Saudaraku,…
Jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan,
sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insya Allah, akan datang. Bersama
kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.
Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak
diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak
diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian
harum.
Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya
dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit
hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal,
itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.
"Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba
gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu
menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.
"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan
pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik." jelas induk katak
sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba
angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai
berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu
pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu
yang kita tunggu-tunggu?" tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik
tubuh induknya.
"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak
terpengaruh keadaan. "Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti
datang!" tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai
tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.
"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar.
Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini,
si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan
sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar. "Buuu, aku sangat
takut. Takut sekali!" ucapnya sambil terus memejamkan mata.
"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai.
"Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi
datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu.
Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak
begitu tenang.
Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia
mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan
dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak
kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!"
Semua kehidupan, beserta perjalanannya kadang menuntut
kita untuk terkondisi dalam kesabaran, atau terkondisi dalam kesenangan. tetapi
hakikatnya kehidupan ini bila dijadikan tujuan, maka kecenderungannya ialah
melalaikan kehidupan itu sebagai sarana saja untuk mengumpulkan bekal akhirat
“Dan tiadalah
kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya
akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS
Al-Ankabut ayat 64)
Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah
berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari
tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat nanti
manusia akan menyadari betapa menipunya pengalaman hidupnya sewaktu di dunia.
Baik sewaktu di dunia ia menikmati kesenangan maupun menjalani
penderitaan. Kesenangan dunia sungguh menipu. Penderitaan duniapun menipu.
Kita adalah hamba Allah, yang harus tunduk didalam
naungan agama-Nya. Karena disanalah sebuah pegangan kita untuk menjalankan
tugas sebagai khalifah di muka bumi ini.
Saat manusia berada di alam akhirat barulah ia akan
menyadari betapa sejatinya kehidupan di sana. Kesenangannya hakiki dan
penderitaannya sejati. Surga bukanlah khayalan dan sekedar dongeng orang-orang
tua di masa lalu. Begitu pula dengan neraka, ia bukan suatu mitos atau sekedar
cerita-ceirta orang dahulu kala. Surga dan neraka adalah perkara hakiki,
saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
menggambarkan dengan deskripsi yang sangat kontras dan ekstrim mengenai betapa
berbedanya tabiat pengalaman hidup di dunia yang menipu dengan kehidupan sejati
akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:
“Pada hari kiamat
didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni
neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai
anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan
suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan
didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni
surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak
Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu
kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah
merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.”
(HR Muslim 5018)
Mengapa orang pertama ketika Allah tanya menjawab bahwa
ia tidak pernah melihat suatu kebaikan serta merasakan suatu kenikmatan,
padahal ia adalah orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia
dibandingkan segenap manusia lainnya?
Jawabannya: karena Allah telah paksa dia merasakan derita
sejati neraka –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala
kenikmatan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja
dari ingatannya.
Sebaliknya, mengapa orang kedua ketika Allah tanya
menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kesulitan atau merasakan suatu
kesengsaraan, padahal ia orang yang paling susah hidupnya sewaktu di dunia
dibandingkan segenap manusia lainnya?
Jawabannya: karena Allah telah izinkan dia merasakan kesenangan
hakiki surga –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala
penderitaan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja
dari ingatannya. Subhaanallah wa laa haula wa laa quwwata illa billah...!!!
Pantas bila Allah gambarkan bahwa saat sudah dihadapkan
dengan azab neraka orang-orang kafir bakal berharap mereka dapat menebus diri
mereka dengan sebanyak apapun yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya
pada saat itu mereka tidak sanggup dan tidak berdaya.
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini
seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka
dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima
dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.” (QS Al-Maaidah ayat 36)
Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang
digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur dan
Pesantren Darul Quran.
Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Darul Quran Nusantara
Bank Mandiri, A/C. 128 000 509 2975
Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828.
Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal
Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat.
Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
Semoga para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan
rizki berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.
Tulisan ini dikutip dari :