Rasulullaah
Muhammad Saw memberi perumpamaan dengan bersabda: “Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual
minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka kamu kemungkinan dia memberimu
hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandaibesi,
maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu
atau engkau menemukan bau anyir” (HR Bukhari dan Muslim)
Lebih
jauh, beliau menyatakan; “Seseorang tergantung
agama temannya, maka hendaklah seorang di antara kalian melihat teman bergaulnya”
(HR Abu Dawud, An-Nasa’i)
Tidak
heran kalau Rasulullah menilai para sahabatnya sebagai orang-orang terbaik. Pasalnya,
yang menjadi teman dekat para sahabat itu adalah orang yang paling bertakwa
diantara seluruh umatnya (Rasulullah).
“Sebaik-baik manusia adalah
yang sezaman denganku. Kemudian orang-orang yang sesudahnya. Kemudian
orang-orang yang sesudahnya” (HR Bukhari, Muslim )
Ibnu
Mas’ud berkata; “Barangsiapa di antara kamu
yang ingin mengambil teladan, maka hendaknya dia berteladan dengan para sahabat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, karena mereka adalah orang-orang yang
paling baik hatinya di umat ini, paling dalam pemahaman (agamanya), paling jauh
dari sikap berlebih-lebihan, paling lurus petunjuknya, dan paling baik keadaannya,
mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi sahabat nabi-Nya,
maka kenalilah keutamaan mereka dan ikutilah jejak-jejak mereka, karena sesungguhnya
mereka berada di atas petunjuk yang lurus.”
Teman
yang baik, bukanlah teman yang sekedar selalu mau menerima dan mendukung segala
keinginan kita. Kemanapun pergi selalu menemani. Dan apa pun yang kita minta darinya
selalu dipenuhi. Lebih dari itu, teman yang baik adalah teman yang bersedia mendukung
setiap amal shaleh. Mengingatkan di saat lupa. Menasehati di kala salah dan lain
sebagainya. Intinya, bias menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah.
Diriwayatkan
dari Rasulullahs hallallahu alaihi wasallam; “Sebaik-baik kalian adalah, yang menjadikanmu ingat kepada Allah dengan
melihatnya. Kata-katanya, menambah amal-amal shalihmu. Dan amal ibadahnya,
menjadikanmu semakin cinta kepada akhirat.”
Sebisa
mungkin, kita mencari teman-teman yang seperti ini.Teman yang setiap kata,
perbuatan dan penampilannya senantiasa mengajak kita menuju kebaikan dan perbuatan
baik. Jika tidak menemukan yang seideal itu, pilihlah teman yang dapat mencegah
dari berbuat maksiat dan mengajak ke perbuatan baik. Namun, bila tidak juga mendapatkannya,
minimal orang yang kita jadikan teman itu
adalah orang yang tidak suka memperturutkan hawa nafsunya. Sehingga ia tidak akan
mengajak kita berbuat maksiat. Sekalipun dia orang yang kurang ilmu. Karena berteman
dengan orang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsu, sangat lebih baik daripada menjadikan teman
orang pintar yang suka mengekor pada hawa nafsu.
Ibnu
‘Athaillah berkata; “Pangkal dari segala kemaksiatan,
syahwat, dan kelalaian adalah ridhat erhadap nafsu. Dan pangkal dari setiap ketaatan,
kewaspadaan, dan kemuliaan, adalah ketiadaan
ridha terhadap nafsu. Bersahabat dengan orang bodoh yang tidak memperturutkan nafsunya
adalah lebih baik bagimu daripada bersahabat dengan orang pintar yang
memperturutkanhawanafsunya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar