Assalaamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh.
Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Washalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil
anbiyaai wal mursaliin. Nabiyyinaa Muhammadin shallaallahu ‘alaihi wasallama.
Wa ‘alaa aalihi wa azwaajihii wa dzurriyyatihii wa ash-haabihii wa ummatihii
ilaa yamuddiin. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ammaa ba’du.
Saudaraku…
Yang dimaksud membiarkan Islam
terbengkalai adalah kita membiarkan Islam tanpa ada konsistensi yang baik
menapak di jalan-Nya. Sehingga agama ini tidak dapat menyelamatkan kita dari
kehinaan-kehinaan yang ditimbulkan oleh dunia. Bukankah agama ini diturunkan ke
dunia untuk menyelamatkan manusia dari berbagai banyak kehinaan? Karena itu
pula, maka kewajiban setiap muslim adalah menjaga agamanya dari penistaan
maupun pelanggaran syari’at-syari’atnya.
Apabila Anda hendak menjaga Islam,
caranya sangat sederhana. Anda cukup melakukan apa yang ditetapkan Allah bagi
Anda dan menjauhi larangan-Nya. Tentu saja dengan cinta dan kebahagiaan yang
besar berdekatan dengan Allah. Sangat sederhana bukan, tapi toh kebanyakan dari
umat ini terasa sangat berat memenuhinya.
Anda dapat bayangkan apa yang akan
terjadi ketika Islam hanya sekedar cetakan deretan huruf di atas KTP atau
dianggap sebagai simbol kepantasan suatu komunitas. Percayalah, ketidakmampuan
kita untuk merawat Islam dengan baik akan menjauhkan Anda dari Allah. Islam itu
layaknya sebuah benteng kokoh yang menjaga Anda dari serangan musuh. Dengan
demikian, kalau Anda tidak peduli dengan benteng ini, maka artinya Anda juga
tidak peduli dengan hidup Anda.
Membiarkan Islam dalam keadaan
terbengkalai berarti memberikan peluang bagi syaitan untuk menggerogoti Anda.
Logikanya Allah SWT tentu lebih suka kalau Anda merawat dengan baik agama yang
diridhai-Nya. Salah satunya dengan tidak mencampuradukkan urusan agama ini
dengan tujuan-tujuan duniawi.
Sebagian masyarakat kita cenderung
memanfaatkan Islam untuk mencapai tujuan-tujuan duniawi yang diinginkan. Sikap
ini dinamakan riya’.
Ketaatan-ketaatan yang dilakukan selalu berujung pada pengharapan terhadap
pujian atau sanjungan dari sesamanya. Dan kita sepakat bahwa sikap berpengharapan
terhadap makhluk sebenarnya memiliki resiko yang tinggi terhadap kelangsungan
agama ini. Karena pada akhirnya kita tidak lagi menganggap penting berdekatan
dengan Allah dan memenuhi ketentuan-ketentuan-Nya. Sehingga tidak perlu heran
kalau kemudian banyak ahli ibadah yang menginjak-injak agamanya sendiri.
Kalau Anda mengabaikan Islam, maka
Anda akan menemui diri Anda dalam tiga
keadaan. Keadaan pertama yang akan Anda temukan di dunia adalah hidup
Anda dipenuhi oleh angan-angan yang tidak ada akhirnya. Anda akan menemui
keadaan ini ketika kecenderungan Anda kepada dunia lebih besar daripada
kecenderungan Anda kepada Islam. Pada saat itu Anda tidak akan mampu melihat
kebenaran yang tampak di depan mata Anda, apalagi kebenaran yang disamarkan
oleh-Nya. Apabila Anda dalam keadaan tersebut, maka kesenangan dunia akan
terasa lebih menyenangkan daripada ketaatan kepada Allah SWT. Dan Anda akan
menghabiskan waktu hidup Anda hanya demi kesenangan tersebut.
Apabila kesenangan pertama telah
selesai maka akan disusul dengan kesenangan-kesenangan yang lainnya. Celakanya,
angan-angan terhadap kesenangan dunia ini seringkali tidak disertai dengan
usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapainya. Sehingga pada akhirnya mereka
pula yang akan diombang-ambingkan oleh kehidupan ini.
Orang yang hidupnya penuh
angan-angan sesungguhnya adalah manusia yang tidak produktif. Ia hanya terdiam
pada satu titik tanpa memberikan makna sama sekali. Jika Anda berbicara dengan
mereka, maka yang akan selalu Anda dengar adalah kata-kata ‘seandainya saya
begitu, maka saya akan ….’ Anda akan
terus mendengarnya hingga Anda akan berpikir kalau mereka akan mati karena
angan-angan tersebut. Hal ini disebabkan karena mereka menjauhkan diri mereka
sendiri dari agama Allah. Ia yang memberi banyak kemudahan kepada semua
makhluk-Nya, dan Ia juga yang berhak menyulitkan hamba-hamba-Nya.
Karena itu, jika Anda semakin dekat
dengan Allah, maka semakin dekat pula Anda dengan kemudahan-kemudahan-Nya. Anda
akan dituntun Allah menuju tujuan-tujuan Anda melalui jalan lurus dan tidak
berlubang, serta tidak menjerumuskan atau membingungkan Anda sendiri.
Sebaliknya, jika Anda mengabaikan Islam dan menjauhkan diri darinya, maka Allah
akan membiarkan Anda disibukkan oleh tujuan-tujuan Anda. Jalan yang Anda tempuh
akan terasa sesak dan gelap. Anda tidak akan dapat melihat cahaya apapun,
sehingga ketika berjalan Anda hanya meraba-raba seperti orang yang kehilangan
penglihatannya. Anda juga tidak memiliki pegangan yang dapat menegakkan punggung
Anda.
Sesungguhnya sangat merugi apabila
Allah SWT membiarkan Anda disibukkan oleh angan-angan Anda. Anda rugi karena
menghabiskan waktu Anda yang sangat berharga dalam kesia-siaan. Anda rugi
karena angan-angan Anda tidak memberikan manfaat apapun bagi diri Anda sendiri,
keluarga Anda, masyarakat Anda, apalagi agama Anda. Anda juga rugi karena
ketika semua orang mendapat pertolongan Allah berkat kedekatan dengan-Nya, Anda
dibiarkan berlarut-larut dengan angan-angan Anda. Perhatikanlah saudara-saudara
Anda yang memiliki kedekatan luar biasa dengan Allah. Perhatikan pula
saudara-saudara Anda yang menjaga Islam dengan ketaatan yang teguh.
Kalau Anda melihat mereka tidak
pernah bersedih, maka sesungguhnya Allah SWT telah menjaga mereka atas
kesusahan dan kepayahan mereka. Mereka telah membebaskan dirinya dari
angan-angan duniawi yang kosong, sehingga Allah memberikan mereka kebahagiaan
yang berlimpah atas nikmat yang banyak maupun sedikit. Mereka juga tidak
mengabaikan Islam satu detik pun dalam kesia-siaan. Dan lihatlah apa yang
diberikan Allah untuk pribadi-pribadi seperti ini. KEBAHAGIAAN TIADA BATAS,
saudaraku !
Berkaitan dengan hal ini Allah SWT
berfirman, “Janganlah sekali-kali kamu menunjukan pandanganmu kepada
kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara
mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” ( QS.
Al-Hijr: 88 )
Melalui ayat ini Allah menyampaikan
kekhawatiran-Nya apabila kita terlalu cenderung kepada keduniawian. Memperbesar
angan-angan adalah perilaku kaum kafir
yang menganggap sepele urusan akhirat. Dunia ini telah memberi pelajaran bahwa
semakin besar angan-angan kita semakin besar pula kemungkinan kita tenggelam
dalam angan-angan tersebut. Dalam angan-angan pula syaitan dan bala tentaranya
berkumpul memperdayakan manusia. Mereka datang bersama impian yang bertahta
berlian, sehingga menyilaukan mata hati bagi siapapun yang memandangnya terlalu
lama. Karena itu pula, mereka yang memperbesar angan-angannya tidak mampu
melihat cahaya kebenaran yang datang dari Tuhannya.
Sahabat Rasulullah Saw Ali bin Abi
Tholib ra. berkata, “ Betapa banyak orang yang berangan-angan dan
bercita-cita tetapi tidak mencapainya. Orang yang membangun rumah tetapi tidak
mencapainya. Pengumpul harta akhirnya ditinggalkannya karena mungkin
mengumpulkannya dari jalan yang batil atau untuk yang berhak tetapi tidak
ditunaikannya, lalu memikul dosa kemudian menghadap Tuhannya dengan penyesalan dan
merugi dunia dan akhirat. Dan itulah kerugian yang nyata.”
Apa yang disebutkan oleh Ali bin Abi
Tholib ra. adalah hasil akhir yang harus dipetik ketika agama diabaikan begitu
saja. Jalan-jalan akan terasa gelap dan menyesatkan. Apa yang dapat dipegang
belum tentu mampu menjadi pegangan yang baik. Dan Islam pada dasarnya
menawarkan cahaya dan pegangan yang kuat untuk melewati jalan tersebut. Tetapi
sayangnya kita tidak pernah mengerti bahwa itulah cahaya yang terang dan
menghangatkan hati.
Keadaan kedua yang
akan Anda temukan di dunia apabila Anda mengabaikan Islam adalah Anda menjadi
serakah yang tidak disertai qana’ah. Yang dimaksud dengan qana’ah adalah Anda
merasa cukup dengan rezeki maupun kenikmatan hidup lainnya yang diberikan oleh
Allah SWT. Orang yang memilki sikap qana’ah adalah orang yang selalu ridha
dengan perlakuan Allah yang ditetapkan baginya. Sedangkan orang yang
mengabaikan agamanya adalah pribadi yang memiliki kecenderungan yang sangat
kuat kepada dunia. Ia tidak akan merasa cukup dengan apa yang sudah ada di
tangan hari ini, meskipun pada saat ini ia memilki intan sebesar gunung. Ia
akan melihat adakah di sekelilingnya yang melebihi dirinya. Dan ia akan merasa
terganggu jika kemapanannya ada yang mengungguli.
Kekuatan Islam adalah memberi
petunjuk yang jelas mengenai bagaimana kita memperlakukan dunia. Karena dunia
adalah kendaraan menuju kepada Allah, maka suka atau tidak kita musti
mendekatinya. Tetapi sayangnya tidak semua orang mampu mengendalikan diri
ketika berinteraksi dengan dunia. Kebanyakan dari kita bukannya bersama dunia
mendekati Allah, tetapi sebaliknya dunia membawa kita kepada
keserakahan-keserakahan yang tidak ada habisnya. Itulah akibatnya ketika Islam
hanya dianggap sebagai identitas belaka. Maka yang diberikan Islam pun hanya
sekedar identitas yang kita inginkan, ia tidak memberi manfaat apapun ketika
kecenderungan kita kepada duniawi semakin besar.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman, “Dan
janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian
kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada
bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada
bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” ( QS. An-Nisa : 32 ).
Keserakahan pada awalnya bermula
dari ketidakpuasan kita terhadap rezeki yang ditetapkan Allah bagi kita semua.
Orang-orang seperti ini biasanya memandang dunia dan kesenangan-kesenangan yang
ada di dalamnya terlalu berlebihan. Sehingga entah disadari atau tidak perilaku
ini membuatnya terobsesi kepada kesenangan dunia dalam porsi yang tidak
sewajarnya. Akhirnya lahirlah keserakahan yang sedikit demi sedikit mengikis
keyakinannya terhadap kebenaran Islam.
Hingga pada satu titik ia akan
melepaskan pegangannya pada Islam, maka pada saat itulah ia berada dalam
kendali dunia seutuhnya. Dalam keadaan seperti ini bertindak zalim kepada anak
yatim dan fakir miskin untuk mendapatkan harta yang lebih banyak bukanlah hal
yang berat baginya. Karena ketika ia berada kendali dunia maka syaitan akan
datang menjadi teman dan sahabat
karibnya.
Mereka itulah yang disebut sebagai
pemburu dunia. Mereka adalah seorang pekerja keras yang sangat ulet, hanya
sayangnya rambu-rambu yang ditetapkan Allah dilanggarnya dengan sengaja.
Mungkin suatu ketika ia akan sampai pada tujuan yang dikehendaki, tapi dapat
dipastikan ia akan menjumpai dunia dalam sosok yang berbeda. Tanpa mengikuti
jalan yang lurus ia akan tenggelam dalam keduniaan yang ia puja-puja, dan
hidupnya tidak lebih hanyalah sekedar buih dilautan yang tidak memiliki
ketetapan arah. Hal ini timbul ketika ia
mengabaikan Islam dan suara-suara Allah yang berada di dalamnya. Menjadi
serakah terhadap duniawi setelah
mengabaikan Islam bukanlah tanpa resiko.
Perhatikanlah sekeliling Anda!
Berapa banyak orang yang memilki kecenderungan yang besar kepada dunia
kehilangan kebahagiaannya. Ketika ia pergi ke keramaian atau ke tempat yang
sunyi untuk menghibur diri maka kegelisahannya tidak akan berakhir. Yang akan
terjadi pada orang-orang seperti ini adalah kegundahan dan kekhawatiran yang
tidak pernah habis terhadap kekayaan yang dimilikinya. Dan untuk itu ia harus
menggunakan seluruh waktunya hanya untuk kekhawatirannya tersebut. Setidaknya
inilah yang akan Anda alami ketika Anda mengabaikan Islam.
Keadaan ketiga yang
akan Anda temukan apabila Anda mengabaikan Islam adalah Anda tidak akan
merasakan kenikmatan beribadah. Kenikmatan beribadah kepada Allah tumbuh dari
rasa cinta dan pengabdian yang besar kepada-Nya. Sehingga apabila semakin besar
ketaatan seseorang maka semakin lezat pula setiap ibadah yang dilakukannya.
Orang yang mengabaikan Islam adalah orang yang memiliki kecenderungan yang kuat
kepada dunia. Karena itu pula ketika ia beribadah kepada Tuhannya, maka yang
dibawanya pun hanya dunia.
Ketika ia shalat, maka pikirannya
terus dipenuhi tentang pekerjannya yang belum selesai dan rencana-rencana yang
digagasnya. Ketika ia bershadaqah, maka otaknya penuh perhitungan tentang
keuntungan yang akan diperolehnya dengan uang sekian rupiah. Ketika ia
berpuasa, maka pikirannya akan terus ketakutan jika ia jatuh sakit lalu tidak
mampu menghasilkan pundi-pundi harta lebih banyak lagi. Demikian juga ketika ia
menunaikan haji, maka pikiranya akan selalu terbayang dengan penghormatan dan
sanjungan tetangga dan sahabat kepada dirinya.
Utsman bin Affan ra pernah berkata, “Aku
menemukan kenikmatan beribadah dalam empat hal, yaitu, ketika mampu menunaikan
kewajiban-kewajiban dari Allah, ketika mampu menjauhi segala sesuatu yang
diharamkan Allah, ketika mampu melakukan ’amar ma’ruf dan mencari pahala dari
Allah, ketika mampu melakukan nahi munkar dan menjaga diri dari murka Allah.”
Perkataan sahabat Rasulullah Saw ini
sama sekali tidak menunjukkan keterkaitan kenikmatan beribadah dengan
kecenderungan kepada dunia. Padahal beliau pada saat itu dikenal sebagai
seorang hartawan. Sebaliknya sahabat Rasulullah Saw, Utsman bin Affan ra.
kembali menegaskan bahwa kenikmatan beribadah hanya terletak pada setiap
pribadi yang mampu mengikat syariat agamanya dengan kuat pada setiap gerak
langkahnya. Orang yang menganggap remeh kalimat syahadatnya, shalatnya,
puasanya, zakatnya maupun haji yang dikerjakannya pastilah orang yang tidak
akan merasakan kenikmatan berdekatan dengan Allah. Karena mereka hanya
menempatkan peribadatan kepada Allah pada prioritas nomor kesekian.
Hal ini disebabkan oleh hidup meraka
lebih banyak berkecimpung kepada keduniawian, tetapi tidak meyertakan Islam di
dalamnya. Andai saja mereka tidak meninggalkan Islam ketika mengejar dunia,
maka mereka akan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tidaklah penting berapa
keuntungan yang diperoleh dengan cara seperti ini, tetapi mereka memiliki
motivasi keduniaan yang lebih sehat. Mereka bekerja dengan menyebut nama Allah
dan menjaga setiap pekerjaan dan keuntungan yang diperolehnya dengan agama yang
diyakini kebenarannya. Pada titik inilah setiap sisi kehidupan yang dijalaninya
akan mendekatkan dirinya kepada Allah. Setiap tindakan yang dilakukannnya akan
membuatnya merasakan lezatnya beribadah kepada Allah.
Demikianlah tiga keadaan yang akan
Anda temui ketika Anda membiarkan Islam terbengkalai. Tiga keadaan tersebut
menunjukkan hilangnya makna hidup ketika manusia tidak merawat agamanya dengan
baik. Islam datang dengan segala kebaikannya sebagai cahaya terang bagi
manusia. Hanya manusia yang mampu memelihara cahaya tersebut sajalah yang akan
memperoleh terangnya. Sedangkan bagi orang-orang yang menodai cahaya tersebut,
maka ia akan menemukan dunia dalam keadaan yang sangat suram.
Saudaraku,…
Begitulah yang pernah dijanjikan
Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya. Karena itu, jagalah Islam dengan sebaik
mungkin, agar terangnya memberikan banyak kebaikan kepada Anda dan lingkungan Anda seluruhnya. Allah
SWT akan memberikan balasan yang menyenangkan
bagi orang-orang yang menjaga Islam dan membelanya dari banyak
kemungkaran.
Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Washalaatu
wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaai wal mursaliin. Nabiyyinaa Muhammadin
shallaallahu ‘alaihi wasallama. Wa ‘alaa aalihi wa azwaajihii wa dzurriyyatihii
wa ash-haabihii wa ummatihii ilaa yamuddiin. Wassalaamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh.
TRI AGUNG SETYAWAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar