupload seperti al An’am tempo hari. Sebagai bacaan hadiah buat Saudara.

Nanti perhatikan al Anbiyaa ayat 89, kata-kata “fardan” sebenernya menunjukkan kesendirian Nabi Zakaria dan istrinya yang belom memiliki anak keturunan. Tapi insya Allah tidak mengapa dipake buat yang belom memiliki jodoh. Mudah-mudahan Allah yang menurunkan wahyu, tidak menyalahkan ayat ini dipake juga sebagai doa buat yang belom berjodoh.

Oh ya, sekedar jadi pelajaran tambahan di sesi ini, tadi saya doakan juga sekalian buat YANG SUDAH PUNYA JODOH DAN ANAK KETURUNAN. Supaya masing-masing jodoh dan anak keturunan yang saleh salehah, dan menjadikan diri kita semua hamba-hamba-Nya yang saleh salehah. Aamiin.

Ok, saya menyita Saudara semua ya? Engga lah. Kiranya ini pelajaran juga buat Saudara.

Alhamdulillaah saat menulis ini dan usai shalat, shalawat dan doa, ibu kandung saya datang. Saya gunakan kesempatan untuk mendoakan Saudara semua. Allah Maha Luar Biasa. Saya sedang mengenang masa kecil saya bersama ibu yang kemudian jadi pelajaran buat Saudara semua. Bukan sekedar mengenang. Tapi saya tulis. Eh yang ditulis, datang. Subhaanallaah. Nikmat benar Saudara ini. Mudah-mudahan Onliners yang datang belakangan pun mendapatkan limpahan berkah ini. Aamiin.


***

Sekedar mengenang, waktu kecil sampe agak besar, saya dimandiin sama ibu saya. Saat dibuka bajunya, dan dipakaikan kembali baju yang lain, ibu saya membaca doa dan shalawat.

Kebayang ya?

Sehabis mandi, saya didirikan di atas bale batu. Di sana saya dikeringkan dan dipakaikan pakaian. Nah, sambil ngeringin dan makein, saya diajak bicara sama ibu dan dibacakan shalawat. Saya mengingat, ada doa dari ibu yang dari hari ke hari doanya iiiiiitttuuuu itu saja. Relatif hampir sama.

Kata beliau: “Ibu doainn mudah-mudahan nanti Kamu bisa pergi ke Mekkah seperti pergi ke depan pintu. Kapan mau pergi, tinggal jalan ajah. Malahan kalau mau pergi keluar negeri yang lain, kayak ke pasar ajah. Tinggal jalan”.

Doa ini saya katakan, hampir sama saya dengar saban harinya. 1 hari dimandikan 2x. Sehari saya didoain dengan doa yang relatif sama. Ada tambahan-tambahannya, disesuaikan dengan keadaan. Tapi yang paling rutin dan sering adalah itu. Doa lainnya yang rutin dan sering adalah: “Mudah-mudahan bisa menggantikan Guru Mansur. Jadi ulama besar. Jadi orang yang didenger”…

Makin saya besar, makin saya “mengerti” bahwa doa ibu saya itu ga mungkin dikabul Allah. Pergi ke Mekkah masa sama dengan pergi ke depan pintu. Yang bener aja?

Protes lah saya. “Bu… Kalo doa itu ya yang mungkin-mungkin aja. Jangan yang
ga mungkin…”

Alhamdulillah, saya malah “disemprot”…

“E e e e e… Mana ada yang ga mungkin buat Allah…? Kalau Allah sudah bilang
Kun, Fayakuun…!!!”

“Lagian, ibu baca doanya pake shalawat. Ga mungkin ga dikabulkan.”

Saya diem dah tuh. Dan terus menikmati doa dan shalawatnya ibu.

Dan waktu pun berjalan. Zaman dan situasi berbeda. Dulu, umrah itu ga booming kayak sekarang. Pergi haji juga barangkali ketika saya kecil, ga dikenal pergi haji plus. Paling tidak, ga kayak sekarang dah. Subhaanallaah, nah doa ibu ketika mandiin saya, ngeringin badan saya, dan makein pakaian saya, dikabul Allah. Makin nyatalah bahwa DIA adalah Allah. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah.

Belajar dari situ, belajar bahwa ga ada yang ga mungkin kalo kita berdoa, dan belajar untuk percaya dan yakin sama Allah, maka saya coba terapkan ulang sama anak-anak saya. Momen-momen apa saja dipakai untuk berdoa, mendoakan, dan didoakan. Berdoa bareng maksudnya, mendoakan anak, dan minta didoain anak.

Alhamdulillah, pagi-pagi saat mau menyempurnakan tulisan ini, masih dikasih kesempatan sama Allah mandiin anak dan menyiapkan sekolahnya.

Tatkala saya anter pake motor menuju sekolahnya, anak-anak, 2x angkut, karena 4 orang, he he he, saya ajak bershalawat di atas motor. “Ayo Bang, ayo De… kita baca shalawat….”. Lalu saya pimpin bacaannya. Kadang saya ganti sama baca tasbih. Kadang saya ganti sama ngobrol ringan sama anak-anak.

Okkeh, anak-anak sudah sekolah, dan alhamdulillah, makasih kepada Allah, masih diberi kesehatan dan umur. Mudah-mudahan kita semua diberi-Nya kesempatan untuk beribadah dan menyiapkan sebaik-baiknya amal dan sebanyakbanyaknya amal untuk bekal hari akhir.

Bismillaah ya. kita mulai belajar. He he, maaf ya. Dari tadi udah belajar sebenernya. Tapi belajar “selangan”. Berikut ini materi sebenernya dari sesi ke-2.
Maaf, maaf, maaaaaaaaaafff… Semoga manfaat.

Oh ya, supaya ga bingung, saya beritahu. Tulisan berikut ini ditulis dengan waktu YANG BERBEDA. Bukan berarti saya menulis selangan, lalu kemudian dirangkai tulisan berikut ini. Bukan. Tulisan berikut ini sudah ditulis duluan. Dan nulisnya beda. Kalo yang selangan ditulis pagi hari. Kalo yang berikut ini ditulis sebelom datang waktu shubuh. Ini saya sampaikan supaya Saudara ga bingung…


***


Oh ya, waktu belajar di Mukaddimah dulu, bagaimana dengan ayat 160 s/d 165 Surah al An’aamnya? Sudah dilihat, dibaca dan diusahakan untuk dipahami? Sudah didownload juga kah audionya? Dan apakah sudah dihafal sekalian buat dibaca dalam shalat-shalat kita?

Mudah-mudahan udah ya.

Ok. Semoga Allah Yang Maha Patut Disembah, yang kehadiran kita ini adalah hanya untuk menyembah-Nya dan beribadah kepada-Nya, berkenan mengizinkan kita-kita yang lemah dan hina ini mengenal-Nya, dan dekat dengan-
Nya. Amin.

Dan ayat-ayat tersebut (al An’aam 160-165) di antaranya dijadikan rangkaian bacaan Takbirotul Ihroom di dalam shalat setelah takbir. Pernyataan Materi bahwa hidup kita, dengan segala gerak geriknya, adalah untuk Allah dan karena Allah.

Ya Allah, ini tidak gampang, kecuali Allah lah yang membimbing kita dan memberi kita taufik dan hidayah-Nya.


***


Saudara-saudaraku semua, ingin rasanya saya gemakan terus kalimat tauhid ini di hati ini. Saya jaga jangan sampai ia lepas. Bahwa Laa-ilaa-haillallaah, tidak ada Tuhan selain Allah. Termasuk di urusan rizki. Tidak ada pemberi rizki kecuali Allah. Tidak ada rizki selain dari Allah. Tidak ada cara mencari rizki kecuali caranya Allah. Tidak ada tuhan selain Allah pokoknya.

Saya mau meyakini Kalimat Tauhid ini, supaya enteng hidup saya, tidak kelelahan di dalam mencari dan menikmati dunia, dan menjadikan Allah sebagai Sentral Kehidupan saya.

Tidak mudah. Karenanya saya mau bersungguh-sungguh dan berdoa. Memohon taufiq dan hidayah-Nya.

Saya melihat tidak sedikit manusia yang kelelahan mencari dunia. Sebab yang ia cari memang hanya dunia. Tiada ia tempuh jalan-jalan ibadah yang mengantarkannya kepada Pemilik Dunia.

Saya tidak mau menjadi bahagian dari orang-orang yang kelelahan itu. Dan saya pun menginginkan Saudara semua tidak menjadi bahagian yang kelelahan.

Sungguh aneh manusia ini. Dan begitu lah juga saya melihat keanehan itu pada diri saya. Semoga tidak ada keanehan ini pada diri Saudara semua.

Pagi-pagi semua beterbangan mencari rizki ke tempat tujuannya masing-masing, sesuai dengan profesinya masing-masing. Tapi pagi-pagi juga sudah ada “yang dilupakan”, dan ada “tempat yang dilupakan”.

Kenal Allah? Tahu Allah?

Ga mungkin ya ga kenal dan ga tahu.

Kenal Rumah-Nya?

Ada yang menjawab dengan gagah, kenal. Tahu. Masjid kan?

Betul. Dan itulah “dua yang dilupakan”: Allah dan Rumah-Nya.

Saudara boleh saja menolak dan mengatakan, saya ga lupa koq sama Allah.

Saya tinggal jawab, “Masaaaa…???”

Tentu saja saya berharap, semua Onliners adalah orang-orang yang tidak pernah lupa dan lalai. Atau paling tidak, merupakan orang yang mulai belajar untuk tidak melupakan dan melalaikannya.

Andai Allah boleh dibayangkan, dilukiskan, divisualkan, sesuatu yang aneh, terjadi. Tentu saja ini tidak boleh. Tapi saya melakukannya untuk mempermudah penggambaran betapa kita-kita sungguh aneh.

Bayangkan Allah “berdiri” di depan Rumah-Nya. Di depan masjid. Bersama malaikat-malaikat-Nya. Lalu Allah “melihat” kita seliweran sana seliweran sini, mengejar rizki. Ada yang berjalan cepat, ada yang tergesa-gesa, dan ada pula yang biasa aja. Ada yang naik ojek, ada yang nunggu busway, ada yang naik kendaraan pribadi. Ada yang gelap-gelap udah jalan, ada yang matahari udah mau naik jalannya.

Ya. Allah melihat kita seliweran, lalu lalang, di depan rumah-Nya, di depan masjid-Nya. Mencari rizki, berburu rizki.

“Siapa mereka?”, begitu “mungkin” Allah bertanya kepada malaikat-malaikat-Nya.

Saudara ga usah berkernyit ya. Masa Allah “nanya” sama malaikat-Nya…

Sekali lagi, lukisan ini untuk “menampar” kita semua. Agar sedikit mau mengenal
dan melibatkan Allah. Mencari rizki adalah pekerjaan mulia. Ia menjadi ibadah yang sangat hebat. Shalat “hanya” 5-10 menit. Tapi ibadah yang namanya “kerja” bisa 10-12 jam dihitung dari mulai jalan hingga pulangnya. Setara mungkin durasinya dengan ibadah yang namanya puasa. Maka jangan sia-siakan ibadah yang satu ini, dengan memberi nilai lebih, dengan memberi bobot lebih. Mulailah dari hal yang sederhana yang Saudara bisa petik dari hikmah lukisan dialog dan keadaan ini.

Kita ulangi lagi…

“Siapa mereka?”, begitu “mungkin” Allah bertanya kepada malaikat-malaikat-Nya tatkala menyaksikan hamba-hamba-Nya yang perlu akan rizki-Nya, tapi shubuhan “ga sowan” ke Allah, he he he. Ga sowan ke rumah-Nya. Sama rizki-Nya, perlu. Sama Allah malah ga perlu. Sama tempat rizki, diburu. Takut banget terlambat, takut banget dianggap ga disiplin. Tapi sama “sumber rizki” ga kenal. Sehingga merasa ga datang pun ga apa.

Malaikat menjawab, “Mereka adalah hamba-hamba-Mu…”

“Mau kemana mereka?”

“Mereka mau mencari rizki-Mu.”

“Kemana mereka berjalan? Kemana mereka menuju?”

“Ke tempat pekerjaan dan usahanya masing-masing wahai Allah…”

“Tidak kah mereka tahu Aku Yang Maha Memberi Rizki ada di sini?”

Allah berdialog dengan malaikat-malaikat-Nya “di depan” masjid-Nya, di depan
Rumah-Nya.

Malaikat menjawab, “Tahu tapi kayak ga tahu… Paham tapi kayak ga paham. Ngerti tapi kayak ga ngerti…”

“Kenapa bisa-bisanya manusia melewati diri-Ku, melewati tempat-Ku? Lalu bisa-bisanya mereka menuju rizki-Ku, mencari rizki-Ku, tanpa tahu Aku ada di sini? Sedang Aku lah yang mengizinkan apa yang dicari oleh mereka menjadi didapat.”

Saudaraku, itulah sebagian keanehan kita, yang akhirnya banyak di antara kita yang kelelahan. Punya duit kayak ga punya duit. Tetap tidak berdaya menghadapi hidup ini. Tetap ada ketidaknikmatan di tengah nikmat.

Lihat saja diri kita. Mestinya shubuh-shubuh kita sudah bergegas menuju Allah, menuju masjid-Nya, menuju Yang Maha Memberikan rizki yang kita cari. Tapi apa yang terjadi? Saya menyebut: Pagi-pagi tempat itu sudah kita lupakan. Sejak pagi. Sejak gelap. Yang kita pedulikan hanya tempat kita bekerja. Allah, tidak kita pedulikan. Mungkin ada yang tahu ada yang tidak, betapa kecewanya Allah saat menjumpai hamba-Nya di pagi harinya yang dirisaukan soal dunia-Nya. Yang dirisaukan, persoalan hidupnya, hajat hidupnya. Jarang ada yang pagipaginya
mikirin Allah.

Sebagiannya lagi tahu, bahwa Allah itu datang di tengah malam. Di dua pertiga malam. Di sepertiga malam. Turun ke langit dunia. Langsung ke rumah kita. Langsung ke kamar kita. Allah bertanya, siapa di antara hamba-Nya yang meminta ampunan? Mau Allah beri. Siapa di antara hamba-Nya yang berdoa? Akan Allah kabulkan. Siapa di antara hamba-Nya, yang mencari rizki-Nya? Akan Allah berikan. Siapa di antara hamba-Nya yang punya kesulitan? Kesusahan? Akan Allah tolong, dan hilangkan. Siapa yang menginginkan sesuatu dari diri-Nya? Allah datang. Mengantar apa yang manusia butuhkan, mengantar apa yang
manusia perlukan. Luar biasa. butuh pekerjaan, jodoh, proyek, modal, kesehatan… Apapun. Semua diantar Allah.

Orang-orang kaya didatengin gelap-gelap oleh orang miskin, tentulah mereka akan merasa terganggu. Penguasa dunia, para pejabat, yang notabene adalah wakil-wakil rakyat, bawahan rakyat, pun akan marah luar biasa, jika ada rakyat kecil yang bisa menerobos masuk dan mengganggu istirahatnya. Kita rela menanti seorang pejabat untuk menerima kita. Berbulan-bulan bisa jadi surat kita baru dibacanya, dan kemudian kita dipanggilnya. Untuk bicara yang belom tentu didengarnya. Kalaupun didengar, belom tentu dia bisa mengatasinya. Kita rela menghinakan diri kita di hadapan manusia lain untuk dapat bantuannya. Sedang Allah? DIA malah mendatangi kita. Di saat raja dunia tertidur, DIA malah mendatangi kita…

Tidak kah hal ini Saudara bisa rasakan? Lalu kemudian terasalah keanehan dimaksud?

Garis hidup kita sudah melenceng sejak dari tengah malam! Sejak dari dua pertiga malam. Sejak dari sepertiga malam. Manakala kita tidak punya kemampuan untuk bangun malam.

Oke lah. Itu ibadah sunnah. Gimana dengan shalat shubuh? Sebagiannya lagi menertawakan dirinya. Boro-boro bisa shalat shubuh berjamaah, di masjidnya Allah. Di “istana” Nya. Boro-boro. Sebagian kita bisa jadi tidak shalat shubuh sebab kelelahan berburu dunia. Pulang sudah larut malam. Kita tidak pandai mengatur waktu, agar bisa ketemu esok shubuh dengan Yang Menjamin Hidup, Pemilik Kebahagiaan dan Kesengsaraan. Kalau mau ketemu manusia, kita bias persiapan ini persiapan itu. Tapi untuk ketemu Allah, nyaris tidak ada persiapan apa-apa, dan tidak siap! Ga siap bangun malam, dan tidak mempersiapkan diri.

Tidak siap shalat shubuh, dan tidak mempersiapkan diri. Itu baru sekelumit keanehan yang saya paparkan atas izin Allah di Kuliah Tauhid Sesi 2 ini. Sampe sini saja, kalimat Laa-ilaa-ha-illallaah sudah tidak nampak bunyinya di kehidupan sebagian Onliners.

Tidak ada tuhan selain Allah. Harusnya, tidak ada yang lebih dipikirin kecuali Allah. Nyatanya? Tidak ada tuhan selain Allah. Harusnya, tidak ada yang lebih dikhawatirkan kecuali Allah. Nyatanya? Kita bisa tuh menomorduakan Allah, lalu mengutamakan meeting dengan client. Menomorsatukan kehadiran pelanggan ketimbang kehadiran Allah. Sebagaimana disebut, sama yang namanya telat absen di kantor di pekerjaan, takutnya masya Allah. Tapi giliran shalat yang juga sebenernya “diabsen” oleh malaikat-malaikat Allah, ga takut telat, dan ga ada perasaan apa-apa ketika telat. Malah ada yang mati rasa dengan sengaja mengentar-entar-kan jadwal shalat.

Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada tuhan selain Allah. Mestinya, tidak ada yang lebih diburu kecuali Allah. Tapi ya begitu dah. Coba aja dirasakan sendiri.


***


Onliners yang dimuliakan Allah SWT… Saya melihat manusia-manusia yang berat hidupnya dengan beban hidupnya. Sebab ia tidak men-share bebannya itu kepada Allah. Padahal DIA lah Yang Maha Meringankan.

Saya melihat ada yang menangis padahal Allah Maha Membahagiakan; Ada yang hidupnya sulit, padahal Allah Maha Memudahkan; Ada yang bermasalah, padahal Allah Maha Menolong; Ada yang miskin dan menderita, padahal Allah bisa menciptakan kekayaan di hati yang tidak perlu kaya secara dunia; Ada yang kaya, tapi tidak memiliki keluarga. Keluarganya adalah bisnisnya. Keluarganya adalah pekerjaannya. Tawa canda anak-anaknya milik pembantu-pembantu dan supirnya, lantaran ia jarang berkumpul sama anak-anaknya. Pasangan hidupnya juga adalah kesibukannya.

Subhaanallaah, izinkanlah kami-kami menjadi orang kaya yang hidupnya senang ya Allah. Senang dunia akhirat. Bahagia dunia akhirat.

Saya melihat ada yang keluarganya berantakan, sementara ia enjoy dengan hal itu, lalu ia katakan kepada dunia dia mau membentuk keluarga baru yang lebih harmoni; Ada yang hidupnya pindah berpindah, dari kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain, hingga jiwanya sendiri lelah mengikutinya. Wajahnya ceria, tapi jiwanya rapuh; Ada manusia yang segalanya ada, tapi penghuni langit tiada mencintainya dan tiada menghargainya. Yang bisa menghormatinya, yang bisa memuliakannya, adalah manusia-manusia yang tiada pernah tahu siapa dia sebenarnya. Dia merasa dunia digenggamnya. Padahal dunia sedang menghinakannya; Ada yang mengenal semua tempat-tempat indah, dan berkeliling dunia. Tapi hatinya, pikirannya, badannya, tiada pernah dibawa menikmati shalat-shalat malam, bahkan keheningan berduaan dengan Pemilik Surga di dalam shalat pun tiada dia kenal; Ada pekerja-pekerja yang mengabdikan hidupnya untuk kerja dan usaha, sehingga sesungguhnya dirinya pun tiada kebagian jam istirahat dan bersenang-senang bahkan.

Saya melihat tidak sedikit manusia yang justru malah mudah mencari dunia. Tapi ia kekeringan. Ada selalu yang diambil sebagai tebusan dari mudahnya ia mendapatkan dunia. Itu saya lihat terjadi sebab kemudahan itu ia dapatkan bukan dengan mentaati Allah, Tuhannya. Sehingga ia tidak sadar bahwa Allah justru mengazabnya dengan dunia-Nya.

Saya melihat begitu banyak manusia dan juga barangkali diri saya, yang diberi Karunia-Nya, tapi bermaksiat dengan karunia dari Allah itu! Padahal ada Allah yang maha melihat dan maha mengawasi. Dan DIA lah yang maha membalas juga apa yang kita perbuat. Yang baik dibayar dengan surga dan keridhaan-Nya. Yang buruk dibalasnya dengan neraka dan kemarahan-Nya.

Saya mengingat analogi maen CATUR yang sering saya sampaikan kepada para pendengar tausiyah saya, yang sesungguhnya saya sedang memperdengarkannya pada diri saya sendiri. Kalau kita maen catur BERDUA, maka berlaku aturan permainan catur. Dimana kuda jalannya L. Peluncur jalannya miring. Pion hanya bisa jalan maju tidak bisa mundur, dan paling banyak hanya bisa jalan dua kotak catur lurus ke depan. Adapun Raja, bila di depannya, seluruh Pion belum dijalankan, dan Peluncur serta Menterinya masih ada di kanan kirinya, maka Raja hanya bisa diam. Tidak boleh ia melompati Raja. Itulah ATURAN CATUR. Tapi itu kalau maen BERDUA. Bagaimana kalau maen catur SENDIRIAN? Kalau maen catur sendirian, ya bebaslah maennya. Tidak berlaku hukum permainan catur. Kita boleh menjalankan Kuda selagu-lagunya. Mau lurus, mau muter-muter, mau lompat, bebas. Peluncur pun mau kita buat jalannya melompat-lompat seperti maen halma, boleh. Bagi Raja, meskipun seluruh pion belum dijalankan, ia pun boleh melompat dan bebas bergerak ke sana kemari. Inilah yang terjadi kalau kita maen catur SENDIRIAN.

Dan bila analogi catur ini boleh dibawa ke urusan tamsil tauhid, maka perlu kita ketahui Allah itu tidak ada sekutu bagi-Nya. Ibarat main catur, ALLAH MAEN SENDIRIAN DI DUNIA INI. TIDAK ADA YANG LAIN.

Kemudahan ada di tangan Allah. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang bisa memberi kemudahan kecuali Allah. Kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, ada di tangan Allah. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang bisa memberi itu semua kecuali Allah. Sama dengan maksudnya itu kalimat; Tidak ada yang bisa memberikan ragam kesulitan kecuali Allah yang hingga Dia lah yang bisa melepaskannya kembali. Kehendak itu kehendaknya Allah. Maka saya kepengen
Allah berkehendak memudahkan segala urusan saya. Tapi bila saya menghendaki Allah memberikan kemudahan buat saya, sudah seharusnya saya menjadi hamba-Nya yang mau mengikuti segala aturan-Nya, dan siap untuk melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan-Nya. Saya tidak menjamin diri saya sendiri, bahwa ia akan mendapatkan segala kemudahan apabila Allah tidak saya ikuti. Rasul pun demikian. Ia tidak sanggup menjamin dirinya dan anak
keturunannya masuk surga bila tiada ketaatan dan amal salih.

Bila Allah sudah mengatur, maka Kun Fayakuun-Nya yang terjadi. Kuasa-Nya yang terjadi. Karena Dia lah Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang mengatur dunia ini kecuali Allah. Saya sangat-sangat bersedia untuk diatur. Sebab saya tahu dan meyakini, dengan sabab ilmu yang diteteskan-Nya pada saya, melalui pengajaran para guru, para orang tua, lewat berbagai media, bahwa kalau Allah sudah mengatur, maka aturan-Nya itulah yang terbaik. Laa-ilaa-haillallaah. Tidak ada aturan yang terbaik kecuali apa-apa yang sudah Allah aturkan.

Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada pemain di dunia ini, kecuali Allah, yang memainkan seluruh peraturan, sebab peraturan adalah peraturan-Nya, dan segala kuasa adalah Kuasa-Nya.

Dengan berpikiran seperti ini, yang harus saya lakukan adalah menyadari semua itu, pasrah berserah diri untuk ikut di dalam aturan-Nya dan mengikuti-nya sepenuh hati dengan kekuatan penuh. Tidak setengah-setengah.

Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada kehidupan kecuali untuk-Nya.

Saya melihat, kegagalan para pencari dunia, baik di tahapan mencari dunia, atau di tahapan menikmati dan mengelola dunia, adalah aktifitasnya tidak dia lakukan karena Allah dan untuk Allah. Andai dia punya visi misi li i’laa-I kalimaatillaah, untuk meninggikan kalimat Allah, maka tidak ada pernah kegagalan baginya…

Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah yang senantiasa mengawasi apa yang kita lakukan. Bisa kah kita bermaksiat di hadapan Allah Yang Maha Melihat dan Mengawasi? Bisakah kita berbuat dosa di hadapan Allah Yang Maha Mengetahui? Sedangkan siapa yang sanggup bermaksiat dan berbuat dosa TANPA RIZKI-NYA? Semua bermaksiat dan berdosa dengan memakai pemberian Allah. Laa hawla walaa quwwata illaa billaah. Koq bisa-bisanya berbuat dosa sementara mata dari Allah, telinga dari Allah, tangan dan kaki dari Allah, duit dari Allah? Seseorang bermaksiat dan berbuat dosa sementara kesehatannya adalah dari Allah… Boro-boro dibawa ibadah, dibawa taat, dibawa untuk kebaikan, ini malah dibawa maksiat dan dosa. Udah gitu, berbuat dosa dan
maksiatnya, sambil dilliatin sama Allah. Astaghfirullaah… Ampunilah kami-kami ini ya Allah.

Allah melengkapi kita semua dengan kulit. Lah, kelak kulit ini akan diminta Allah bicara. Saya sering mengatakan kepada diri saya dan kepada jamaah semua yang berkenan mendengar dan percaya… Bahwa ada seseorang yang matanya tidak pernah bermaksiat dari lahirnya. Sebab ia buta sejak lahir. Ada seseorang yang telinganya tidak pernah bermaksiat dari lahir. Sebab ia tuli sejak lahir. Ada seseorang yang tidak pernah bermaksiat dengan tangan atau kakinya, sebab lahir tanpa tangan, atau tanpa kaki. Ada seseorang yang tidak pernah bermaksiat dengan duitnya. Sebab ia miskin dari lahir sampe wafatnya. Tapi siapa yang tidak punya kulit? Semua punya kulit. Dan masya Allah nya, kulit ini yang nanti diminta bersaksi. Duh duh duh… Nanti saya ajak deh menyelami ayat-ayat Allah seputar pengawasan dan pembalasan Allah, seputar hari dibangkitkan, seputar hari hisab, dan hari persaksian.


***


Sampe sini, SAYA MEMBACA ULANG TULISAN INI. Tulisan yang dijadikan esai-esai Kuliah Tauhid di KuliahOnline Wisatahati.

Ya, saya membaca ulang apa yang saya tulis. Dari atas, sampai bait ini.

SAYA TIDAK PERCAYA YANG SAYA TULIS. Benarkah yang saya tulis ini? Sehebat itukah tauhid saya?

Tambah ga percaya lagi, bahwa saya sedang mengajar lewat esai ini, Kuliah Tauhid kepada seluruh peserta KuliahOnline. Adduh, andai benar, saya benar-benar memohon Allah menjadikannya menjadi bait-bait doa agar apa yang tertulis menjadi kenyataan. Allah bombing saya untuk mencari dunia dengan baik, dan memanfaatkannya dengan baik untuk kepentingan agama-Nya, dan hanya di jalan-Nya. Allah bimbing saya untuk senantiasa mensyukuri segala nikmat, dan meyakini bahwa Laa-ilaa-ha-illallaah, tidak ada sesuatu yang harus dikejar kecuali diri-Nya semata. Yang dengan demikian tidak seharusnya pencarian dunia, berhenti di sebatas mencari dunia itu saja. Terus dikonsentrasikan di pembesaran asma-Nya, di perbesaran manfaatnya.

SAYA MELIHAT DIRI SAYA.

Ya, saya melihat saya!

Saya masuk ke kehidupan saya…

Dan saya menemukan diri ini masih jauh dari tulisan di atas.

Teramat jauh.

Jauuuuuuuuuuhhhh…

Duh, apa sanggup saya menuliskannya lagi bait-bait yang masih menari di hati ini?

Saya ingin berteriak kepada diri saya, tunjukkan kalau Anda benar!

Lagi. Saya melihat diri saya lagi.

Wuh, benar!

Jauh.

Lihat saja. Allah memanggil saya. Memanggil dengan azan. Lihat, saya tidak bergeming. Apakah ini yang disebut Laa-ilaa-ha-illallaah? Tidak ada urusan --harusnya-- kecuali urusan-Nya Allah yang harus lebih kita urus? Nyatanya, saya masih menomorduakan panggilan Allah.

Saya tahu Allah bakal datang. Sebab waktu shalat betul-betul sebentar lagi datang. Tapi saya malah masih nulis, bukan siap-siap menyambut kedatangan-Nya. Dan tidak pagi tidak siang tidak malam, di setiap waktu shalat, saya tahu jadwal shalat. Lalu, bukannya malah menunggu kedatangan Allah, malah jadi Allah yang menunggu saya!

Duh duh duh, lebih pantas rasanya saya menangisi diri ini.

Wahai Kamu! (Begitu saya seharusnya menunjuk hidung saya sendiri dengan jari). Kalau Kamu benar tauhidnya, perlakukan Allah dengan benar. Perhatikan DIA. Tegakkan tauhid dalam kehidupan Kamu! Jangan ada yang laen di hati Kamu, kecuali Allah. Jika ada urusan dunia, lalu Allah datang memanggil, ya segera tinggal saja. Tidak ada yang lebih penting di dunia ini kecuali menegakkan shalat. Maka bahagian menanti berkumandangnya azan adalah hal
yang mestinya menjadi hal yang luar biasa.

Saya ingin berteriak kepada diri saya, buktikan kalau Anda benar! Benar tauhidnya. Benar sudah mengatakan Laa-ilaa-ha-illallaah. Nyatanya? Belum tuh.

(+) Loh loh loh… Ntar dulu... Sebenarnya, sedang dialog sendirian, mengajar… Atau sedang menulis sih?

(+) Maaf wahai tanganku, saya sedang berdialog dengan diri sendiri.

Biarkan.

Biarkan ia terus menulis sekenanya.

Sesukanya.

Ya. Saya melihat saya. Jauh benar dari menjadikan Allah sebagai tujuan hidup.

Ketika mencari dunia, mau bersusah payah. Tapi giliran beribadah, gampang benar teriak lelah.

Shalat sunnah tidak dipaksakan untuk ditegakkan. Shalat berjamaah tidak dipaksakan untuk dikejar di shaf yang pertama. Kehadiran diri tidak digunakan untuk kepentingan sesama. Setidaknya belum dimaksimalkan potensinya untuk ditujukan pada sebesar-besarnya kepentingan sesama, dan agama. Keluarga masih terabaikan.

Kurangnya… banyak.

Itulah. Saya melihat saya.

Tapi, Laa-ilaa-ha-illallaah.

Tidak ada yang mengajarkan ilmu dan memberikan kesempurnaan langkah kecuali Allah. Maka saya menghibur diri ini, Laa-ilaa-ha-illallaah. Biarlah Allah membimbing saya terus, sehingga bisa menjadi hamba-Nya yang sesuai dengan apa yang digariskan-Nya.

Ah dunia. Saya tulis Kuliah Tauhid ini agar saya tidak susah mencari kamu wahai dunia. Tapi saya ingatkan juga diri saya, bahwa kamu itu tidak penting. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang lebih penting kecuali Allah.

Saya tulis Kuliah Tauhid ini, sebab kasihan melihat diri saya yang sering kesusahan mencari dunia untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan diri. Tapi betapapun, saya hidup di dunia ini. Rasul pun mengajarkan doa agar kita memohon kepada Allah agar Allah membaguskan dunia kita sebab di sini kita hidup. SAYA BERTUHAN ALLAH. MENGAPA setelah Tuhan saya adalah Allah, dan Allah adalah pemilik segala apa yang ada di dunia ini, LALU HIDUP SAYA TETAP SUSAH? Atau merasa susah? Itu tandanya saya belum benar-benar bertuhan Allah. Itu saja.

Eh saya, ayo maju terus! Sempurnakan terus ilmu dan ikhtiarmu. Jangan lupa terus memohon bimbingan dari Allah.

Udah mau shubuh tuh. Ayo mandi. Siap-siap menuju masjid. Katakan kepada dunia, bahwa kamu mau shalat shubuhan dulu. Kalau shalat shubuh sudah tidak disiplin, jangan harap ini menjadi awal hari yang baik, untuk dunia kamu, untuk urusan permasalahan kamu, untuk segala hajat kamu…

(+) Loh, koq masih nulis terus? Katanya mau Shubuhan?

(-) Iya iya. Saya akan segera berhenti mengetik, dan men-shut-down komputer ini. Makasih yaaa.


Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Washalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaai wal mursaliin. Nabiyyinaa Muhammadin shallaallahu ‘alaihi wasallama. Wa ‘alaa aalihi wa azwaajihii wa dzurriyyatihii wa ash-haabihii wa ummatihii ilaa yamuddiin. Wassalaamu ’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.   

Kampung Ketapang, Senin 27 Agustus 2007, pukul 04.38 WIB. (tulisan ini “sudah berulang tahun berkali kali” he he he. Mudahmudahan Allah subhaanahuu wata’aala benar-benar menjadikan kita sebagai orang-orang yang mengEsakan-Nya, bertauhid hanya pada-Nya).




Yusuf Mansur.


T U G A S

Coba mulai sekarang, biasakan ke masjid, dan berjamaah tepat waktu. Ditambah dengan membaca zikir berikut ini:

Laa-ilaa-ha illallaah. 100x sehari semalam.
Istighfar. 70x sehari semalam.
Laa hawla walaa quwwata illaa billaah. 100x sehari semalam.
Shalawat. 100x sehari semalam.

Kalo digabung maka bacaannya sebagai berikut: Laa-ilaa-ha illawlooh, astaghfiruwlooh, laa hawla walaa quwwata illaa billaah. Wa shollawloohu ‘ala Sayyidinaa Muhammadiw wa’alaa aali Sayyidinaa Muhammad.

Oh ya, soal kapan zikir-zikir itu dibacanya, silahkan kapan saja. Pagi boleh, siang boleh, sore boleh, malam boleh. Bebas. Ini kan soal zikir. Bebas saja. Dibaca sekaligus, boleh. Dicicil, boleh.

Ini di luar bacaan zikir shalat.

Maksudnya?

Maksudnya, kan habis shalat ada zikirnya tuh? Nah, ini di luar zikir setelah shalat tersebut. Jika ada yang tidak mengerti bacaan zikir sesudah shalat. Dicari saja ya.

Bacaan zikir di luar shalat ini, hitungannya “wajib” kalo buat saya. Maksudnya, pentingin, sungguhpun ga berdosa jika kita tidak baca.

Dan apabila Saudara adalah orang yang kepengen meneguhkan hati, sambil dari pertama ini udah disebut: Ngebut mengejar Allah dengan segala pertolongan dan kekuasaan-Nya, silahkan ikuti saran saya:

1. Pasang target 40 hari untuk shalat di masjid dan berjamaah. Mau hujan     mau panas, mau dingin banget, mau lagi enak badan ataupun lagi ga enak, coba kuatkan hati untuk 40 hari berada terus dalam keadaan berjamaah dan di masjid.
2. Pasang target 40 hari untuk membaca zikir tersebut. Ini jelas “bid’ah”. Tapi insya Allah tidak semua bid’ah itu sesat. Ada juga yang bid’ah hasanah. Ini target buat diri sendiri, supaya punya ukuran. Rasul ga ngajar pasangpasang target. Bismillaah dah ya. Baik sangka sama saya. Kapan-kapan kita bicara sama yang ahli soal bid’ah dan tidak, dari yang lain. Dari yang tidak menggampangkan sesuatu menjadi bid’ah yang sesat, yang dholalah. Ini penting saya kasih tau, supaya nyaman Saudara-Saudara semua mengikuti saran-saran saya. Insya Allah saya sudah nanya beberapa kiyai yang saya rasa cukup untuk menjadi sandaran saya, baik yang dari disiplin al Qur’an maupun yang dari disiplin ilmu hadits. Kepada Allah saya meminta perlindungan dari pengajaran yang sesat. Masa iya saya ngajar sesuatu yang
membawa Saudara kepada neraka. Jika iya, ya saya lah orang pertama yang bakalan sedih banget.

3. BIKIN ABSEN HARIAN, agar disiplin mengukur shalat dan zikirnya. (Jangan lupa, bener-bener bikin absen harian ya. bikin selembar boleh juga. Tempel di pintu gitu. Atau di mana saja yang gampang Saudara isi absennya dengan jujur. Bila kelewat, bilang kelewat. Bila terjalankan, ya isi bahwa amal harian ini sudah dijalankan).

Sekali lagi, soal target ini ga usah dipikirin soal bid’ah dan tidaknya. Sungguh, ini soal target untuk diri sendiri saja agar disiplin. Mudah-mudahan Allah berikan kelembutan. Yang pasti, jika Saudara ada bolongnya di dalam 40 hari tersebut, tidak akan ada yang mendenda, he he he. Bebas-bebas saja. Kembali kepada Saudara saja. kira-kira kalau ga mengerahkan kemampuan, disebutnya sungguh-sungguh engga? Yah, kayak sekolah perwira dah, atau masuk camp persiapan menuju pertandingan final. Ya kudu sungguh-sungguh. Ga bisa bolong-bolong.

Saya membesarkan hati saudara-saudara semua, agama insya Allah mudah. Ga memberatkan. Namun saya juga mengingatkan, sekian lama, sekian tahun, bias jadi kita membuat diri kita malas benar. Ga sepenuh hati melaksanakan ibadah: Seperti ke masjid. Sehingga, ke masjid oke, engga pun oke-oke aja. lebih sering engga ke masjidnya, he he he. Maka anggap aja ini semacam usaha yang sungguh-sungguh untuk mengeset badan, hati, dan pikiran, untuk masuk ke dalam ibadah yang disiplin, istiqomah, dan penuh makna.

Pembahasan tentang makna shalat dan zikir-zikir ini, insya Allah banyak dibahas di Kuliah Online ini. Sabar saja. Insya Allah akan ketemu pembahasannya. Silahkan mengerjakan saja. Sami’naa wa atho’naa saja dulu ya.

(+) Boleh nanya?

(-) Tumben pake nanya…

(+) He he he… Katanya Wisatahati/PPPA udah mengeluarkan CD/DVD nya ustadz tentang zikir ba’da shalat ini?

(-) Iya. Dah ada. Plus tilawah Yaasiin nya saya. Itu DVD JDN (Jaringan Doa Nasional), isinya tentang zikir ba’da shalat. Saya sengaja mengeraskan untuk diikuti dan ditiru. Boleh juga dimiliki. Nanti kalo udah bisa, boleh dipelankan suaranya. Silahkan saja pesan online di website www.wisatahati.com atau di www.pppa.or.id.

(+) Bukunya juga ada?

(-) Ada. Buku saku. Judulnya Yaa Fattaah Yaa Rozzaaq, zikir/wirid kesayangannya saya, hadiah dari ibu saya. Di dalam buku saku ini juga berisi panduan zikir ba’da shalat. Juga buku shalawat, buku laa hawla, dan buku tentang istighfar.

(+) Bisa pesan online?

(-) Bisa. Kan udah dikasih tahu di atas. Silahkan.

Coba ya silahkan dipelajari ini bahan-bahan ajar penunjang dengan sebaikbaiknya. Saudara insya Allah punya waktu cukup jika meluangkan waktu:

Buku Panduan Riyadhah Wisatahati.
Buku Yaa Fattaahu Yaa Rozzaaqu.
Buku Shalawat
Buku Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah
Buku Istighfar.
DVD Shalawat.
DVD JDN
DVD Riyadhah 1
DVD Riyadhah 2
DVD Riyadhah 3
CD audio Doa
CD audio Latih Iman Bangun Keyakinan.

Tidak berlebihan jika saya meminta Saudara legowo untuk mempelajari ini semua. Silahkan ditelaah, dipelajari, diikuti dengan seksama. Afwan wa syukran. Maaf dan terima kasih. Sampe ketemu ya.


M U N A J A T

Bismillaahirrohmaanirrohiim. Ya Allah, berilah kami ilmu yang berguna, yang bisa membuat diri kami, istri/suami kami, anak-anak kami dan keturunan-keturunannya, orang-orang tua kami, keluarga kami, sahabat-sahabat kami, jadi saleh salehah lagi bagus iman islam dan banyak amalnya.

Berilah kami ilmu yang dengannya terang pula jalan hidup kami, bagus dunia akhirat kami. Berilah kami ilmu ya Allah yang bisa mengubah kami semakin lagi menjadi orang yang bersyukur, bersabar, bisa ridha akan segala Ketetapan, Ketentuan, dan Pemberian-Mu.

Jadikan kami yakin akan janji-janji-Mu, istiqomah, dan senantiasa baik sangka kepada-Mu. Izinkan kami mengenal-Mu ya Allah, dengan segala keMahaan-Mu.

Mudahkan semua urusan kami, ringankan beban kami,berikanlah kami jalan keluar di setiap kesulitan kami.

Engkau lah Yang Maha Perkasa, Engkaulah Yang Maha Bijaksana. Engkaulah Pemilik Segala Kemudahan, Kehendak, dan Pertolongan. Saatnya kami datang kepada-Mu, tolonglah ya Allah, hapuslah catatan buruk hidup kami. Jangan biarkan malaikat yang pastinya sudah mencatat segala perbuatan kami, menghidangkan kitab itu di hadapan kami dan di hadapan-Mu.

Ampuni kami semua ya Allah dan wafatkanlah kami dalam keadaan yang husnul khatimah.

Duhai Pemilik Kehidupan dan Kematian, hanya Engkau pula yang bisa meringankan dan menyelamatkan jalan hidup kami dan juga jalan matinya kami ‘tuk menghadap-Mu.

Dekatkan kami dengan al Qur’an, dan ajarkan kami as Sunnah. Agar terang pula kubur kami, lapang kubur kami, dan Engkau Yang Menjanjikan Siksa Kubur, berkenan menghilangkan siksa kubur itu dari kami.

Wahai Allah Pemilik Negeri Akhir, Kasih Sayang-Mu membuat kami yakin bahwa Engkau berkenan menutup pintu neraka-Mu dan membuka pintu surga-Mu untuk kami, betapapun jeleknya ibadah dan kelakuan kami.

Yaa Haadi, berilah kami petunjuk untuk menjadi hamba-Mu, dan ummat Nabi-Mu yang baik. Jadikan perkumpulan kami ini perkumpulan yang Engkau ridhai. Perkumpulan yang saling ingat dan mengingatkan, dan bersama-sama menuju diri-Mu dan mendekatkan diri kepada-Mu.

Terima kasih atas segala nikmat-Mu yang sejujurnya kami malu belum bisa menggantinya dengan bagusnya ibadah kami kepada-Mu. Shalawat serta salam kami haturkan kepada Kekasih-Mu Rasulullah Muhammad sholla ‘alaih, agar Engkau berkenan pula mengumpulkan kami dan segenap orang-orang yang kami cintai bersama Rasul-Mu Muhammad, satu surga di Surga-Mu nanti. Amin ya Allah.

Jangan biarkan kami tersesat di dunia ini, apalagi di padang makhsyar nanti. Jangan biarkan juga kami lemah hidup ini, sebab hidup tanpa diri-Mu. Jangan biarkan kami ini kepayahan lantaran tidak mengenal Kekuasaan dan Kebesaran-Mu. Lindungi kami ya Rabb, bimbing kami, dan tolong kami.

Jika kami masih bisa membaca ini, maka perkenanlah kami betul-betul menjadi hamba-Mu yang bertaubat, berbuat baik, dan bersungguh-sungguh menjaga dan melaksanakan ibadah kepada-Mu.

Ya Rabb, jadikan semua anak-anak keturunan kami anak-anak yang menghafalkan al Qur’an, apapun nanti profesi mereka. Kenalkan mereka juga pada tuntunan Rasul-Mu, lebih baik dari kami mengenal al Qur’an dan as Sunnah.

Hadiahkan kami anak-anak keturunan yang menyenangkan hati kami dan bisa menyelamatkan kami di kehidupan dunia ini dan di kehidupan akhirat kelak, dengan amal-amal mereka yang Engkau ridhai, dan doa-doa mereka yang Engkau terima.

Selamatkan kami dengan menyelamatkan anak-anak keturunan kami dengan keluarga-keluarganya. Ya Allah, kuatkan juga anak-anak keturunan kami, kuatkan dunianya, kuatkan akhiratnya. Baguskan dunianya, baguskan juga akhiratnya.

Kepada-Mu kami beristighfar.



INFO SHADAQAH
 
Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur  dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an.

Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Daarul Qur’an Nusantara

Bank Syariah Mandiri     : A/C. 074 006 5000
BCA                              : A/C. 603 030 8041
Bank Muamalat              : A/C. 303 003 3615
Bank Mandiri                 : A/C. 128 000 509 2975
Bank Bukopin Syariah    : A/C. 880 0420 017
Bank Mega Syariah        : A/C. 100 000 6822
Bank BNI Syariah           : A/C. 1699 1699 6
Bank DKI Syariah           : A/C. 701 700 9003
Bank Permata Syariah    : A/C. 97 1010 606
Bank Danamon Syariah  : A/C. 731 34 769
BRI                               : A/C. 0523 01 0000 34 30 4

Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke :
081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
 
Semoga para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan rizki berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.


Informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini:
http://www.pppa.co.id