Minggu, 22 Mei 2011

Mengapa Harus Kikir


Saudaraku,..
Seorang muslim yang sesungguhnya bukanlah seseorang yang kikir. Tetapi pada kenyataannya, banyak saudara kita yang memiliki karakter seperti ini. Dan kembali kita harus bertanya, “Kenapa harus kikir?”

Sebagian saudara kita beralasan kikir dapat membuat mereka mampu mengelola keuangan pribadi dan keluarganya dengan baik, sehingga harta yang mereka kikirkan (tahan) pada hari ini dapat menjadikan manfaat pada hari-hari yang lain. Pemikiran seperti ini selayaknya disingkirkan jauh-jauh dari hati orang yang beriman. Orang-orang yang beriman semestinya tidak takut terhadap keadaan yang belum terjadi, termasuk dalam hal ini adalah keadaan kekayaan dan harta benda duniawi yang kita banggakan.

Sebagian yang lain berpendapat, kalau kekayaan dan kemewahan yang dimiliki adalah hasil jerih payah dirinya sendiri, sehingga hasil keras tersebut tidak perlu dibagi dengan orang lain. Inilah orang-orang takabur yang tidak pernah mengerti apa yang dibanggakannya.

Orang-orang yang kikir merupakan orang-orang yang sangat buruk dalam pandangan Allah SWT. Merekalah orang-orang yang tidak mampu berterima kasih kepada Tuhannya. Mereka sangat serakah terhadap nikmat Allah yang diberikan kepadanya. Padahal pada setiap nikmat dan kesenangan yang diberikan Allah, terdapat hak saudaranya yang kekurangan dan kepayahan. Dan orang-orang yang kikir benar-benar telah mengabaikan Tuhannya dengan terang-terangan.

Sesungguhnya kekikiran tidak akan memberikan manfaat sedikipun juga kepada para pelakunya. Ia tidak akan merasakan kemanfaatan dari kesenangan dan kemapanan yang dimilikinya. Hukuman ini sebenarnya sudah sangat tidak menyenangkan, apalagi ditambah dengan rusaknya hubungan sosial dengan masyarakat di lingkungannya. Tetapi ini sedikit hubungan di dunia, saudaraku. Tentu, apa yang akan diterima orang-orang kikir di akhirat, jauh lebih mengerikan dan menakutkan dariapada apa yang diberikan di dunia.

Saudaraku,…
Suatu hari dalam suatu kesempatan di kehidupan Rasulullah Saw. ada seorang perempuan datang menemui beliau. Tangan sebelah kanan dari wanita itu terlihat mengecil dan mengering. Ketika ia telah berada dekat dengan Rasulullah, kemudian berkata, "Ya Rasulullah, tolong berdoalah engkau kepada Allah, kiranya Ia dapat berkenan untuk menyembuhkan dan mengembalikan tanganku ini kepada keadaan sebagaimana semula."

Sembari menyampaikan permohonannya, wanita itu memperlihatkan tangan kanannya kepada Rasulullah. Rasulullah memperhatikan sejenak keadaan tangan itu. Tangan itu memang telah mengecil dan tulang-tulangnya terkesan besar dalam pandangan karena mengeringnya daging yang menyelimutinya.

Sejurus kemudian, Rasulullah menanyakan ada hal apa yang telah dialami si wanita sampai-sampai tangannya bisa berujud demikian. "Ada apa denganmu sehingga tanganmu bisa mengering begitu?" Dengan perasaan yang tertekan, berceritalah wanita tersebut perihal pengalaman yang dialaminya.

"Sesungguhnya, pada beberapa malam yang lalu saya bermimpi. Dalam mimpi itu terasa bahwa hari kiamat telah datang. Neraka jahim telah pula dinyalakan. Surga telah disiapkan. Keadaan neraka yang telah penuh dengan lembah-lembah api telah siap sedia menyambut ahlinya. Di salah satu lokasi dari lembah neraka itu, yaitu tempat yang dinamakan Lembah Jahanan, saya melihat seseorang berada di sana. Lama saya amat-amati orang itu. Akhirnya, saya yakin bahwa ia tak lain dari ibu kandung saya. Rupanya kedua tangan ibu sedang memegang sesuatu. Salah satu tangannya terlihat sedang memegang-megang sepotong lemak, sedangkan tangan lainnya memegang sehelai kain. Dan, rupanya kain yang dipegang-pegangnya itu ia jadikan sebagai tameng untuk melindungi tubuh itu dari panasnya api yang menjilat-jilat dari tengah-tengah lembah. Melihat keadaan ibu yang serupa itu, hati saya trenyuh. Tak kuasa saya berteriak kepadanya. 'Ibu...! hai, Ibu...! Tiada patut bagiku melihatmu berada di lembah ini, sedangkan engkau adalah orang yang taat kepada Tuhanmu dan suamimu, juga telah senang, tak membencimu'."

"Rupanya ibu mendengar teriakan saya. Tak lama sahutan dari jawaban Ibu pun terdengar. 'Hai, anak perempuanku! Aku ini ketika masih di dunia adalah seorang yang kikir. Lembah ini merupakan tempat yang diperuntukkan bagi orang-orang yang kikir.' Mendengar jawaban itu itu, rasa ingin tahuku tentang fungsi dari benda-benda yang ada dalam pegangannya itu menggiring saya untuk bertanya lagi. 'Lemak dan kain yang saya lihat ada di tanganmu itu untuk apa?' 'Dua-duanya ini adalah sedekah saya dulu ketika di dunia. Jadi, selama di dunia, saya tak pernah bersedekah apa-apa kecuali kain dan lemak ini. Dan, sekarang dua-duanya itu kubuat berlindung dari api dan siksa terhadap diriku.'

"Demikian ibu menjelaskan kepada saya. Saya terus menanyakan, di mana gerangan ayah sekarang. 'Bapak mana Bu?' 'Dia adalah orang yang dermawan. Jadi, dia sekarang berada di tempat orang-orang dermawan. Beliau berada di surga'."

"Maka, segera saya pergi ke surga. Ayah terlihat sedang berdiri di pinggir telagmu (Muhammad), ya Rasulullah. Dia sedang memberi minum kepada orang-orang dermawan dengan gelas yang diambilkan dari tangan Ali, Usman, Umar, dan Abu Bakar. Abu Bakar dari uluran tanganmu, ya Rasulullah. Lantas, saya berseru kepada ayah. 'Ayah! ibu (istrimu yang taat kepada Tuhannya dan engkau senang kepadanya, sekarang berada di lembah jahanam. Sekarang engkau malah memberi minum kepada orang-orang dengan air telaga Nabi Muhammad saw., padahal ibu sangat dahaga. Ayah, berilah ia seteguk air agar rasa dahaganya hilang'."

"Ternyata ayah mendengar suara saya. Tak lama terdengar sahutan ayah. 'Putriku, ibumu berada di dalam tempat orang-orang yang kikir dan orang-orang yang durhaka di neraka. Padahal, diharamkan air Telaga Muhammad saw. kepada neraka'."

"Mendengar jawaban ayah seperti itu, saya menjadi tak sabar. Lantas, saya ambil saja sendiri segelas air dari telaga itu dan membawanya kepada ibu. Saya minumkan air itu kepada ibu yang sedang menderita kehausan yang hebat karena terus-menerus mendapat sengatan panas. Ibu kemudian meminumnya. Tetapi, sementara ibu melakukan itu, saya mendengar suara yang mengatakan begini, 'Semoga Allah mengeringkan tanganmu, lantaran kamu datang memberi minum air Telaga Muhammad saw. kepada orang yang durhaka lagi kikir'."

"Suara itu ternyata membingungkan saya. Saya tersentak bangun. Dan, tiba-tiba tangan yang menyodorkan minum kepada ibu itu benar-benar mengering dan mengecil."

Mendengar penjelasan yang panjang lebar dari wanita itu, Nabi saw. bersabda kepadanya, "Kekikiran ibumu ternyata membahayakan kamu di dunia. Itu saja di dunia. Lalu bagaimana akibatnya yang menimpa baginya?"

Sesaat kemudian, kata Siti Aisyah (yang meriwayatkan cerita ini), Rasulullah meletakkan tongkatnya di atas tangan kering perempuan tersebut seraya berdoa, "Ya, Allah, demi cerita yang telah diceritakan oleh perempuan ini, maka hendaklah Engkau sudi menyembuhkannya seperti sedia kala." Dengan demikian, tangan kering perempuan tersebut menjadi sembuh seketika seperti semula.

Dalam hadis lain, bersumber dari Aisyah, Rasulullah saw. bersabda, "Orang dermawan itu dekat kepada Allah, manusia, dan jauh dari neraka. Orang kikir itu jauh dari Allah, makhluk, surga, dan dekat kepada neraka. Orang bodoh yang dermawan itu lebih dicintai Allah Ta'ala daripada orang alim yang kikir."

Rasulullah saw. bersabda lagi, "Sifat dermawan itu bagaikan pohon di surga yang daun-daunnya terkulai ke dunia. Barangsiapa berpegangan dengan dahan tersebut, maka ia akan terangkat ke surga. Dan, sifat kikir itu bagaikan pohon di neraka yang dahan-dahannya terkulai ke dunia. Barangsiapa berpegangan dahan tersebut, maka akan tersesat ke neraka."

Saudaraku,..
Informasi dari kekasih dan utusan Allah Muhammad Saw di atas semakin menegaskan kepada kita betapa buruknya berlaku kikir kepada sesama manusia, khususnya lagi kepada orang-orang kesusahan yang lebih berhak menerima sebagian harta yang kita miliki. Semoga esok hari kita tidak perlu lagi bertanya kepada saudara kita , “Kenapa harus kikir?” Dan semoga pula kita selalu mendapatkan pertolongan Allah untuk menjadi muslim yang seutuhnya. Amiin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar