Selasa, 22 Februari 2011

Ketika Meninggalkan Shalat


Saudaraku,…
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah Muhammad Saw sedang duduk bersama para sahabat, kemudian datang pemuda Arab masuk ke dalam masjid dengan menangis. Ketika Rasulullah Saw melihat pemuda itu menangis, beliau pun bertanya, "Wahai orang muda kenapa kamu menangis?"

Maka berkatalah pemuda itu, "Ya Rasulullah S.A.W, ayah saya telah meninggal dunia dan tidak ada kain kafan dan tidak ada orang yang hendak memandikannya."

Lalu Rasulullah S.A.W memerintahkan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. ikut pemuda itu untuk melihat masalahnya. Setelah mengikut orang itu, maka Abu Bakar r.a dan Umar r.s. mendapati ayah pemuda itu telah berubah menjadi babi hitam, maka mereka pun kembali dan memberitahu kepada Rasulullah S.A.W, "Ya Rasulullah S.A.W, kami lihat mayat ayah orang ini berubah menjadi babi hutan yang hitam."

Kemudian Rasulullah S.A.W dan para sahabat pun pergi ke rumah pemuda itu dan beliau pun berdoa kepada Allah SWT, kemudian mayat itu pun berubah menjadi bentuk manusia semula. Lalu Rasulullah S.A.W dan para sahabat menyolatkan mayat tersebut. Apabila mayat itu hendak dikebumikan, maka sekali lagi mayat itu berubah menjadi seperti babi hutan yang hitam, maka Rasulullah S.A.W pun bertanya kepada pemuda itu, "Wahai orang muda, apakah yang telah dilakukan oleh ayahmu sewaktu dia di dunia dulu?"

Berkata orang muda itu, "Sebenarnya ayahku ini tidak mau mengerjakan shalat." Kemudian Rasulullah S.A.W bersabda, "Wahai para sahabatku, lihatlah keadaan orang yang meninggalkan shalat. Di hari kiamat nanti akan dibangkitkan oleh Allah S.W.T seperti babi hutan yang hitam."

Dalam riwayat yang lain, diceritakan  pada masa kepemimpinan Abu Bakar r.a terdapat seorang lelaki yang meninggal dunia dan sewaktu mereka menyembahyanginya tiba-tiba kain kafan itu bergerak. Apabila mereka membuka kain kafan itu mereka melihat ada seekor ular sedang membelit leher mayat tersebut serta memakan daging dan menghisap darah mayat. Lalu mereka mencoba membunuh ular itu.

Apabila mereka mencoba untuk membunuh ular itu, maka berkata ular tersebut, "Laa ilaaha illallahu Muhammadu Rasulullah, menagapakah kamu semua hendak membunuh aku? Aku tidak berdosa dan aku tidak bersalah. Allah S.W.T yang memerintahkan kepadaku supaya menyiksanya sehingga sampai hari kiamat." Lalu para sahabat bertanya, "Apakah kesalahan yang telah dilakukan oleh mayat ini?"

Berkata ular, "Dia telah melakukan tiga kesalahan, di antaranya :"Apabila dia mendengar azan, dia tidak mahu datang untuk sembahyang berjamaah, dia tidak mahu keluarkan zakat hartanya, dia tidak mau mendengar nasihat para ulama. Maka inilah balasannya.

Kedua kisah di atas hanyalah sedikit dari balasan Allah SWT terhadap orang-orang yang sengaja meninggalkan shalatnya, tanpa alasan yang dibenarkan. Kelak di akhirat orang-orang seperti akan memperoleh siksa yang jauh lebih mengerikan daripada siksa yang ditampakkan Allah di dunia.

Kita akan selalu bertanya kepada orang-orang yang mengabaikan shalat, tentang nilai shalat yang dipahaminya. Kelalaian mengerjakan shalat selalu saja berawal dari kelemahan umat muslim untuk meneguhkan dirinya dengan shalat. Kalau shalat hanya dipahami sekedar kewajiban, seorang manusia pada rentang waktu tertentu akan mengalami kelelahan atau kejenuhan. Alasan itulah membuat manusia lemah untuk menegakkan shalatnya.

Saudaraku,..
Shalat haruslah menjadi kebutuhan, kebutuhan yang paling utama. Melebihi kebutuhan manusia terhadap makanan, sandang maupun pakaian. Pada tingkat ini, seorang muslim saya pikir tidak  akan rela meninggalkan shalatnya, untuk apapun saja yang disajikan dunia ini.

                    

Selasa, 15 Februari 2011

Berlian Di Atas Lumpur

Saudaraku,…
Sungguh sebuah kebahagiaan yang sangat besar jika seorang muslim memperoleh kasih sayang Allah berupa kekuatan iman dan Islam yang tangguh. Karena Allah tidak memberikan kemuliaan ini pada setiap orang. Jika kita hitung manusia di seluruh jagad ini yang bersyahadat kepada Allah dan rasul-Nya, sungguh sedikit sekali yang memiliki kekuatan iman yang tangguh. Setiap muslim yang berjalan menuju Allah bukanlah seorang nabi atau manusia yang telah memiliki kekuatan iman yang luar biasa sejak lahir. Iman dibentuk oleh ketaatan yang dilakukan terus-menerus. Semakin sering seorang muslim berbuat ketaatan, maka semakin hebat pula kekuatan iman yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya, keimanan seorang dapat melemah kalau ia meninggalkan kebaikan yang disyaratkan oleh Allah.

Terlepas dari semua itu, segala bentuk keimanan yang datang dan melekat pada manusia tidak pernah terlepas dari kekuatan dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dan ini tidak sebatas pada orang-orang yang berada dalam lingkungan kebaikan. Janganlah sekali-kali terlintas dalam pikiran kita kalau iman yang tangguh hanya terlahir dalam lingkungan pesantren atau madrasah saja. Tidakkah Anda ingat sahabat Rasulullah Saw. terkasih Umar bin Khaththab ra.? Beliau sebelum mengenal Islam adalah orang yang paling gigih memerangi Nabi Muhammad Saw. Dan ketika ia sudah berada di dalam barisan muslimin ia menjadi pembela Rasulullah yang paling ditakuti barisan kaum musyrik di Makkah. Lalu ingatkah pula Anda kepada istri Fir’aun yang melawan suaminya dan kekejaman yang ,menyertainya.

Perlawanan ini ini sebenarnya dimulai ketika Nabi Musa a.s. berhasil mengalahkan para tukang sihir Fir’aun. Asiyah, yang turut menyaksikan kesuksesan Musa, bertambah tebal imannya. Sebenarnya, telah lama Asiyah beriman kepada Allah SWT, tetapi hal ini tidak diketahui suaminya.
Lama-lama Firaun mengetahui juga akan keimanan Asiyah itu. Firaun murka dan menjatuhkan hukuman kepadanya. Para algojo diperintahkan Firaun untuk segera melakukan penyiksaan kepada Asiyah, yang olehnya dianggap murtad itu.

Tubuh Asiyah ditelantangkan di atas tanah di bawah terik sinar matahari. Kedua tangannya diikat kuat ke tiang-tiang yang dipatok ke tanah agar ia tak dapat bergerak-gerak. Wajahnya yang telanjang di hadapankan langsung ke arah datangnya sinar matahari. Asiyah pastilah tidak akan tahan akan sengatan panas matahari, dan akhirnya ia akan mengubah keimanannya kepadaku, demikian pikir Firaun.
Tetapi, apa yang terjadi? Ternyata Tuhan tidak membiarkan hambanya menderita akibat kekafiran Firaun. Setiap kali para algojo meninggalkan Asiyah dalam hukumannya, segera malaikat menutup sinar matahari itu, sehingga langit menjadi teduh dan Asiyah tak merasakan sengatan matahari yang ganas itu.

Asiyah tetap segar-bugar meskipun sudah dihukum berat. Hal ini membuat Firaun memerintahkan hukuman lain yang lebih berat. Ia memerintahkan agar kepada tubuh Asiyah yang telentang itu dijatuhi batu besar. Tubuhnya pasti remuk, pikir Firaun.

Ketika Asiyah melihat bahwa ada batu besar yang hendak dijatuhkan ke tubuhnya, berdoalah dia kepada Tuhan. "Wahai Allah, Tuhanku! Bangunkah untukku di sisimu sebuah gedung di surga." (At-Taubah: 11).

Segera Allah memperlihatkan sebuah bangunan gedung di surga yang terbuat dari marmer berkilauan. Asiyah sangat gembira, lalu rohnya keluar meninggalkan tubuhnya. Asiyah tidak merasakan kesakitan apa pun, karena ketika batu besar itu menimpa tubuhnya, rohnya sudah tidak ada di sana.

Demikian lah sedikit cerita mengenai istri Fir’aun yang beriman kepada Allah. Asiyah itu seperti sebuah mutiara dalam lumpur yang pekat. Ia selalu berkilau memancarkan keindahan yang mengalahkam keburukan-keburukan di lingkungannya. Hal yang sama terjadi pula dilingkungan kita. Kita tidak pernah tahu keimanan yang melekat pada hati seseorang. Jangan terlalu mudah menghakimi seseorang yang buruk dengan keburukan yang tidak kita ketahui. Jangan merendahkan saudara Anda yang hanya karena tempat tinggalnya jauh dari nilai-nilai Islam. Karena Anda tidak akan pernah tahu pada masa yang akan datang apakah Anda masih memiliki keimanan seperti sekarang atau Anda menjadi bagian kemaksiatan dari tuduhan Anda tersebut.

Saudaraku,…
Selalu berpikirlah positif mengenai saudara Anda, betapun buruknya kehidupan dan latar belakangnya. Dan janganlah Anda berbagga diri dengan kebaikan dan kumuliaan yang Anda miliki. Sungguh Allah SWT dapat mencabut apa saja yang Anda miliki jika Anda takabur dengan nikmat-nikmat-Nya. Allah memiliki kuasa yang luar biasa terhadap diri Anda dan saudara Anda yang lainnya. Ingatlah hal itu, saiuadaraku!

Jumat, 04 Februari 2011

Bersyukur Dalam Kepayahan


Saudaraku,…                         
Setiap muslim harus selalu menyiapkan dirtinya menghadapi pergolakan yang terjadi di dunia, apapun itu. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Demikian juga kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan saudara-saudara kita atau lingkungan tempat tinggal kita.

Islam menuntut setiap muslim untuk selalu bersiaga terhadap keadaan apapun yang akan terjadi. Bagian utama dari kesiagaan tersebut adalah senantiasa bersyukur dalam keadaan apapun. Seorang muslim selayaknya tidak hanya bersyukur ketika mendapatkan kesenangan dalam hidup, tetapi semestinya pula mampu bersyukur ketika ia dalam kepayahan. Berprasangka baiklah kepada Allah. Allah itu Dzat yang sangat cermat dan teliti dalam rencana-renca-Nya. Apapun yang terjadi dengan Anda, tetaplah bersyukur kepada Allah dengan kegembiraan yang besar. Tetapi ketika Anda bersyukur menggunakan lisan dan anggota tubuh Anda, cobalah Anda mempertimbangkan perasaan orang-orang di sekitar Anda. Ketika Anda memperoleh pertolongan ketika orang lain tidak mendapat pertolongan, maka berlakulah bijak untuk menahan kegembiraan Anda yang meluap-luap di hadapan mereka.

Di dalam sebuah riwayat diceritakan Sari al-Suqthi, seorang ulama ahli ilmu tauhid yang sangat wara' berkata, "Sudah tiga puluh tahun lamanya aku selalu membaca istighfar, dan baru sekali ini aku membaca alhamdulillah."

"Bagaimana ceritanya?" tanya seorang sahabatnya.

"Pada waktu terjadi peristiwa kebakaran di pasar Baghdad, seseorang dengan tergopoh-gopoh datang menemuiku seraya memberitahukan bahwa kedaiku selamat. Spontan aku berucap 'Alhamdulillah!' Tetapi, lantas aku menyesal, karena mensyukuri keberuntunganku sendiri di atas penderitaan orang banyak." jawabnya.

Perkataan Sari al-Suqthi menegaskan kembali kepada kita, betapapun juga perbuatan baik (bersyukur kepada Allah) semestinya tidak menyakiti perasaan orang lain.

Saudaraku,…
Jika Anda mampu bersyukur kepada Allah dalam setiap keadaan, itu adalah baik. Tetapi lebih sangat baik jika Anda mampu mengatur manajemen syukur Anda tanpa menyinmggung peraan saudara Anda yang sedang berduka atau kepayahan dalam hidup.

Semoga engkau dicintai Allah, saudaraku!