Yang kita perlukan di
kehidupan ini adalah tauhid, iman dan amal saleh. Yang kita
perlukan adalah Allah. DIA Maha Mendengar, DIA Maha Melihat. DIA Maha
Mengabulkan. DIA Maha Kuasa.
Sempatkan baca tulisan selangan ini ya… Sebagai contoh
satu interaksi antara seorang manusia dengan Khaliq-Nya, dengan Allah. Saat
saya menyempurnakan tulisan ini, saya sempatkan mandiin anak-anak saya. Saya
mencoba mengikuti apa yang dicontohkan ibu saya. Mandiin saya di waktu kecil
dengan “air doa”, dengan “air shalawat”.
Maksudnya apa?
Maksudnya, sambil mandiin sambil doa sambil shalawat. Doa
dan shalawat itu bisa diucapkan lewat lisan, dan bisa diucapkan lewat hati.
Tatkala saya membuka pakaian anak-anak, saya baca doa dan baca shalawat. Apa
yang diperlukan sama anak kita untuk hari yang dilaluinya, dan apa yang kita
inginkan dari anak kita, dari Allah, kita sampaikan kepada Allah. Sambil buka
bajunya kita sampaikan kepada Allah. Demikian tatkala nanti mengeringkan
badannya anak, dan memakaikan pakaiannya. Saya coba penuhi dengan doa dan
shalawat kepada Rasul.
Kelak bukan hanya saat mandiin, ngeringin badan, makein
atau buka baju, doa dan shalawat. Namun di banyak kesempatan. Tatkala bangunin
mereka dari tidur, dan tatkala nidurin mereka. Tatkala mereka pamit sekolah dan
pulang dari sekolah. “Mandiin” diri anak-anak kita dengan doa dan shalawat.
Jangan pelit-pelit berdoa dan bershalawat. Selain itu sebagai tanda Saudara
terhubung terus sama Allah, juga ia menjadi pahala buat Saudara. Menjadi
sesuatu yang bila “dikumpulkan” sebagai bekal hari akhir, akan sangat besar
juga. Sebab doa dan shalawat adalah ibadah. Usahakan doa dan shalawat itu
terucap. Supaya anak kita juga dengar, dan menjadi pembelajaran. Dan usahakan
lagi doa dan shalawat itu pake hati. Yang tulus, yang yakin.
UNTUK SAUDARA YANG BELOM MEMILIKI ANAK KETURUNAN, DAN BAHKAN
YANG BELOM MEMILIKI JODOH, saya doakan Saudara segera diberi hadiah Allah jodoh
yang saleh salehah dan keturunan yang saleh salehah. Saya HENTIKAN dulu menulis
ini, mudah-mudahan ini tidak menjadi riya dan sum’ah. Saya hentikan sebab saya
mau shalat dua rakaat, shalat sunnah hajat, untuk Saudara-Saudara Onliners yang
betul-betul belom memiliki jodoh dan keturunan. Agar Saudara betul-betul diberi
Allah. Laa-ilaa-ha-illaallah. Hanya Allah yang bisa menghadirkan jodoh dan anak
keturunan buat Saudara. Dan Allah Maha Kuasa.
Ok, mohon izin sebentar saya ambil wudhu, shalat, dan
baca shalawat, untuk Saudara.
Dan kiranya beginilah Saudara bagi saudaranya Saudara
yang lain. Salingmemberi hadiah kebaikan dan doa. Buat yang luang waktunya, dan
dalam keadaan bisa shalat, silahkan jeda sebentar, ambil wudhu juga, lalu
shalat sunnah 2 rakaat, dan baca shalawat. Shalawatnya 10x cukup, sebagai
pengantar doa Saudara buat diri Saudara dan buat saudaranya Saudara, termasuk
saudaranya Saudara di KuliahOnline ini yang boleh jadi Saudara sama sekali ga
tau dan ga kenal. Sebut saja dalam doa yang sederhana: Ya Allah, bila ada
peserta KuliahOnline yang belom memiliki jodoh dan anak keturunan, berikan
mereka jodoh dan anak keturunan, yang saleh salehah lagi bagus dunia
akhiratnya. Kira-kira begitu.
Nanti nih, salah satu yang diajarkan di KuliahOnline
adalah Saudara berdoa untuk orang lain. Tidak selalu harus untuk diri Saudara
sendiri. Hal sepele seperti Saudara mendengar tangisan anak bayi di dalam bus,
sama-sama penumpang, Saudara kemudian sempatkan mendoakan anak tersebut supaya berhenti
nangisnya dan nyaman ibunya, nyaman juga penumpang lain. Ada kawannya Saudara,
satu kantor, “terdengar” oleh Saudara, bahwa ia kena kanker, Saudara doakan
dia. Saudara bisa memberitahu yang didoakan, sebagai kebaikan, atau Saudara
boleh menyembunyikannya. Terserah saja. Jika diberi tahu kepada yang didoakan,
seperti saya memberi tahu Saudara semua bahwa saya hentikan
dulu ngajarnya untuk shalat dan doa, niscaya akan
senanglah hatinya. Sebab didoakan. Didoakannya pake shalawat dan shalat lagi.
Dan ini semua insya Allah jadi kebaikan buat kita juga.
***
Mudah-mudahan Saudara yang sudah sampe ke paragraf ini
dalam keadaan sudah mengikuti saya; shalat, doa dan shalawat untuk yang lain.
Saya shalat atas izin Allah dengan membaca ayat yang di
dalamnya ada perihal jodoh dan anak keturunan. Silahkan ikut dibuka Qur’annya.
Saudara baca Qs. Aali ‘Imraan: 33-51 dan Qs. al Anbiyaa: 87-92. Insya Allah di
sesi berikutnya saya sampaikan bacaan Qur’an saya dari ayat-ayat tersebut.
Insya Allah akan segera diupload seperti al An’am tempo hari. Sebagai bacaan
hadiah buat Saudara.
Nanti perhatikan al Anbiyaa ayat 89, kata-kata “fardan”
sebenernya menunjukkan kesendirian Nabi Zakaria dan istrinya yang belom
memiliki anak keturunan. Tapi insya Allah tidak mengapa dipake buat yang belom
memiliki jodoh. Mudah-mudahan Allah yang menurunkan wahyu, tidak menyalahkan
ayat ini dipake juga sebagai doa buat yang belom berjodoh.
Oh ya, sekedar jadi pelajaran tambahan di sesi ini, tadi
saya doakan juga sekalian buat YANG SUDAH PUNYA JODOH DAN ANAK KETURUNAN. Supaya
masing-masing jodoh dan anak keturunan yang saleh salehah, dan menjadikan diri
kita semua hamba-hamba-Nya yang saleh salehah. Aamiin.
Ok, saya menyita Saudara semua ya? Engga lah. Kiranya ini
pelajaran juga buat Saudara.
Alhamdulillaah saat menulis ini dan usai shalat, shalawat
dan doa, ibu kandung saya datang. Saya gunakan kesempatan untuk mendoakan
Saudara semua. Allah Maha Luar Biasa. Saya sedang mengenang masa kecil saya
bersama ibu yang kemudian jadi pelajaran buat Saudara semua. Bukan sekedar mengenang.
Tapi saya tulis. Eh yang ditulis, datang. Subhaanallaah. Nikmat benar Saudara
ini. Mudah-mudahan Onliners yang datang belakangan pun mendapatkan limpahan
berkah ini. Aamiin.
***
Sekedar mengenang, waktu kecil sampe agak besar, saya
dimandiin sama ibu saya. Saat dibuka bajunya, dan dipakaikan kembali baju yang
lain, ibu saya membaca doa dan shalawat.
Kebayang ya?
Sehabis mandi, saya didirikan di atas bale batu. Di sana
saya dikeringkan dan dipakaikan pakaian. Nah, sambil ngeringin dan makein, saya
diajak bicara sama ibu dan dibacakan shalawat. Saya mengingat, ada doa dari ibu
yang dari hari ke hari doanya iiiiiitttuuuu itu saja. Relatif hampir
sama.
Kata beliau: “Ibu doainn mudah-mudahan nanti Kamu bisa
pergi ke Mekkah seperti pergi ke depan pintu. Kapan mau pergi, tinggal jalan
ajah. Malahan kalau mau pergi keluar negeri yang lain, kayak ke pasar ajah.
Tinggal jalan”.
Doa ini saya katakan, hampir sama saya dengar saban
harinya. 1 hari dimandikan 2x. Sehari saya didoain dengan doa yang relatif
sama. Ada tambahan-tambahannya, disesuaikan dengan keadaan. Tapi yang paling
rutin dan sering adalah itu. Doa lainnya yang rutin dan sering adalah: “Mudah-mudahan
bisa menggantikan Guru Mansur. Jadi ulama besar. Jadi orang yang didenger”…
Makin saya besar, makin saya “mengerti” bahwa doa ibu
saya itu ga mungkin dikabul Allah. Pergi ke Mekkah masa sama dengan pergi ke
depan pintu. Yang bener aja?
Protes lah saya. “Bu… Kalo doa itu ya yang
mungkin-mungkin aja. Jangan yang
ga mungkin…”
Alhamdulillah, saya malah “disemprot”…
“E e e e e… Mana ada yang ga mungkin buat Allah…? Kalau
Allah sudah bilang
Kun, Fayakuun…!!!”
“Lagian, ibu baca doanya pake shalawat. Ga mungkin ga
dikabulkan.”
Saya diem dah tuh. Dan terus menikmati doa dan
shalawatnya ibu.
Dan waktu pun berjalan. Zaman dan situasi berbeda. Dulu,
umrah itu ga booming kayak sekarang. Pergi haji juga barangkali ketika
saya kecil, ga dikenal pergi haji plus. Paling tidak, ga kayak sekarang dah.
Subhaanallaah, nah doa ibu ketika mandiin saya, ngeringin badan saya, dan
makein pakaian saya, dikabul Allah. Makin nyatalah bahwa DIA adalah Allah.
Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah.
Belajar dari situ, belajar bahwa ga ada yang ga mungkin
kalo kita berdoa, dan belajar untuk percaya dan yakin sama Allah, maka saya
coba terapkan ulang sama anak-anak saya. Momen-momen apa saja dipakai untuk
berdoa, mendoakan, dan didoakan. Berdoa bareng maksudnya, mendoakan anak, dan
minta didoain anak.
Alhamdulillah, pagi-pagi saat mau menyempurnakan tulisan
ini, masih dikasih kesempatan sama Allah mandiin anak dan menyiapkan
sekolahnya.
Tatkala saya anter pake motor menuju sekolahnya,
anak-anak, 2x angkut, karena 4 orang, he he he, saya ajak bershalawat di atas
motor. “Ayo Bang, ayo De… kita baca shalawat….”. Lalu saya pimpin bacaannya.
Kadang saya ganti sama baca tasbih. Kadang saya ganti sama ngobrol ringan sama
anak-anak.
Okkeh, anak-anak sudah sekolah, dan alhamdulillah,
makasih kepada Allah, masih diberi kesehatan dan umur. Mudah-mudahan kita semua
diberi-Nya kesempatan untuk beribadah dan menyiapkan sebaik-baiknya amal dan
sebanyakbanyaknya amal untuk bekal hari akhir.
Bismillaah ya. kita mulai belajar. He he, maaf ya. Dari
tadi udah belajar sebenernya. Tapi belajar “selangan”. Berikut ini materi
sebenernya dari sesi ke-2.
Maaf, maaf, maaaaaaaaaafff… Semoga manfaat.
Oh ya, supaya ga bingung, saya beritahu. Tulisan berikut
ini ditulis dengan waktu YANG BERBEDA. Bukan berarti saya menulis selangan,
lalu kemudian dirangkai tulisan berikut ini. Bukan. Tulisan berikut ini sudah
ditulis duluan. Dan nulisnya beda. Kalo yang selangan ditulis pagi hari. Kalo
yang berikut ini ditulis sebelom datang waktu shubuh. Ini saya sampaikan supaya
Saudara ga bingung…
***
Oh ya, waktu belajar di Mukaddimah dulu, bagaimana dengan
ayat 160 s/d 165 Surah al An’aamnya? Sudah dilihat, dibaca dan diusahakan untuk
dipahami? Sudah didownload juga kah audionya? Dan apakah sudah dihafal sekalian
buat dibaca dalam shalat-shalat kita?
Mudah-mudahan udah ya.
Ok. Semoga Allah Yang Maha Patut Disembah, yang kehadiran
kita ini adalah hanya untuk menyembah-Nya dan beribadah kepada-Nya, berkenan mengizinkan
kita-kita yang lemah dan hina ini mengenal-Nya, dan dekat dengan-
Nya. Amin.
Dan ayat-ayat tersebut (al An’aam 160-165) di antaranya
dijadikan rangkaian bacaan Takbirotul Ihroom di dalam shalat setelah
takbir. Pernyataan Materi bahwa hidup kita, dengan segala gerak geriknya,
adalah untuk Allah dan karena Allah.
Ya Allah, ini tidak gampang, kecuali Allah lah yang
membimbing kita dan memberi kita taufik dan hidayah-Nya.
***
Saudara-saudaraku semua, ingin rasanya saya gemakan terus
kalimat tauhid ini di hati ini. Saya jaga jangan sampai ia lepas. Bahwa Laa-ilaa-haillallaah,
tidak ada Tuhan selain Allah. Termasuk di urusan rizki. Tidak ada pemberi rizki
kecuali Allah. Tidak ada rizki selain dari Allah. Tidak ada cara mencari rizki
kecuali caranya Allah. Tidak ada tuhan selain Allah pokoknya.
Saya mau meyakini Kalimat Tauhid ini, supaya enteng hidup
saya, tidak kelelahan di dalam mencari dan menikmati dunia, dan menjadikan
Allah sebagai Sentral Kehidupan saya.
Tidak mudah. Karenanya saya mau bersungguh-sungguh dan
berdoa. Memohon taufiq dan hidayah-Nya.
Saya melihat tidak sedikit manusia yang kelelahan mencari
dunia. Sebab yang ia cari memang hanya dunia. Tiada ia tempuh jalan-jalan
ibadah yang mengantarkannya kepada Pemilik Dunia.
Saya tidak mau menjadi bahagian dari orang-orang yang
kelelahan itu. Dan saya pun menginginkan Saudara semua tidak menjadi bahagian
yang kelelahan.
Sungguh aneh manusia ini. Dan begitu lah juga saya
melihat keanehan itu pada diri saya. Semoga tidak ada keanehan ini pada diri
Saudara semua.
Pagi-pagi semua beterbangan mencari rizki ke tempat
tujuannya masing-masing, sesuai dengan profesinya masing-masing. Tapi pagi-pagi
juga sudah ada “yang dilupakan”, dan ada “tempat yang dilupakan”.
Kenal Allah? Tahu Allah?
Ga mungkin ya ga kenal dan ga tahu.
Kenal Rumah-Nya?
Ada yang menjawab dengan gagah, kenal. Tahu. Masjid kan?
Betul. Dan itulah “dua yang dilupakan”: Allah dan
Rumah-Nya.
Saudara boleh saja menolak dan mengatakan, saya ga lupa
koq sama Allah.
Saya tinggal jawab, “Masaaaa…???”
Tentu saja saya berharap, semua Onliners adalah
orang-orang yang tidak pernah lupa dan lalai. Atau paling tidak, merupakan
orang yang mulai belajar untuk tidak melupakan dan melalaikannya.
Andai Allah boleh dibayangkan, dilukiskan, divisualkan,
sesuatu yang aneh, terjadi. Tentu saja ini tidak boleh. Tapi saya melakukannya
untuk mempermudah penggambaran betapa kita-kita sungguh aneh.
Bayangkan Allah “berdiri” di depan Rumah-Nya. Di depan
masjid. Bersama malaikat-malaikat-Nya. Lalu Allah “melihat” kita seliweran sana
seliweran sini, mengejar rizki. Ada yang berjalan cepat, ada yang tergesa-gesa,
dan ada pula yang biasa aja. Ada yang naik ojek, ada yang nunggu busway, ada yang
naik kendaraan pribadi. Ada yang gelap-gelap udah jalan, ada yang matahari udah
mau naik jalannya.
Ya. Allah melihat kita seliweran, lalu lalang, di depan
rumah-Nya, di depan masjid-Nya. Mencari rizki, berburu rizki.
“Siapa mereka?”, begitu “mungkin” Allah bertanya kepada
malaikat-malaikat-Nya.
Saudara ga usah berkernyit ya. Masa Allah “nanya” sama malaikat-Nya…
Sekali lagi, lukisan ini untuk “menampar” kita semua.
Agar sedikit mau mengenal
dan melibatkan Allah. Mencari rizki adalah pekerjaan
mulia. Ia menjadi ibadah yang sangat hebat. Shalat “hanya” 5-10 menit. Tapi
ibadah yang namanya “kerja” bisa 10-12 jam dihitung dari mulai jalan hingga
pulangnya. Setara mungkin durasinya dengan ibadah yang namanya puasa. Maka
jangan sia-siakan ibadah yang satu ini, dengan memberi nilai lebih, dengan
memberi bobot lebih. Mulailah dari hal yang sederhana yang Saudara bisa petik
dari hikmah lukisan dialog dan keadaan ini.
Kita ulangi lagi…
“Siapa mereka?”, begitu “mungkin” Allah bertanya kepada
malaikat-malaikat-Nya tatkala menyaksikan hamba-hamba-Nya yang perlu akan
rizki-Nya, tapi shubuhan “ga sowan” ke Allah, he he he. Ga sowan ke rumah-Nya.
Sama rizki-Nya, perlu. Sama Allah malah ga perlu. Sama tempat rizki, diburu.
Takut banget terlambat, takut banget dianggap ga disiplin. Tapi sama “sumber
rizki” ga kenal. Sehingga merasa ga datang pun ga apa.
Malaikat menjawab, “Mereka adalah hamba-hamba-Mu…”
“Mau kemana mereka?”
“Mereka mau mencari rizki-Mu.”
“Kemana mereka berjalan? Kemana mereka menuju?”
“Ke tempat pekerjaan dan usahanya masing-masing wahai
Allah…”
“Tidak kah mereka tahu Aku Yang Maha Memberi Rizki ada di
sini?”
Allah berdialog dengan malaikat-malaikat-Nya “di depan”
masjid-Nya, di depan
Rumah-Nya.
Malaikat menjawab, “Tahu tapi kayak ga tahu… Paham tapi
kayak ga paham. Ngerti tapi kayak ga ngerti…”
“Kenapa bisa-bisanya manusia melewati diri-Ku, melewati
tempat-Ku? Lalu bisa-bisanya mereka menuju rizki-Ku, mencari rizki-Ku, tanpa
tahu Aku ada di sini? Sedang Aku lah yang mengizinkan apa yang dicari oleh
mereka menjadi didapat.”
Saudaraku, itulah sebagian keanehan kita, yang akhirnya
banyak di antara kita yang kelelahan. Punya duit kayak ga punya duit. Tetap
tidak berdaya menghadapi hidup ini. Tetap ada ketidaknikmatan di tengah nikmat.
Lihat saja diri kita. Mestinya shubuh-shubuh kita sudah
bergegas menuju Allah, menuju masjid-Nya, menuju Yang Maha Memberikan rizki
yang kita cari. Tapi apa yang terjadi? Saya menyebut: Pagi-pagi tempat itu
sudah kita lupakan. Sejak pagi. Sejak gelap. Yang kita pedulikan hanya tempat
kita bekerja. Allah, tidak kita pedulikan. Mungkin ada yang tahu ada yang
tidak, betapa kecewanya Allah saat menjumpai hamba-Nya di pagi harinya yang
dirisaukan soal dunia-Nya. Yang dirisaukan, persoalan hidupnya, hajat hidupnya.
Jarang ada yang pagipaginya
mikirin Allah.
Sebagiannya lagi tahu, bahwa Allah itu datang di tengah
malam. Di dua pertiga malam. Di sepertiga malam. Turun ke langit dunia.
Langsung ke rumah kita. Langsung ke kamar kita. Allah bertanya, siapa di antara
hamba-Nya yang meminta ampunan? Mau Allah beri. Siapa di antara hamba-Nya yang
berdoa? Akan Allah kabulkan. Siapa di antara hamba-Nya, yang mencari rizki-Nya?
Akan Allah berikan. Siapa di antara hamba-Nya yang punya kesulitan? Kesusahan? Akan
Allah tolong, dan hilangkan. Siapa yang menginginkan sesuatu dari diri-Nya?
Allah datang. Mengantar apa yang manusia butuhkan, mengantar apa yang
manusia perlukan. Luar biasa. butuh pekerjaan, jodoh,
proyek, modal, kesehatan… Apapun. Semua diantar Allah.
Orang-orang kaya didatengin gelap-gelap oleh orang
miskin, tentulah mereka akan merasa terganggu. Penguasa dunia, para pejabat,
yang notabene adalah wakil-wakil rakyat, bawahan rakyat, pun akan marah luar
biasa, jika ada rakyat kecil yang bisa menerobos masuk dan mengganggu
istirahatnya. Kita rela menanti seorang pejabat untuk menerima kita.
Berbulan-bulan bisa jadi surat kita baru dibacanya, dan kemudian kita
dipanggilnya. Untuk bicara yang belom tentu didengarnya. Kalaupun didengar,
belom tentu dia bisa mengatasinya. Kita rela menghinakan diri kita di hadapan
manusia lain untuk dapat bantuannya. Sedang Allah? DIA malah mendatangi kita.
Di saat raja dunia tertidur, DIA malah mendatangi kita…
Tidak kah hal ini Saudara bisa rasakan? Lalu kemudian
terasalah keanehan dimaksud?
Garis hidup kita sudah melenceng sejak dari tengah malam!
Sejak dari dua pertiga malam. Sejak dari sepertiga malam. Manakala kita tidak
punya kemampuan untuk bangun malam.
Oke lah. Itu ibadah sunnah. Gimana dengan shalat shubuh?
Sebagiannya lagi menertawakan dirinya. Boro-boro bisa shalat shubuh berjamaah,
di masjidnya Allah. Di “istana” Nya. Boro-boro. Sebagian kita bisa jadi tidak
shalat shubuh sebab kelelahan berburu dunia. Pulang sudah larut malam. Kita
tidak pandai mengatur waktu, agar bisa ketemu esok shubuh dengan Yang Menjamin
Hidup, Pemilik Kebahagiaan dan Kesengsaraan. Kalau mau ketemu manusia, kita bias
persiapan ini persiapan itu. Tapi untuk ketemu Allah, nyaris tidak ada
persiapan apa-apa, dan tidak siap! Ga siap bangun malam, dan tidak
mempersiapkan diri.
Tidak siap shalat shubuh, dan tidak mempersiapkan diri. Itu
baru sekelumit keanehan yang saya paparkan atas izin Allah di Kuliah Tauhid
Sesi 2 ini. Sampe sini saja, kalimat Laa-ilaa-ha-illallaah sudah tidak nampak
bunyinya di kehidupan sebagian Onliners.
Tidak ada tuhan selain Allah. Harusnya, tidak ada yang
lebih dipikirin kecuali Allah. Nyatanya? Tidak ada tuhan selain Allah.
Harusnya, tidak ada yang lebih dikhawatirkan kecuali Allah. Nyatanya? Kita bisa
tuh menomorduakan Allah, lalu mengutamakan meeting dengan client.
Menomorsatukan kehadiran pelanggan ketimbang kehadiran Allah. Sebagaimana
disebut, sama yang namanya telat absen di kantor di pekerjaan, takutnya masya
Allah. Tapi giliran shalat yang juga sebenernya “diabsen” oleh
malaikat-malaikat Allah, ga takut telat, dan ga ada perasaan apa-apa ketika
telat. Malah ada yang mati rasa dengan sengaja mengentar-entar-kan jadwal
shalat.
Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada tuhan selain Allah.
Mestinya, tidak ada yang lebih diburu kecuali Allah. Tapi ya begitu dah. Coba
aja dirasakan sendiri.
***
Onliners yang dimuliakan Allah SWT… Saya melihat
manusia-manusia yang berat hidupnya dengan beban hidupnya. Sebab ia tidak
men-share bebannya itu kepada Allah. Padahal DIA lah Yang Maha Meringankan.
Saya melihat ada yang menangis padahal Allah Maha Membahagiakan;
Ada yang hidupnya sulit, padahal Allah Maha Memudahkan; Ada yang bermasalah,
padahal Allah Maha Menolong; Ada yang miskin dan menderita, padahal Allah bisa
menciptakan kekayaan di hati yang tidak perlu kaya secara dunia; Ada yang kaya,
tapi tidak memiliki keluarga. Keluarganya adalah bisnisnya. Keluarganya adalah
pekerjaannya. Tawa canda anak-anaknya milik pembantu-pembantu dan supirnya,
lantaran ia jarang berkumpul sama anak-anaknya. Pasangan hidupnya juga adalah
kesibukannya.
Subhaanallaah, izinkanlah kami-kami menjadi orang kaya
yang hidupnya senang ya Allah. Senang dunia akhirat. Bahagia dunia akhirat.
Saya melihat ada yang keluarganya berantakan, sementara
ia enjoy dengan hal itu, lalu ia katakan kepada dunia dia mau membentuk
keluarga baru yang lebih harmoni; Ada yang hidupnya pindah berpindah, dari
kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain, hingga jiwanya sendiri lelah
mengikutinya. Wajahnya ceria, tapi jiwanya rapuh; Ada manusia yang segalanya
ada, tapi penghuni langit tiada mencintainya dan tiada menghargainya. Yang bisa
menghormatinya, yang bisa memuliakannya, adalah manusia-manusia yang tiada
pernah tahu siapa dia sebenarnya. Dia merasa dunia digenggamnya. Padahal dunia
sedang menghinakannya; Ada yang mengenal semua tempat-tempat indah, dan berkeliling
dunia. Tapi hatinya, pikirannya, badannya, tiada pernah dibawa menikmati
shalat-shalat malam, bahkan keheningan berduaan dengan Pemilik Surga di dalam
shalat pun tiada dia kenal; Ada pekerja-pekerja yang mengabdikan hidupnya untuk
kerja dan usaha, sehingga sesungguhnya dirinya pun tiada kebagian jam istirahat
dan bersenang-senang bahkan.
Saya melihat tidak sedikit manusia yang justru malah
mudah mencari dunia. Tapi ia kekeringan. Ada selalu yang diambil sebagai
tebusan dari mudahnya ia mendapatkan dunia. Itu saya lihat terjadi sebab
kemudahan itu ia dapatkan bukan dengan mentaati Allah, Tuhannya. Sehingga ia
tidak sadar bahwa Allah justru mengazabnya dengan dunia-Nya.
Saya melihat begitu banyak manusia dan juga barangkali
diri saya, yang diberi Karunia-Nya, tapi bermaksiat dengan karunia dari Allah
itu! Padahal ada Allah yang maha melihat dan maha mengawasi. Dan DIA lah yang
maha membalas juga apa yang kita perbuat. Yang baik dibayar dengan surga dan keridhaan-Nya.
Yang buruk dibalasnya dengan neraka dan kemarahan-Nya.
Saya mengingat analogi maen CATUR yang sering saya
sampaikan kepada para pendengar tausiyah saya, yang sesungguhnya saya sedang memperdengarkannya
pada diri saya sendiri. Kalau kita maen catur BERDUA, maka berlaku aturan
permainan catur. Dimana kuda jalannya L. Peluncur jalannya miring. Pion hanya
bisa jalan maju tidak bisa mundur, dan paling banyak hanya bisa jalan dua kotak
catur lurus ke depan. Adapun Raja, bila di depannya, seluruh Pion belum
dijalankan, dan Peluncur serta Menterinya masih ada di kanan kirinya, maka Raja
hanya bisa diam. Tidak boleh ia melompati Raja. Itulah ATURAN CATUR. Tapi itu
kalau maen BERDUA. Bagaimana kalau maen catur SENDIRIAN? Kalau maen catur
sendirian, ya bebaslah maennya. Tidak berlaku hukum permainan catur. Kita boleh
menjalankan Kuda selagu-lagunya. Mau lurus, mau muter-muter, mau lompat, bebas.
Peluncur pun mau kita buat jalannya melompat-lompat seperti maen halma, boleh.
Bagi Raja, meskipun seluruh pion belum dijalankan, ia pun boleh melompat dan
bebas bergerak ke sana kemari. Inilah yang terjadi kalau kita maen catur
SENDIRIAN.
Dan bila analogi catur ini boleh dibawa ke urusan tamsil
tauhid, maka perlu kita ketahui Allah itu tidak ada sekutu bagi-Nya. Ibarat
main catur, ALLAH MAEN SENDIRIAN DI DUNIA INI. TIDAK ADA YANG LAIN.
Kemudahan ada di tangan Allah. Laa-ilaa-ha-illallaah.
Tidak ada yang bisa memberi kemudahan kecuali Allah. Kebahagiaan, ketenangan,
kedamaian, ada di tangan Allah. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang
bisa memberi itu semua kecuali Allah. Sama dengan maksudnya itu kalimat; Tidak
ada yang bisa memberikan ragam kesulitan kecuali Allah yang hingga Dia lah yang
bisa melepaskannya kembali. Kehendak itu kehendaknya Allah. Maka saya kepengen
Allah berkehendak memudahkan segala urusan saya. Tapi
bila saya menghendaki Allah memberikan kemudahan buat saya, sudah seharusnya
saya menjadi hamba-Nya yang mau mengikuti segala aturan-Nya, dan siap untuk
melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan-Nya. Saya tidak menjamin diri
saya sendiri, bahwa ia akan mendapatkan segala kemudahan apabila Allah tidak
saya ikuti. Rasul pun demikian. Ia tidak sanggup menjamin dirinya dan anak
keturunannya masuk surga bila tiada ketaatan dan amal
salih.
Bila Allah sudah mengatur, maka Kun Fayakuun-Nya yang
terjadi. Kuasa-Nya yang terjadi. Karena Dia lah Laa-ilaa-ha-illallaah.
Tidak ada yang mengatur dunia ini kecuali Allah. Saya sangat-sangat bersedia
untuk diatur. Sebab saya tahu dan meyakini, dengan sabab ilmu yang
diteteskan-Nya pada saya, melalui pengajaran para guru, para orang tua, lewat
berbagai media, bahwa kalau Allah sudah mengatur, maka aturan-Nya itulah yang
terbaik. Laa-ilaa-haillallaah. Tidak ada aturan yang terbaik kecuali
apa-apa yang sudah Allah aturkan.
Laa-ilaa-ha-illallaah.
Tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada pemain di dunia ini, kecuali Allah,
yang memainkan seluruh peraturan, sebab peraturan adalah peraturan-Nya, dan
segala kuasa adalah Kuasa-Nya.
Dengan berpikiran seperti ini, yang harus saya lakukan
adalah menyadari semua itu, pasrah berserah diri untuk ikut di dalam aturan-Nya
dan mengikuti-nya sepenuh hati dengan kekuatan penuh. Tidak setengah-setengah.
Laa-ilaa-ha-illallaah.
Tidak ada kehidupan kecuali untuk-Nya.
Saya melihat, kegagalan para pencari dunia, baik di
tahapan mencari dunia, atau di tahapan menikmati dan mengelola dunia, adalah
aktifitasnya tidak dia lakukan karena Allah dan untuk Allah. Andai dia punya
visi misi li i’laa-I kalimaatillaah, untuk meninggikan kalimat Allah,
maka tidak ada pernah kegagalan baginya…
Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak
ada Tuhan selain Allah yang senantiasa mengawasi apa yang kita lakukan. Bisa
kah kita bermaksiat di hadapan Allah Yang Maha Melihat dan Mengawasi? Bisakah
kita berbuat dosa di hadapan Allah Yang Maha Mengetahui? Sedangkan siapa yang
sanggup bermaksiat dan berbuat dosa TANPA RIZKI-NYA? Semua bermaksiat dan
berdosa dengan memakai pemberian Allah. Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.
Koq bisa-bisanya berbuat dosa sementara mata dari Allah, telinga dari Allah,
tangan dan kaki dari Allah, duit dari Allah? Seseorang bermaksiat dan berbuat
dosa sementara kesehatannya adalah dari Allah… Boro-boro dibawa ibadah, dibawa
taat, dibawa untuk kebaikan, ini malah dibawa maksiat dan dosa. Udah gitu,
berbuat dosa dan
maksiatnya, sambil dilliatin sama Allah.
Astaghfirullaah… Ampunilah kami-kami ini ya Allah.
Allah melengkapi kita semua dengan kulit. Lah, kelak
kulit ini akan diminta Allah bicara. Saya sering mengatakan kepada diri saya
dan kepada jamaah semua yang berkenan mendengar dan percaya… Bahwa ada
seseorang yang matanya tidak pernah bermaksiat dari lahirnya. Sebab ia buta
sejak lahir. Ada seseorang yang telinganya tidak pernah bermaksiat dari lahir.
Sebab ia tuli sejak lahir. Ada seseorang yang tidak pernah bermaksiat dengan
tangan atau kakinya, sebab lahir tanpa tangan, atau tanpa kaki. Ada seseorang
yang tidak pernah bermaksiat dengan duitnya. Sebab ia miskin dari lahir sampe
wafatnya. Tapi siapa yang tidak punya kulit? Semua punya kulit. Dan masya Allah
nya, kulit ini yang nanti diminta bersaksi. Duh duh duh… Nanti saya ajak
deh menyelami ayat-ayat Allah seputar pengawasan dan pembalasan Allah, seputar
hari dibangkitkan, seputar hari hisab, dan hari persaksian.
***
Sampe sini, SAYA MEMBACA ULANG TULISAN INI. Tulisan yang dijadikan
esai-esai Kuliah Tauhid di KuliahOnline Wisatahati.
Ya, saya membaca ulang apa yang saya tulis. Dari atas,
sampai bait ini.
SAYA TIDAK PERCAYA YANG SAYA TULIS. Benarkah yang saya tulis
ini? Sehebat itukah tauhid saya?
Tambah ga percaya lagi, bahwa saya sedang mengajar lewat
esai ini, Kuliah Tauhid kepada seluruh peserta KuliahOnline. Adduh,
andai benar, saya benar-benar memohon Allah menjadikannya menjadi bait-bait doa
agar apa yang tertulis menjadi kenyataan. Allah bombing saya untuk mencari
dunia dengan baik, dan memanfaatkannya dengan baik untuk kepentingan agama-Nya,
dan hanya di jalan-Nya. Allah bimbing saya untuk senantiasa mensyukuri segala
nikmat, dan meyakini bahwa Laa-ilaa-ha-illallaah, tidak ada sesuatu yang
harus dikejar kecuali diri-Nya semata. Yang dengan demikian tidak seharusnya
pencarian dunia, berhenti di sebatas mencari dunia itu saja. Terus
dikonsentrasikan di pembesaran asma-Nya, di perbesaran manfaatnya.
SAYA MELIHAT DIRI SAYA.
Ya, saya melihat saya!
Saya masuk ke kehidupan saya…
Dan saya menemukan diri ini masih jauh dari tulisan di
atas.
Teramat jauh.
Jauuuuuuuuuuhhhh…
Duh, apa sanggup saya
menuliskannya lagi bait-bait yang masih menari di hati ini?
Saya ingin berteriak kepada diri saya, tunjukkan kalau
Anda benar!
Lagi. Saya melihat diri saya lagi.
Wuh, benar!
Jauh.
Lihat saja. Allah memanggil saya. Memanggil dengan azan.
Lihat, saya tidak bergeming. Apakah ini yang disebut Laa-ilaa-ha-illallaah?
Tidak ada urusan --harusnya-- kecuali urusan-Nya Allah yang harus lebih kita
urus? Nyatanya, saya masih menomorduakan panggilan Allah.
Saya tahu Allah bakal datang. Sebab waktu shalat
betul-betul sebentar lagi datang. Tapi saya malah masih nulis, bukan siap-siap
menyambut kedatangan-Nya. Dan tidak pagi tidak siang tidak malam, di setiap
waktu shalat, saya tahu jadwal shalat. Lalu, bukannya malah menunggu
kedatangan Allah, malah jadi Allah yang menunggu saya!
Duh duh duh, lebih
pantas rasanya saya menangisi diri ini.
Wahai Kamu! (Begitu saya seharusnya menunjuk hidung
saya sendiri dengan jari). Kalau Kamu benar tauhidnya, perlakukan
Allah dengan benar. Perhatikan DIA. Tegakkan tauhid dalam kehidupan Kamu!
Jangan ada yang laen di hati Kamu, kecuali Allah. Jika ada urusan dunia, lalu
Allah datang memanggil, ya segera tinggal saja. Tidak ada yang lebih penting di
dunia ini kecuali menegakkan shalat. Maka bahagian menanti berkumandangnya azan
adalah hal
yang mestinya menjadi hal yang luar biasa.
Saya ingin berteriak kepada diri saya, buktikan kalau
Anda benar! Benar tauhidnya. Benar sudah mengatakan Laa-ilaa-ha-illallaah.
Nyatanya? Belum tuh.
(+) Loh loh loh… Ntar dulu... Sebenarnya, sedang dialog
sendirian, mengajar… Atau sedang menulis sih?
(+) Maaf wahai tanganku, saya sedang berdialog dengan diri
sendiri.
Biarkan.
Biarkan ia terus menulis sekenanya.
Sesukanya.
Ya. Saya melihat saya. Jauh benar dari menjadikan Allah
sebagai tujuan hidup.
Ketika mencari dunia, mau bersusah payah. Tapi giliran
beribadah, gampang benar teriak lelah.
Shalat sunnah tidak dipaksakan untuk ditegakkan. Shalat
berjamaah tidak dipaksakan untuk dikejar di shaf yang pertama. Kehadiran diri
tidak digunakan untuk kepentingan sesama. Setidaknya belum dimaksimalkan
potensinya untuk ditujukan pada sebesar-besarnya kepentingan sesama, dan agama.
Keluarga masih terabaikan.
Kurangnya… banyak.
Itulah. Saya melihat saya.
Tapi, Laa-ilaa-ha-illallaah.
Tidak ada yang mengajarkan ilmu dan memberikan
kesempurnaan langkah kecuali Allah. Maka saya menghibur diri ini, Laa-ilaa-ha-illallaah.
Biarlah Allah membimbing saya terus, sehingga bisa menjadi hamba-Nya yang
sesuai dengan apa yang digariskan-Nya.
Ah dunia. Saya tulis Kuliah Tauhid ini agar saya tidak
susah mencari kamu wahai dunia. Tapi saya ingatkan juga diri saya, bahwa kamu
itu tidak penting. Laa-ilaa-ha-illallaah. Tidak ada yang lebih penting
kecuali Allah.
Saya tulis Kuliah Tauhid ini, sebab kasihan melihat diri
saya yang sering kesusahan mencari dunia untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan
diri. Tapi betapapun, saya hidup di dunia ini. Rasul pun mengajarkan doa agar
kita memohon kepada Allah agar Allah membaguskan dunia kita sebab di sini kita hidup.
SAYA BERTUHAN ALLAH. MENGAPA setelah Tuhan saya adalah Allah, dan Allah adalah
pemilik segala apa yang ada di dunia ini, LALU HIDUP SAYA TETAP SUSAH? Atau
merasa susah? Itu tandanya saya belum benar-benar bertuhan Allah. Itu saja.
Eh saya, ayo maju terus! Sempurnakan terus ilmu dan
ikhtiarmu. Jangan lupa terus memohon bimbingan dari Allah.
Udah mau shubuh tuh. Ayo mandi. Siap-siap menuju masjid.
Katakan kepada dunia, bahwa kamu mau shalat shubuhan dulu. Kalau shalat shubuh
sudah tidak disiplin, jangan harap ini menjadi awal hari yang baik, untuk dunia
kamu, untuk urusan permasalahan kamu, untuk segala hajat kamu…
(+) Loh, koq masih nulis terus? Katanya mau Shubuhan?
(-) Iya iya. Saya akan segera berhenti mengetik, dan
men-shut-down komputer ini. Makasih yaaa.
Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Washalaatu
wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaai wal mursaliin. Nabiyyinaa Muhammadin
shallaallahu ‘alaihi wasallama. Wa ‘alaa aalihi wa azwaajihii wa dzurriyyatihii
wa ash-haabihii wa ummatihii ilaa yamuddiin. Wassalaamu ’alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Kampung Ketapang, Senin 27 Agustus 2007, pukul 04.38 WIB.
(tulisan ini “sudah berulang tahun berkali kali” he he he. Mudahmudahan Allah
subhaanahuu wata’aala benar-benar menjadikan kita sebagai orang-orang yang
mengEsakan-Nya, bertauhid hanya pada-Nya).
YUSUF MANSUR
T U G A S
Coba mulai sekarang, biasakan ke masjid, dan berjamaah
tepat waktu. Ditambah dengan membaca zikir berikut ini:
Laa-ilaa-ha illallaah. 100x sehari semalam.
Istighfar. 70x sehari semalam.
Laa hawla walaa quwwata
illaa billaah. 100x sehari semalam.
Shalawat. 100x sehari semalam.
Kalo digabung maka bacaannya sebagai berikut: Laa-ilaa-ha
illawlooh, astaghfiruwlooh, laa hawla walaa quwwata illaa billaah. Wa
shollawloohu ‘ala Sayyidinaa Muhammadiw wa’alaa aali Sayyidinaa Muhammad.
Oh ya, soal kapan zikir-zikir itu dibacanya, silahkan
kapan saja. Pagi boleh, siang boleh, sore boleh, malam boleh. Bebas. Ini kan
soal zikir. Bebas saja. Dibaca sekaligus, boleh. Dicicil, boleh.
Ini di luar bacaan zikir shalat.
Maksudnya?
Maksudnya, kan habis shalat ada zikirnya tuh? Nah, ini di
luar zikir setelah shalat tersebut. Jika ada yang tidak mengerti bacaan zikir
sesudah shalat. Dicari saja ya.
Bacaan zikir di luar shalat ini, hitungannya “wajib” kalo
buat saya. Maksudnya, pentingin, sungguhpun ga berdosa jika kita tidak
baca.
Dan apabila Saudara adalah orang yang kepengen meneguhkan
hati, sambil dari pertama ini udah disebut: Ngebut mengejar Allah dengan segala
pertolongan dan kekuasaan-Nya, silahkan ikuti saran saya:
1. Pasang target 40 hari untuk shalat di masjid dan
berjamaah. Mau hujan mau panas,
mau dingin banget, mau lagi enak badan ataupun lagi ga enak, coba kuatkan hati
untuk 40 hari berada terus dalam keadaan berjamaah dan di masjid.
2. Pasang
target 40 hari untuk membaca zikir tersebut. Ini
jelas “bid’ah”. Tapi insya Allah tidak semua bid’ah itu sesat. Ada juga yang
bid’ah hasanah. Ini target buat diri sendiri, supaya punya ukuran. Rasul ga
ngajar pasangpasang target. Bismillaah dah ya. Baik sangka sama saya. Kapan-kapan
kita bicara sama yang ahli soal bid’ah dan tidak, dari yang lain. Dari yang
tidak menggampangkan sesuatu menjadi bid’ah yang sesat, yang dholalah. Ini penting
saya kasih tau, supaya nyaman Saudara-Saudara semua mengikuti saran-saran saya.
Insya Allah saya sudah nanya beberapa kiyai yang saya rasa cukup untuk menjadi
sandaran saya, baik yang dari disiplin al Qur’an maupun yang dari disiplin ilmu
hadits. Kepada Allah saya meminta perlindungan dari pengajaran yang sesat. Masa
iya saya ngajar sesuatu yang
membawa
Saudara kepada neraka. Jika iya, ya saya lah orang pertama yang bakalan sedih
banget.
3. BIKIN ABSEN HARIAN, agar disiplin mengukur
shalat dan zikirnya. (Jangan lupa, bener-bener bikin absen harian ya. bikin
selembar boleh juga. Tempel di pintu gitu. Atau di mana saja yang gampang
Saudara isi absennya dengan jujur. Bila kelewat, bilang kelewat. Bila
terjalankan, ya isi bahwa amal harian ini sudah dijalankan).
Sekali lagi, soal target ini ga usah dipikirin soal
bid’ah dan tidaknya. Sungguh, ini soal target untuk diri sendiri saja agar
disiplin. Mudah-mudahan Allah berikan kelembutan. Yang pasti, jika Saudara ada
bolongnya di dalam 40 hari tersebut, tidak akan ada yang mendenda, he he he.
Bebas-bebas saja. Kembali kepada Saudara saja. kira-kira kalau ga mengerahkan
kemampuan, disebutnya sungguh-sungguh engga? Yah, kayak sekolah perwira dah,
atau masuk camp persiapan menuju pertandingan final. Ya kudu sungguh-sungguh.
Ga bisa bolong-bolong.
Saya membesarkan hati saudara-saudara semua, agama insya
Allah mudah. Ga memberatkan. Namun saya juga mengingatkan, sekian lama, sekian
tahun, bias jadi kita membuat diri kita malas benar. Ga sepenuh hati
melaksanakan ibadah: Seperti ke masjid. Sehingga, ke masjid oke, engga pun
oke-oke aja. lebih sering engga ke masjidnya, he he he. Maka anggap aja ini
semacam usaha yang sungguh-sungguh untuk mengeset badan, hati, dan pikiran,
untuk masuk ke dalam ibadah yang disiplin, istiqomah, dan penuh makna.