Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuhu. Allahumma shalli shalatan
kamilatan wasallim salaaman taamman ‘alaa sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu
bihil ‘uqodu watanfariju bihil kurobu watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihir
raghaa-ibu wahusnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa
aalihii washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil
laka.
Saudaraku,…
Bagi
semua orang yang berpikir, ada banyak hal untuk direnungkan dalam penciptaan
malam. Allah mengemukakan ini kepada manusia dalam ayat Al Qur'an berikut: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang
besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka
dengan serta-merta mereka berada dalam kegelapan” (QS Ya Sin, 36:37).
Salah
satu hal penting dalam penciptaan itu tersimpan dalam hilangnya cahaya secara
perlahan-lahan dan semakin gelapnya langit. Karena peralihan yang lambat ini,
makhluk hidup dengan mudah menjadi terbiasa dengan perbedaan cahaya dan suhu
antara siang dan malam dan tidak menghadapi bahaya karena perbedaan tersebut.
Allah, dengan ilmu dan kekuasaan-Nya Yang Mahatinggi, memiliki belas kasih
kepada hamba-Nya dan semua makhluk hidup, dan dia memberikan nikmat tersebut
kepada semua orang. Namun sebagian besar manusia tidak memikirkannya walau hanya
sekali saja dalam kehidupan mereka.
Ketika seseorang yang
menjalani hidup menurut nilai-nilai Al Qur'an memikirkan hal ini, dia melihat
bukti lain dari apa yang difirmankan Allah dalam ayat ke-92 Surat Yusuf: “… dan Dia adalah Maha Penyayang di antara
para penyayang." Tidak ada keraguan bahwa bergantinya siang dan malam
merupakan salah satu dari nikmat yang tidak terhitung jumlahnya yang diciptakan
Allah untuk manusia. Supaya dapat memahami ini dengan lebih baik, Allah
mengajak kita memperhatikan akan hal ini di dalam Al Qur'an:
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika Allah
menjadikan untukmu malam terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan
selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu
tidak mendengar?" Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah
menjadikan untukmu siang terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan
selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu agar kamu beristirahat
padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS Al Qashash,
28:71-72)
Allah menciptakan keadaan,
keseimbangan, dan sistem yang diperlukan untuk siang dan malam. Hanya Allah
yang mampu menolong jika salah satu dari semua hal ini tidak ada. Apabila Allah
menghendaki, dia dapat menciptakan siang terus-menerus atau malam terus-menerus.
Akan tetapi, makhluk hidup tidak mampu bertahan hidup dalam keadaan semacam
itu. Jika keadaan semacam itu terjadi, kehidupan di bumi akan berakhir. Tidak
ada keraguan bahwa Allah menciptakan siang dan malam dalam keteraturan yang
sempurna, yang menyediakan lingkungan tempat makhluk hidup mampu bertahan. Ini
adalah tanda kasih sayang dan belas kasihan-Nya. Dalam ayat yang mengikuti ayat
sebelumnya, Allah berfirman sebagai berikut:
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya
(pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS Al Qasas, 28:73)
Orang yang merenungkan alasan
di balik bergantinya siang dan malam hanyalah orang yang menggunakan akal pikiran
untuk memikirkan penciptaan tersebut, dan mereka yang takut kepada Allah,
yaitu, yang menjalani hidup sesuai dengan Al Qur'an. Allah menerangkan ini
dalam beberapa ayat:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS Ali ‘Imran, 3:190)
“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang
diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.” (QS Yunus, 10:6)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS Al Baqarah, 2:164)
Allah menciptakan metabolisme
manusia yang membutuhkan istirahat di malam hari. Dia menerangkan hal ini dalam
ayat-ayat berikut:
“Dialah yang menjadikan malam bagimu supaya kamu beristirahat padanya dan
(menjadikan) siang terang-benderang (supaya kamu mencari karunia Allah).
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang mendengar.” (QS Yunus, 10:67).
“Allah-lah yang menjadikan malam untukmu supaya kamu beristirahat padanya;
dan menjadikan siang terang-benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai
karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak
bersyukur.” (QS Al Mukmin, 40:61).
Selain sebagai waktu
beristirahat, malam memiliki sifat lain yang sangat istimewa. Salah satu alasan
diciptakannya malam adalah karena waktu yang penuh kedamaian dan ketenangan di
seluruh penjuru dunia ini sangat bernilai untuk kegiatan ibadah tertentu.
Dibandingkan dengan siang hari, malam hari lebih memberikan kemudahan untuk
berpikir, membaca, dan berdoa. Allah menerangkan ini di dalam Al Qur'an:
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan
bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai
urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah
kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS Al Muzzammil, 73:8)
Adalah lebih mudah bagi kita
untuk memusatkan pikiran di malam hari untuk memikirkan keajaiban ciptaan
Allah, membaca Al Qur'an dan berdoa. Orang beriman yang menyadari hal ini tidak
akan menghabiskan seluruh malam hanya dengan tidur atau beristirahat. Diam-diam
dia akan menghadap Allah untuk menyampaikan kebutuhannya dan memohon
pengampunan atas segala kekeliruan dan kesalahannya. Dia akan menilai hari yang
telah berlalu, meninjau ulang kekeliruan yang telah dibuatnya, menyesali
kesalahannnya, dan memohon ampun. Dia akan menjalani waktunya di jalan yang
disukai Allah, mengingat-Nya, dan mencoba untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dia akan memikirkan banyak hal seperti keberadaan Allah dan kemuliaan-Nya, Al
Qur'an, rancangan alam semesta yang luar biasa, makhluk hidup di bumi dengan
sistem yang tanpa cacat, nikmat yang terus-menerus diciptakan Allah, Surga,
Neraka, dan keabadian. Perilaku orang beriman yang mengabdikan sebagian malam
untuk beribadah dipuji oleh Allah dalam beberapa ayat Al Qur'an:
“(Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu ialah)… orang yang melalui
malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS Al Furqan, 25:64)
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdo'a kepada
Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap.” (QS As Sajdah, 32:16)
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran.” (QS Az Zumar, 39:9)
Dengan jalan ini, orang
beriman melaksanakan Sunnah Nabi kita SAW yang menghabiskan sebagian waktu
setiap malam dengan berdoa, renungan, dan dengan ibadah. Hal ini disebutkan
dalam satu ayat:
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang)
kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan
(demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu…” (QS Al Muzzammil, 73:20)
Sebuah hadis telah disampaikan
kepada kita, bahwa Nabi kita SAW berdoa agar Allah memberinya watak dan perbuatan
yang baik. Diriwayatkan bahwa beliau berdoa sebagai berikut:
“Ya Allah, jadikanlah jalan dan perbuatanku menjadi baik. Ya Allah,
selamatkanlah aku dari sifat dan perbuatan yang buruk.” (Imam Ghazali, Ihya
Ulumuddin)
Tidak boleh dilupakan bahwa,
seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, tidur adalah layaknya kematian. Bila
Allah menghendaki, seseorang tidak akan bangun lagi. Dengan alasan ini, menit
terakhir sebelum tidur bisa jadi merupakan kesempatan terakhir bagi seseorang
untuk memohon ampun. Allah menerangkan ini dalam Al Qur'an:
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang)
yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang
ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS Az Zumar, 39:42)
Orang beriman yang hidup
sesuai dengan ajaran Al Qur'an mengetahui nilai dari kesempatan yang diberikan
oleh Allah kepadanya ini (mungkin yang terakhir baginya) sebelum tidur. Dia
menyimpannya dalam ingatan dan dengan ikhlas mendekatkan diri kepada Allah; dia
memohon ampun atas tindakannya yang salah, memohon pertolongan Allah dalam
segala hal, dan berdoa hanya kepada-Nya dalam larutnya malam.
Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin. Allahumma shalli shalatan kamilatan
wasallim salaaman taamman ‘alaa sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu bihil
‘uqodu watanfariju bihil kurobu watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihir
raghaa-ibu wahusnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa
aalihii washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil
laka. Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuhu.
Tulisan ini dikutip dari
e-book “24 JAM DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM MENURUT
AJARAN AL QUR’AN”, yang ditulis oleh Harun Yahya.
Tulisan
ini diedit kembali oleh: