Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu.
Sampe sini, sebagian Saudara belom menerima. Ya saya santai aja. namanya
baru kuliah perdana, he he he. Ada yang komen, “Yang begini, ga bisa diandelin.
Ga bisa dijadikan standar bahwa kalau begitu pasti begini.” Yang lain berkomentar,
“Itu namanya ngarepin keajaiban terus…”. Ya terserah aja.
Saudaraku sekalian, Onliners yang dicintai Allah… Kecepatan Allah datang ke
kita, lebih cepat daripada kita datang kepada-Nya. Ketika kita mengangkat
tangan, “Ya Allah, Engkaulah Penguasa Pasar… Bukan hanya tukang ikan yang
Engkau punya. Tapi semua pasar dengan semua pedagang di dunia ini yang Engkau
punya. Ya Allah, saya mau datang ke pasar-Mu. Jamulah saya. Berikanlah saya
rizki sebagaimana mereka yang punya duit…”. Saat Saudara berdoa, Allah udah
ngirim duluan malaijat-malaikat-Nya ke pasar, dan ngatur segalanya supaya
Saudara bisa pulang bawa ikan. Bisa saja ada di belahan perumahan yang lain,
seorang istri menyuruh suaminya ke pasar. Karena satu dan dua hal. Bukan istri
yang belanja. Tapi suami. Hingga terjadilah peristiwa ini.
Semua bisa DIA lakukan, sebab innaahuu ‘alaa kulli syai-in qodiir, Sesungguhnya
DIA Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Saudara lihat, berjalan ga orang ini ke pasar?
Berjalan.
Nah, ketika berjalan, inilah ikhtiar. Seperti yang punya duit, seperti itu
juga dia jalan ke pasar. Mirip Sayyidinaa Ali di atas.
Siapa yang diharap sama dia?
Kalau dia berharap ada manusia yang membagi ikan kepada dia, menjadi salah
dia. Kalau dia berharap ada yang memberi, berarti dia berharap kepada manusia.
ngga. Dia hanya berharap Allah menunggu dia di sana. Di pasar. Dia berharap
Allah dengan beragam caranya yang tidak terduga dalam memberi rizki, berkenan
memberinya rizki.
Saya ingin mengatakan kepada Saudara… Semakin bagus ibadahnya Saudara,
semakin bagus keyakinan Saudara, “perjalanan” ikhtiar Saudara akan makin
diperpendek.
Saya senang ngajar dengan contoh. Supaya Saudara gampang nyerapnya.
Perjalanan “ikhtiar” yang tadi diceritakan, sampe POL 100%. Istilah cerita tadi,
sampe “final” bungkusan ikan 2 kilo dikasihkan ke Saudara. Sampe situ, Saudara
baru diberitahu bahwa sudah dibayarin ikan-ikan yang dibungkus ini. Saudara ga
perlu ngomong apa-apa ke si tukang ikan.
Kondisi 80%-90% nya, Saudara begitu datang ke tukang ikan, si tukang ikan
udah ngasih tau duluan, bahwa tadi kawan kita datang dan beli ikan, lalu menitipkan
sejumlah uang. Silahkan belanja ikan dengan uangnya dia. Pilih sendiri
ikan-ikannya. Seukuran 2 kilo.
Bisa juga Saudara dipanggil-panggil tukang ikan. “Maaasss… Mas… Mari sini…”
Saudara nyamperin, “Ada apa ya?”
“Pengen ikan?”
“Iya. Emang mau ke sini. Koq tau?”
“Engga. Ga tau. Tapi ada titipan ikan buat Mas. Ada yang beliin tadi dan
ngasih tahu bahwa orang dengan ciri-ciri yang disebut seperti Mas ini bakalan
lewat sini. Kasih ikan ini…”
Kondisi 50% nya, Saudara di tengah jalan, ketemu kawan… “Mau kemana Mas…?”
“Mau ke pasar…”
“Beli apa…?”
“Beli ikan…”
“Ooohhh… Ndak usah beli ikan… Nih, bawa pulang punya saya aja…”
He he he, ikhtiar Saudara “dikorting 50% perjalanan” oleh Alllah. Saya mah kagum
sama kerja Allah. Kita hanya perlu percaya loh. Dan kemudian melakukan
amal-amal saleh dan kebaikan, nanti selebihnya Allah yang akan atur.
Bahkan ada Saudara “yang tidak perlu” melakukan “ikhtiar tambahan pergi ke
pasar”. Yakni tatkala Saudara baru saja terbersit, Allah sudah kirimkan ikannya!
Bahkan Saudara belom sempat berdoa!
Tidak ada yang tidak mungkin buat Allah. Semuanya mungkin. Tapi nanti kita
belajar, bahwa selain tentu saja ini semata Kehendak-Nya, juga sebab ibadah-ibadah
sebelomnya yang dilakukan oleh seseorang… Atau ibadah-ibadah yang dilakukan
oleh istrinya/suaminya, anaknya, ibu/bapaknya. Banyak dah sebab jalan amalnya
yang bisa jadi bukan dari amal salehnya saja, tapi amalan orang lain.
Saudaraku semua… Itu semua ikan mentah loh… Tidakkah Saudara percaya bahwa
Allah bahkan sanggup ngirim ikan mateng???!!! Tentu saja Saudara boleh ga
percaya… Itu pilihan Saudara. Tapi saya asyik mengatakan, bahwa di antara
Saudara malah ada yang Allah bercanda dengannya. Allah beri bonus tambahan bukan
ikan mateng saja, tapi nasinya, lauk pauk lain, minuman ini minuman itu, dan
banyak lagi. Yakni dengan menjamu Saudara di restoran enak nan mahal, he he he.
Mintanya nasi saja sama sedikit ikan, Kun Fayakuun, malah ada yang ngajak
keluar. Bukan sendirian, tapi sekeluarga. Masya Allah.
Inilah semua yang digelar buat Saudara semua di KuliahOnline. Semua pembahasan,
di semua kanal, beraroma tauhid yang kuat, tanpa mengabaikan ikhtiar. Kelak
insya Allah Saudara bisa membedakan bagaimana disebut tidak berikhtiar dan
berikhtiar. Dan Saudara kelak juga akan belajar tentang apa sesungguhnya yang
disebut sebagai ikhtiar. Sebagiannya saya sudah mulai penjelasannya di Sesi 1
ini. Dan selebihnya saya sebar di perkuliahan sesi-sesi berikutnya, atas izin
Allah.
Dan saya senang mengatakan ini: Paling tidak, ketika Saudara melibatkan Allah
di awal Saudara membeli ikan, sampe mendapatkannya, mengolah, sampe menyajikan
dan memakannya, maka Saudara sudah dicatat bukan sebagai pekerjaan biasa. Tapi
sebagai ibadah. Sebab menyebut nama Allah. Betul. Sungguhpun tidak ada
keajaiban, misalnya karena Saudara memiliki uang, Saudara sudah dicatat sebagai
beribadah dengan menyebut nama Allah di dalam setiap prosesnya.
Dan Saudara tetap saya sebut salah besar jika Saudara menganggap Saudara
tidak memerlukan Allah karena Saudara ada duit dan tukang ikannya ada. Salah
besar. Sama salahnya jika saya menyebut bahwa tidak ada keajaiban buat yang
mendapatkan ikan sebab ada duit. Kenapa? Sebab Saudara yang bisa beli ikan
sebab ada duit, tetap saja di situ ada keajaiban Allah. Ada kaki dan tangan yang
Saudara pakai. Sedangkan kaki dan tangan itu adalah ciptaan Allah. Ada mata
yang digunakan untuk melihat, ada telinga yang digunakan untuk transaksi jual
beli. Semua karunia Allah tumplek blek di dalam peristiwa yang namanya: beli
ikan. Sehingga tidak ada satupun sesungguhnya yang terjadi di dunia ini, kecuali
Allah sangat-sangat berperan di dalamnya.
Maka menyebut nama-Nya, menyucikan naman-Nya, membesarkan nama-Nya, memuji
nama-Nya, melibatkan-Nya di semua langkah kita, adalah sesuatu yang
sangat-sangat layak adanya. Tidak ada DIA, maka tidak ada kita. Tidak ada perbuatan-Nya,
maka tidak ada pula perbuatan kita. Tidak ada kehendak-Nya tidak ada pula
kehendak kita. Tidak ada izin-Nya dan peran-Nya, maka tidak ada satupun yang
bisa kita lakukan.
***
Sebab itu saya sering mengatakan kepada diri saya dan sekarang saya bahagia
bisa mengatakan di menit-menit awal Saudara mengikuti perkuliahan tauhid di
Kuliah Tauhid ini, bahwa ikhtiar langit sama ikhtiar bumi, hendaknya jangan
dipisah. Apa yang disebut sebagai ibadah dan amal saleh, saya menyebutnya
sebagai ikhtiar juga. Merupakan bagian yang tidak terpisah dari langkah-langkah
yang dikenal selama ini oleh manusia sebagai ikhtiar.
Seorang pekerja, kan kerjanya katakanlah jam 8 pagi. Toh sebenernya dia udah
mulai pekerjaannya itu dari starter motor atau mobilnya, atau start sejak dari keluar
rumahnya.
Kalau mau jujur, maka sebenernya proses sebelom jam 8 itu adalah bagian tidak
terpisahkan. Bahkan sejak istrinya menyiapkan pakaiannya dan sarapannya! Betul.
Sesungguhnya pekerjaan istrinya pun menjadi satu kesatuan pekerjaan yang dimulai
jam 8 itu. Tidak berdiri sendiri.
Maka, tidaklah salah saya bilang, bahwa cobalah mulai bekerja, berusaha “mulai
dari seawal mungkin”. Kapan itu? Sejak awal bangun tidur. Yakni sudah berafirmasi.
Sudah berdoa: Allahumma ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur. Dari
sini titik enolnya. Kemudian bergerak ke kamar mandi, bergerak wudhu, bergerak
shalat sunnah… dan seterusnya bergerak shubuh… dan seterusnya lagi, hingga ia
start jam 8 kerja atau usaha. Itu pun nanti, shalat dhuha, shalat lohor, jangan
dipisah-pisah. Anggap ini sebagai “pekerjaan” juga. Bahagian dari SOP atau
peraturan pekerjaan.
Jika Saudara pimpinan pekerjaan, bos dari satu perusahaan, maka katakanlah
kepada karyawan, menjadi bahagian pekerjaan Saudara adalah menjaga yang lima
waktu, syukur-syukur mau mengerjakan yang sunnah-sunnahnya. Itu adalah bahagian
pekerjaan Saudara juga. Bila Saudara itu menjaga itu semua, berarti Saudara
menjaga pekerjaan kita, usaha kita, perusahaan kita. Begitu.
Secara bercanda, namun benar, saya malah mengatakan, untuk pekerjaan yang
dimulai jam 8 esok pagi, persiapaannya malah sebelom tidur! Sebelom tidur, kita
ambil wudhu, sempatkan shalat 2 rakaat penutup malam, bisa shalat sunnah mutlak
atau shalat witir. Atau shalat hajat. Berdoa sebelom tidur, baca Qur’an barang
seayat dua ayat, syukur-syukur bisa selembar dua lembar. Berterima kasih atas
yang sudah lewat, dan berdoa atas apa yang bakal dijalani.
***
Saya menyebut di Kuliah Tauhid ini sebagai upaya mengubah pola pikir, mengubah
pola ikhtiar. Hanya dengan menyertakan Allah, melibatkan Allah, dan tidak
melupakan hak-hak Allah, yakni kewajiban kita, maka kita berada di dalam ibadah
24 jam. Subhaanallaah.
Menarik sekali mengubah pola pikir pola ikhtiar, supaya ketemu pola hidup
bertauhidnya, bahwa betul-betul kita mengingat Allah, di awal, di tengah, dan
di akhir. Selalu bersama-Nya.
Saya mengingat ketika Wirda sakit. Saat Wirda bayi sakit panas, saya menyelimuti
Wirda dan mengatakan ke istri saya, ayo kita ke dokter…
Istri saya bilang, “Ke Allah dulu…”.
Ketika istri saya mengatakan ke Allah dulu, apakah tidak jalan ke dokter?
Tetap aja jalan ke dokter. Tapi ke Allah dulu. Dan di prosesnya pun kelak
senantiasa bersama Allah. Mestinya.
Saat itu saya melihat istri saya mengambil kantong plastik, dan mengisinya dengan
beras dan beberapa bahan dapur dan bahan makanan. Buat dibagikan. Istri saya
menyuruh saya minimal doa. Dan saya lihat Wirda. Saya titip Wirda sama Allah.
Saya memilih shalat dulu.
Nah, nanti saya belajar, bahwa yang saya lakukan ini, dengan memberi
sentuhan
ikhtiar, sesungguhnya saya melakukan quantum ikhtiar. Allah memperpendek ikhtiar
saya.
Dalam bilangan yang ga lama juga, saya, istri, dan Wirda, sudah berada di
depan
rumah. Saya sudah mengeluarkan motor dari dalam rumah.
“Tadz… Mau kemana…?” tanya Azwar saudaranya istri saya.
“Mau ke dokter.”
“Kenapa emang si Wirda?”, tanyanya lagi.
“Panas badannya.”
“Oooohhh… Coba dah tunggu sebentar. Semalam Helen (anaknya Azwar), juga panas.
Neneknya ngasih daun apa tau tuh semalam. Sembuh. Kali aja cocok sama Wirda.”
Lihat, proses ikhtiar ke dokter, Allah perpendek. Tanda-tanda itu ada. Dan
saya
“melihatnya”. Merasakannya.
Kelak di perkuliahan ini saya kenalkan ke Saudara semua apa yang saya sebut
sebagai: GodSign. Tanda-tanda dari Allah.
Saya dan Maemunah sesaat beradu pandang. Berangkat terus ke dokter, atau
“memberi kesempatan” kepada Allah untuk “masuk dan berperan” di panasnya
anak kami.
Akhirnya… “Iya dah. Coba kasih tau Nyai Kiyah…”.
Azwar memberitahu Nyai Kiyah. Nyai Kiyah ini mertuanya Azwar yang juga neneknya
istri saya. Sejurus kemudian Nyai Kiyah udah datang ke kamar Wirda sambil
ngeborehin dedaunan. Ajaib. Miracle. Wirda diam dari nangisnya. Merintihnya pun
hilang, dan tertidur. 1 jam lebih kami ngobrol-ngobrol, dan kemudian Wirda pun panasnya
mereda. Alhamdulillaah.
Di sini saya belajar, ikhtiar tidak usah harus kemudian sama sekali
dilepas. Ikhtiar mah ikhtiar saja. Sampe Allah kemudian memutuskan sesuatu buat
diri dan langkah kita. Namun sesuatu yang pasti adalah Allah pasti akan
terlibat andai diminta oleh kita untuk terlibat. Allah pasti masuk dan berperan
andai kita mengundang-Nya masuk dan berperan. Ini bagaimana Allah mau berperan,
wong Saudara saja tidak merapat kepada-Nya? Saudara berperan terlalu dominan,
dan mengeyampingkan DIA. Sehingga tidak ada ruang buat-Nya untuk membantu Saudara.
Yang menolak bantuan Allah adalah diri Saudara sendiri. Dan Allah itu terkadang
begitu, bila Saudara mengandalkan yang lain, maka andelan Saudara itu yang
diberi-Nya dulu kesempatan untuk menolong Saudara. Hingga Saudara “nyerah”, dan
lalu meminta-Nya datang.
Ada sih banyak kasus, di mana Saudara sama sekali tidak pernah mengundang
Allah datang. Saudara asyik saja dengan kebodohan Saudara. Berikhtiar tanpa
melibatkan-Nya. Namun disadari atau tidak, Allah tetap masuk dan membantu.
Ternyata tanpa Saudara tahu, ada orang di sekeliling Saudara yang memang
meminta Allah. Bisa saja orang tersebut adalah istri Saudara, suami Saudara,
anak-anak Saudara, orang-orang tua Saudara. Atau kawan Saudara dan guru
Saudara. Mereka berdoa dengan tulus untuk Saudara, padahal Saudara sendiri ga
berdoa untuk diri Saudara sendiri, he he he. Ketulusan mereka membuat Saudara
kemudian ditolong Allah. Subhaanallaah.
***
Dalam satu kajian tauhid, saya sampaikan. Ketika pun misalnya saya ga ketemu
sama Azwar di depan pintu, alias saya terus sampai ke dokter, maka ketahuilah,
Allah tetap saja berperan. Siapa juga yang membuat dokter ada di tempatnya?
Siapa pula yang menyelamatkan jalan sampe k dokter yang saya tuju? Apa karena
dekatnya jarak rumah dengan praktek dokter, lalu saya, istri saya, Wirda,
“pasti” selamat pergi dan pulang? Semua menjadi rahasia Allah. Kita tinggal
menikmatinya saja. Dan karena kita tidak mengetahui “pekerjaan-Nya” yang ghaib,
juga tidak belajar tauhid, tidak belajar iman, maka kita anggap lah tidak ada
pekerjaan Allah di sana. Padahal mah masya Allah.
Tidak jarang saya mencontohkan dengan contoh-contoh sederhana. Pernahkah
kita berpikir, harusnya kita ini ga selamat. Di tikungan bakal ditabrak oleh
satu motor yang datangnya dari arah berlawanan. Namun Allah “selamatkan”.
Dengan cara-cara yang tidak kita ketahui. Misalnya pengendara motor itu
dipanggil seseorang dari tepian jalan. Kira-kira 200-300 meter sebelom tikungan.
Jadilah kemudian “tertahan” 1-2 menit. Pas kita belok di tikungan kita “tidak
ketemu”, tidak “papasan”, dengan motor yang mestinya nabrak kita. Akhirnya
jadilah kita selamat. Nah, saya perlu mengatakan kepada Saudara semua, peristiwa
yang sesungguhnya satu korelasi kejadian ini, karena kita tidak tahu, “nyaman”
saja kita jalan ke dokter dan selamat. Karena itu wajar sekali kita harus
menyebut asma-Nya, dan bersyukur.
Ketika sampe di praktek dokter pun, apa iya dokter itu ada dengan sendirinya?
Bisa saja harusnya dia engga datang ke tempat praktek. Tapi dokter ditelpon
oleh pasien lain, janjian, dan datanglah dokter ini. Di mana saya mengatakan,
bisa jadi sesungguhnya di antara Rahasia Pekerjaan Allah adalah dokter ini
datang bukan karena pasien yang menelponnya. Tapi Allah atur kedatangan dokter
ini untuk kedatangan saya dengan Wirda. Subhaanallah. Lagi-lagi mata kita tidak
akan bisa mengetahui ini, kecuali dengan mengimani-Nya. Kita tidak akan bisa
melihat-Nya, kecuali dengan kebersyukuran, dan IMAN kita. Dan memang DIA lah
yang disebut sebagai Yang Ghaib. Sungguh rumit pekerjaan Allah. Tapi kerumitan
itu hanya milik manusia. Tidak ada satupun yang sanggup menggantikan-Nya.
Sedikit saya terusin yang sama dengan nada di bahagian ini… Seorang yang
berdoa kepada Allah minta diselamatkan hari itu oleh Allah. Lalu Allah menyelamatkannya.
Saat dia udah siap pergi, starternya tidak langsung nyala. Ada jeda sedikit.
Yang sedikit itulah barangkali penyelamatan oleh Allah. Sepersekian detik yang
berarti. Yang kalau Allah tidak tunda, DIA lah yang mengetahui keselamatan dan
bahaya buat hamba-hamba-Nya. Ada yang di tengah jalan, truk melintang. Seakan
menghalangi jalan. Padahal truk itu dihadirkan Allah agar tertunda perjalanan
kita. Yang kalau tidak ditunda, maka kecelakaan akan terjadi. Di tengah jalan
pun ada pohon tumbang, sehingga sedikit memacetkan jalanan. Tanpa kita paham,
itu pun adalah “kerjaan” Allah. Dan memang semua adalah pekerjaan Allah. Laa
hawla walaa quwwata illaa billaah.
Kuliah Tauhid akan tambah menarik tatkala nanti kita belajar iman kepada malaikat.
Seru. Menarik. Dan akan membuka mata Saudara semua, betapa kita ini kecil dan
Allah itu Maha Besar. Sekaligus DIA Maha Kuasa, Maha Berkehendak, Maha
Menentukan, dan Maha Segalanya.
Saya berdoa Saudara berkenan dan diberi kekuatan dan keridhoan dari Allah
untuk mengikuti perkuliahan tauhid ini. Amin. Perkuliahan tauhid ini sesungguhnya
pelajaran BESAR dan BERAT . Atas izin-Nya saya memohon agar bisa mengajar
Saudara semua dengan bahasa yang ringan dan dengan bahasa sehari-hari.
Saudara bisa jadi tidak menemukan pembahasan akademis di pembelajaran
tauhid ini. Semata-mata untuk membedakan antara KuliahOnline yang berbasis
Kuliah Kehidupan, dengan kuliah akademisi di sekolah-sekolah dan kampus-kampus.
Dan agar berasa kuliah tauhid ini sesegera mungkin di dalam kehidupan
sehari-hari para Onliners.
Waba’du, saya mengucapkan selamat mengikuti, dan terima kasih sudah berkenan
menjadi sahabat saya dalam amal saleh belajar dan mengajar ini. Semoga Allah
mengizinkan kita semua mengenal-Nya lebih dalam dan lebih kenal lagi. Sekaligus
mengenal rasul-Nya, Muhammad, dan al Qur’anul kariim. Aamiin.
Bila boleh saya meminta kepada Saudara semua, ajaklah sebanyak-banyaknya orang
di sekeliling Saudara mengikuti langsung KuliahOnline ini dengan mendaftarkan
diri sebagai peserta resmi. Kemudian sama-sama menyiarkan isinya, dengan
memperhatikan seruan dan himbauan saya. Salah satunya, jangan menyebar begitu
saja isinya, tanpa pengawalan. Tanpa monitoring. Jangan pula menyebarkan sekali
banyak, sekali utuh. Nanti malah jadi sampah yang tak berguna. Pelan-pelan
sampaikan kepada yang lain, dan sedikit-sedikit. Jadikan materi demi materi,
diskusi dan bahan-bahan dakwah yang disampaikan secara teratur. Sesungguhnya
saya mengajar materi pertama ini saja sudah kelewat banyak. Namun semua terjadi
atas izin-Nya juga.
***
Sampe sini, saya HENTIKAN dulu sesi 1 Kuliah Tauhid ini. Saya ga yakin juga
Saudara bisa menyelesaikan artikel ini dalam waktu sepekan. Suudzdzan ya? he he
he. Khususnya bagi Saudara yang tidak menyediakan waktu khusus untuk mengikuti
perkuliahan ini. Kecuali ya yang serius.
Insya Allah sebagai terusannya artikel ini, saya dan kawan-kawan sudah
menyiapkan OfflineClass yang kedua: Iman Yang Menggerakkan, Keyakinan Yang
Hidup.
Insya Allah Saudara akan diundang melalui imel masing-masing untuk mengikuti
perkuliahan OfflineClass ini. Menukik. Belajar keyakinan aplikatif. Sehingga
insya Allah Saudara tidak lagi mendewakan uang, mendewakan ikhtiar, mendewakan
akal pikiran dan kemampuan Saudara. Hingga kemudian bisa mengistimewakan Allah,
dan cara-cara-Nya.
Saya kepengen ada di antara Saudara kelak yang coba ngejajal ilmu yakin dari
hal-hal yang kecil. Beli nasi goreng, tanpa bawa duit. Ada duit, tapi ga usah dibawa
duitnya. Doa dulu, shalawat dulu, istighfar dulu, kemudian bismillaah jalan ke
tukang nasi goreng. He he he, tes. Apakah bisa bawa pulang nasi goreng. Jajalnya
yang sempurna. Maksudnya, ya seperti punya duit, ya ngomong sama tukang nasi
goreng; Satu bang!
He he he, berani ga?
Ikutin aja dulu kali ya Kuliah Tauhid ini. Supaya beraninya, bukan berani
konyol.
Kalo dari hal-hal kecil udah dijajal, insya Allah bisa melangkah ke hal-hal
besar. Misalnya, menghadap pada orang tua, bilang padanya; tahun depan ibu
bapak saya berangkatkan haji. Insya Allah. Atau bikin surat undangan
pernikahan, tanpa nama calon! He he he. Jajal aja. Sewa aja ruang resepsi,
pesan katering, dll., selayaknya ada calon pasangan pengantin. Pas hari H, tes,
apakah ada apa engga.
He he he, sekali lagi, berani engga?
Ini khusus buat yang belom nikah loh ya… Hi hi hi.
Saudara ajak anak-anak dan istri makan keluar. Makan di resto. Ga usah bawa
duit. Dan ga usah bawa mobil. Pergi aja udah dari rumah. Lakukan hal-hal kecil
sebagaimana disebut dan diajarkan di kuliah sesi 1 ini. Tes. Dandan, siapsiap, seakan-akan
berangkat menuju resto bawa duit. PD aja. Saya yakin di antara Saudara ada yang
mau mencoba kegilaan keyakinan ini. Di resto, sudah menunggu Allah. Dan Allah mengirimkan
pasukan penjemput. Insya Allah.
Yah, begitu dah. Kepengen sekali nanti usai ikut OfflineClass Saudara menjajal
ilmu tauhid yang Saudara pelajari ini. Bukannya apa. Supaya tuhannya Saudara
itu bener, yakni Allah. Diharapkan Saudara kelak tidak sombong saat berhasilnya,
dan tidak putus asa saat gagalnya. Tidak tinggi hati saat jayanya, dan tidak
rendah diri saat jatuhnya, kecuali di hadapan Kekuasaan Allah. Diharapkan pula
oleh saya, agar kiranya kemudian timbul keringan untuk ibadah, dan merasa perlu
untuk ibadah. Hingga keistiqamahan dalam ibadah itu datang dan dimiliki oleh
Saudara. Saat lapang tidak melupakan Allah, apalagi saat sempitnya. Subhaanallaah.
Saat-saat di mana saya rindu agar Saudara semua paham, kesenangan datangnya
dari Allah, begitu juga kesedihan. Kemudahan milik Allah, begitu juga
kesulitan. Bahagia adanya dari Allah, demikian pula duka. Manfaat datangnya
dari Allah, madharat datangnya dari Allah. Kesuksesan datangnya dari Allah,
begitu pula kegagalan. Semua dinikmati sebagai Kehendak-Nya. Tidak ada lagi
nanti yang dirisaukan, kecuali Allah.
Ya Allah, mudah-mudahan Saudara, dan bahkan saya pribadi beserta seluruh
keluarga besar saya dan keluarga besar Wisatahati dan Daarul Qur’an, mudah-mudahan
bisa nyampe ke keadaan itu.
Untuk pembelajaran reguler mingguan, Saudara akan lanjut langsung menuju
Sesi 2: Laa-ilaaha-illallah. Insya Allah.
Mari sama-sama mengucap hamdalah. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Saudara yang sempat lagi shalat sunnah 2 rakaat, silahkan shalat sunnah ya.
Niatnya shalat sunnah mutlak saja. Begini kurang lebih niat dalam bahasa Indonesianya:
Ya Allah, saya niat shalat sunnah 2 rokaat. Gitu. Disebut sunnah mutlak, sebab
tidak ada embel-embel shalat sunnah apa. Kalau saya, sebagaimana biasa,
shalatnya shalat sunnah hajat. Minta ilmu, dan keyakinan, yang bisa membawa
kepada amal saleh yang diridhai Allah. Gitu hajatnya. Saudara sudah belajar
sedikit dari ilmu tauhid. Maka, bila Saudara mau shalat 2 rakaat, minta sama
Allah ilmu ini, maka sesungguhnya Saudara sudah mulai berjalan sebagai orang
yang mengimani dan meyakini-Nya. Istilahnya, dalam belajar pun Saudara sudah
melibatkan-Nya. Bukan karena saya mengajar, dan Saudara belajar, Saudara lalu
bisa. Bukan. Tapi sebab Allah. Bila di awal materi saya menyuruh Saudara semua
shalat dan berdoa. Minta ilmu sama Allah. Maka di akhir pembelajaran pun saya
meminta Saudara, untuk shalat lagi, dan berdoa. Tambahin kalimat syukur.
Alhamdulillaah ya Allah. Engkau mengizinkan ustadz Yusuf Mansur mengajar, dan
mengizinkan saya belajar. Mudah-mudahan Engkau menggolongkan kami sebagai
orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Demikian.
Allahumma shallii ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ alaa aali Sayyidinaa
Muhammad. Allaahumma innaa nas-aluka ‘ilman naafi’an wa yaqiinan shaadiqan. Wa
‘amalan mutaqobbalan wa rizqan halaalan waasi’an mubaarakan thayyiban. Allaahumma
inna nas-alukal hudaa wat tuqoo wal ‘afaafa wal ghinaa. Washallallaahu ‘alaa
Sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aali Sayyidinaa Muhammadin. Walhamdulillaahi
robbil ‘aaalamiin.Subhaanakallahumma wa bihamdika nasyhadu al-laa-illaaha illallaah
nastaghfiruka wa natuubu ilahi. Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang
digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur dan Pondok
Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an.
Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Daarul Qur’an Nusantara
Bank Syariah Mandiri : A/C. 074 006 5000
BCA : A/C.
603 030 8041
Bank Muamalat : A/C. 303 003 3615
Bank Mandiri : A/C. 128 000 509 2975
Bank Bukopin Syariah : A/C. 880 0420 017
Bank Mega Syariah : A/C. 100 000 6822
Bank BNI Syariah : A/C. 1699 1699 6
Bank DKI Syariah : A/C. 701 700 9003
Bank Permata Syariah : A/C. 97 1010 606
Bank Danamon Syariah : A/C. 731 34 769
BRI : A/C. 0523 01 0000 34 30 4
Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828.
Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal
Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf).
Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
Informasi
lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini: