Selasa, 28 September 2010

KEBAIKAN DAN KEJAHATAN

Saudaraku,...
Tidaklah Allah menciptakan manusia melainkan Allah juga menciptakan setan untuk mengujinya. Secara fitrah, manusia akan selalu cenderung pada kebaikan. Tetapi, untuk selalu sejalan dengan fitrahnya, sangatlah sulit. Karena, ketika manusia hendak memilih kebaikan, akan selalu ada bisikan-bisikan yang menghalanginya, dan menganjurkan yang sebaliknya. Seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah saw. bahwa di dalam hati manusia ada dua bisikan; bisikan malaikat dan bisikan setan. Bisikan malaikat adalah kebaikan dan bisikan setan adalah kejahatan. Adapun, bisikan mana yang akan diikuti oleh manusia, tergantung pada keadaan hati manusia itu. Jika hatinya bersih, ia akan mendengar bisikan malaikat, namun jika hatinya kotor dan berpenyakit, dia akan lebih sering menuruti bisikan setan. Dari situ, timbullah dua akibat, yaitu kebajikan dan kejahatan. Kebaikan dan kejahatan itu pun beragam. Ada yang erat kaitannya dengan Allah langsung, dan ada yang berhubungan dengan sesama hamba.

Pada kenyataannya, memang benar apa yang telah dikhabarkan Alquran bahwa manusia terlalu banyak berbuat zalim, baik pada Allah, pada dirinya sendiri, maupun pada orang lain. Hingga tidak kita pungkiri bahwa terkadang kita juga didzalimi oleh orang lain, atau ada orang lain yang berbuat jahat kepada kita. Dalam menghadapi kejahatan yang dilakukan seseorang kepada kita, Alquran memberikan petunjuk agar kita menolak (balaslah) kejahatan itu dengan kebaikan. Maksudnya adalah jika ada orang yang berbuat jahat kepada kita, balaslah kejahatannya itu dengan kebaikan. Jika ada orang yang jahat kepadamu dengan perbuatannya, dengan perkataannya, atau dengan sesuatu yang lain, maka balaslah hal itu dengan kebaikan. Jika ia memutus hubungan denganmu, cobalah jalin hubungan baik dengannya. Jika ia menzalimi, maafkanlah ia. Jika berbicara tentang kamu, janganlah engkau hiraukan. Tetapi, maafkanlah ia, dan sambutlah ia dengan perkataan yang baik. Apabila ia menjauhimu dan tidak menghiraukanmu, tetaplah berkata yang lembut dan mengucapkan salam kepadanya. Jika engkau mampu membalas kejahatan dengan kebaikan, niscaya engkau akan mendapatkan faedah yang sangat besar.

Lalu, apakah faedah yang besar itu? Percayalah dengan kebesaran Allah, apabila engkau berbuat baik kepada orang yang telah berlaku jahat terhadapmu, maka kebaikanmu itu akan membawanya untuk bisa condong kepadamu, menyukaimu, dan bersikap lunak padamu, sehingga dia akan menjadi seperti teman yang setia dan sangat dekat kepadamu, dengan kasih sayang dan kebaikan untukmu.

Demikianlah apa yang dianjurkan oleh Allah kepada kita, bagaimana kita membalas kejahatan seseorang yang menimpa kita. Namun, hal itu sangatlah berat untuk dilaksanakan. Al-Qur’an mengabarkan bahwa sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Dan sekarang sudah mampukah kita menjadi orang yang memiliki keberuntungan yang besar itu?

Betapa berat dan sulit hal tersebut untuk dilakukan. Karena, watak seseorang akan cenderung membalas kejahatan dengan kejahatan. Namun, jika seseorang mengetahui besarnya nilai kesabaran dan besarnya pahala yang akan diterima, mengetahui bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan tidak ada manfaatnya sedangkan permusuhan hanya akan menambah kekerasan, menyadari bahwa membalas kejahatan dengan kebaikan bukan berarti kehinaan dan kerendahan martabat akan tetapi bersikap rendah diri dihadapan Allah, maka hal tersebut akan menjadi ringan baginya, dan dia akan melakukannya dengan lapang bahkan menikmatinya. 

Sehubungan dengan hal ini, Ibnu Abbas berkata, "Allah memerintahkan kita untuk bersabar ketika marah, lemah lembut menghadapi kebodohan, dan memaafkan perlakuan buruk (kejahatan). Barang siapa mampu mengamalkannya, maka Allah akan menghindarkannya dari godaan setan, dan akan menjadikan musuhnya tunduk padanya seperti teman yang setia padanya."

Kejahatan, bagaimanapun juga berasal dari setan. Dan setan ada dua macam, setan dari golongan manusia, dan setan dari golongan jin. Setelah Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat kebaikan kepada sesamanya meskipun telah mendapat perlakuan jahat, kemudian pada ayat selanjutnya Allah memerintahkan untuk berlindung kepada-Nya apabila setan datang menggoda. Karena, untuk menghadapi setan yang berwujud manusia dimungkinkan dengan berbuat baik padanya, maka dia akan berubah baik kepada kita. Adapun setan dari golongan jin, tidak cara berkelit dan menghindar darinya apabila ia datang menggoda kecuali dengan meminta perlindungan kepada-Nya. Jika seseorang menyerahkan urusannya kepada Allah dan berlindung kepada-Nya, makar setan tidak akan berarti baginya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam jika menegakkan salat mengucapkan, "A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim, min hamzihi, wa nafkhihi, wa naftsihi." Artinya, "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, dari godaan, tiupan, dan hembusannya."

Saudaraku,…

Memang berat, membalas kejahatan dengan kebaikan. Suatu hal yang bertentangan dengan watak dasar manusia. Namun, barang siapa mampu mengamalkannya, ia akan mendapat keberuntungan yang besar. Dan, tidak mampu menerima dan mengamalkan hal itu kecuali orang-orang yang sabar. Maka tetapkanlah diri Anda menjadi orang-orang sabar terbaik di hadapan Allah dan makhluk-Nya yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar