Kamis, 13 Oktober 2011

BURUKNYA KEDENGKIAN

Saudaraku,…
Salah satu penyakit hati yang harus selalu diwaspadai manusia adalah kedengkian. Penyakit hati ini benar-benar memiliki dampak buruk yang sangat luar biasa. Jika Anda saat ini sedang memelihara kedengkian di hati kepada kebahagiaan saudara Anda, sungguh Anda berada dalam kerugian yang sangat banyak.

Ingatlah saudaraku, seluruh manusia di dunia ini pada hakekatnya adalah bersaudara. Karena itulah jika saudara Anda memperoleh kesenangan dari Allah SWT, janganlah Anda menyimpan kedengkian kepadanya. Bersyukurlah kepada Allah karena kesenangan dan kebahagiaan yang diberikan Allah SWT kepada Anda maupun saudara-saudara Anda. Jika Anda memiliki kedengkian kepada orang lain, sungguh Anda bukanlah golongannya orang-orang yang bersyukur. Orang-orang yang memelihara kedengkian di dalam hatinya selalu berharap jika kesenangan dan kebahagiaan hanya miliknya seorang saja. Dan ini bukanlah bagian dari keindahan Islam, saudaraku!

Seorang muslim itu sangat pandai bersyukur, baik terhadap nikmat yang ia terima sendiri maupun nikmat yang diterima saudaranya. Ingatlah saudaraku, kegembiraan yang kita terima maupun yang diterima saudara kita pada hari ini merupakan pemberian Allah yang sudah ditetapkan bagi semua makhluk-Nya. Dan jika saudara Anda memperoleh kebahagiaan dan kesenangan lebih besar daripada kebahagiaan yang Anda terima, janganlah hal ini menyebabkan Anda menyimpan kedengkian di hati.

Banyak hal yang menyebabkan terjadinya kesenjangan rejeki (kesenangan dan kebahagiaan) diantara makhluk Allah. Bisa jadi karena saudara Anda senang sekali bershadaqah kepada fakir dan miskin, sehingga Allah tidak sungkan mempercayakan kekayaan-Nya lebih banyak lagi. Dan bisa jadi pula karena kelalaian Anda menjaga kekayaan yang diberikan Allah dalam kebaikan, sehingga Allah pun mengambil sebagian kekayaan tersebut untuk dipercayakan kepada hamba-Nya yang terpercaya.

Karena itulah selayaknya seorang muslim menerima ketetapan Allah tersebut dengan iman yang benar. Allah SWT sungguh Dzat Yang Maha Adil. Tanamkanlah hal ini kuat-kuat di dalam hati dan pikiran Anda, sehingga tidak akan timbul kedengkian ketika saudara Anda memperoleh kebahagiaan dari Allah SWT.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik ra., dia berkata, "Saat kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Saw, beliau berkata, 'Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga'. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dari kaum Anshar yang datang dengan bekas air wudhu masih mengalir di jenggotnya, dan tangan kirinya memegang terompahnya."

"Keesokan hari Rasulullah Saw mengatakan seperti perkataannya yang kemarin. Lalu muncullah laki-laki itu lagi, persis seperti kedatangannya pertama kali. Di hari ketiga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata demikian lagi, dan kembali yang datang adalah laki-laki itu lagi persis kejadian pertama. Setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beranjak, Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash membuntuti laki-laki itu sampai ke rumahnya. Lalu Abdullah berkata kepadanya, 'Aku telah bertengkar dengan ayahku, kemudian aku bersumpah untuk tidak mendatanginya selama tiga hari. Bila kau mengizinkan, aku ingin tinggal bersamamu selama tiga hari'. Dia menjawab, 'Ya, boleh'."

Anas berkata, "Abdullah menceritakan bahwa ia telah menginap di tempat laki-laki itu selama tiga hari. Dia melihat orang itu sama sekali tidak bangun malam (tahajjud). Hanya saja, setiap kali dia terjaga dan menggeliat di atas ranjangnya, dia selalu membaca zikir dan takbir sampai ia bangun untuk salat subuh. Selain itu dia tidak pernah mendengarnya berbicara kecuali yang baik-baik."

"Setelah tiga malam berlalu dan hampir saja aku menyepelekan amalnya, aku terusik untuk bertanya, 'Wahai hamba Allah, sesungguhnya tidak pernah terjadi pertengkaran dan tak saling menyapa antara aku dan ayahku, aku hanya mendengar Rasulullah Saw berkata tentang dirimu tiga kali, bahwa akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga, dan sebanyak tiga kali itu kaulah yang datang. Maka, aku pun ingin bersamamu agar aku bisa melihat apakah amalanmu itu dan nanti akan aku tiru. Tetapi, ternyata kau tidak terlalu banyak beramal. Apakah sebenarnya yang membuatmu bisa mencapai apa yang disabdakan Rasulullah Saw.’ Maka dia menjawab, 'Aku tidak mempunyai amal kecuali yang telah engkau lihat sendiri'.

"Ketika aku hendak pulang, dia memanggilku, lalu berkata, 'Benar amalku hanya yang kau lihat, hanya saja aku tidak mendapati pada diriku sifat curang terhadap seorang pun dari kaum muslimin. Aku juga tidak iri pada seseorang atas karunia yang telah diberikan Allah Subhaanahu wa Ta'ala kepadanya'. Maka Abdullah bin 'Amr berkata, 'Inilah amal yang telah mengangkatmu pada derajat yang tinggi dan inilah yang berat kami lakukan'."

Allah SWT berfirman, Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa : 32)

Saudaraku,…
Allah tidak menyukai dan melarang kita memelihara kedengkian kepada orang lain. Ini bukanlah watak dan karakter seorang muslim. Percayalah saudaraku, jika Anda benar-benar beriman kepada Allah dan kekasih-Nya Muhammad Saw, Anda tidak akan menyimpan kedengkian kepada siapapun juga. Dan jika jalan kehidupan Anda jauh dari sifat buruk ini, maka kemudahan dan kebahagiaan akan diberikan Allah kepada Anda dalam jumlah yang sangat banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar