Senin, 03 Januari 2011

Pertobatan Yang Sejati

Saudaraku, ....
Kita sebagai manusia sungguh makhluk yang sangat lemah terhadap pesona dunia dan syaitan yang sangat kuat. Dan memang tidak ada seorang manusia pun yang tidak berdosa, bahkan Rasulullah Saw pun pernah ditegur oleh Allah SWT karena sebuah kelalaian. Yang menjadi titik tolak bukanlah berdosa atau tidaknya manusia tersebut, tetapi terletak kepada upayanya untuk membersihkan diri dari sekian banyak dosa yang melekat kepada dirinya. Betapapun banyaknya dosa yang kita lakukan selalu terbuka pintu pertobatan yang sangat luas. Yang dibutuhkan hanyalah tobat yang sejati.

Mengenai hal ini, Imam Malik bin Dinar memiliki sebuah cerita tentang pertobatan sejati seorang pemuda. Suatu hari beliau pernah berkata, “Ketika kami mengerjakan ibadah haji, kami mengucapkan talbiyah dan berdoa kepada Allah, tiba-tiba aku melihat pemuda yang masih sangat muda usianya memakai pakaian ihram menyendiri di tempat penyendiriannya tidak mengucapkan talbiyah dan tidak berdzikir mengingat Allah seperti orang-orang lainnya. Aku mendatanginya dan bertanya, 'mengapa dia tidak mengucapkan talbiyah ?'"

Dia menjawab, "Apakah talbiyah mencukupi bagiku, sedangkan aku sudah berbuat dosa dengan terang-terangan. Demi Allah! Aku khawatir bila aku mengatakan labbaik maka malaikat menjawab kepadaku, 'tiada labbaik dan tiada kebahagiaan bagimu'. Lalu aku pulang dengan membawa dosa besar."

Aku bertanya kepadanya, "Sesungguhnya kamu memanggil yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dia bertanya, "Apakah kamu menyuruhku untuk mengucapkan talbiyah? "

Aku menjawab, "Ya."

Kemudian dia berbaring di atas tanah, meletakkan salah satu pipinya ke tanah mengambil batu dan meletakkannya di pipi yang lain dan mengucurkan air matanya sembari berucap, "Labbaika Allaahumma labbaika, sungguh telah kutundukkan diriku kepada-Mu dan badan telah kuhempaskan di hadapan-Mu."
Lalu aku melihatnya lagi di Mina dalam keadaan menangis dan dia bekata, "Ya Allah, sesungguhnya orang-orang telah menyembelih kurban dan mendekatkan diri kepada-Mu, sedangkan aku tidak punya sesuatu yang bisa kugunakan untuk mendekatkan diri kepadamu kecuali diriku sendiri, maka terimalah pengorbanan dariku. Kemudian dia pingsan dan tersungkur mati. Akupun mohon kepada Allah agar dia mau menerimanya.”

Saudaraku,...
Sudahkah penyelesalan kita terhadap dosa-dosa mencapai tingkatan yang sedalam itu? Setiap pendosa memang sepatutnya memperbaiki kesalahan tanpa banyak pertimbangan. Ia hanya cukup menyesali keburukan yang pernah dikerjakan, lalu melakukan kebajikan sebanyak mungkin. Karena hati manusia ini sungguh lemah. Kita tidak pernah tahu, di masa depan apakah kekuatan iman dan islam kita mampu melindungi kita dari gencarnya bujukan syaitan yang mendatangi kita. Karena itu janganlah memberikan ruang sekecil apapun untuk melakukan keburukan, walaupun itu sebuah gurauan untuk seorang sahabat terdekat. Insya Allah, kita akan mendapatkan pertolongan-Nya dalam setiap keadaan. Amiin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar