Selasa, 31 Juli 2012

MUNAJAT 7


Duhai Pemilik Keselamatan, selamatkanlah kami dan anak keturunan kami dari mencari kesenangan dunia, kemewahan dunia, dengan cara pintas.

Duhai Pemilik Kesenangan, bimbinglah kami untuk menemukan kesenangan yang hakiki, bukan kesenangan yang berujung pada penderitaan.

Duhai Pemilik duinia, ajarkan kami untuk menundukkan dunia, bukan kami yang tunduk kepada dunia, dan agar dunia tidak berbalik menjadi kurungan besar hanya lantaran kami lupa akan ajaran dan peringatan-Mu.

Bila kilauan dunia menyilaukan pandangan kami, bila taburan permata dunia mendebarkan kami punya hati, ingatkan kami ya Allah, ingatkan. Bahwa keridhaan-Mu dan kasih saying-Mu lebih besar daripada sekedar dunia, yang bila mati pun ia akan kami tinggalkan. Amiin!



Tulisan ini dikutip dari buku WISATA HATI : Kehidupan Yang Rapuh
Yang ditulis Ustadz Yusuf Mansur.




Selasa, 24 Juli 2012

MELANGKAH DIDALAM KEHIDUPAN SEJATI


Saudaraku,…
Jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insya Allah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

"Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?" tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. "Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar. "Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!" ucapnya sambil terus memejamkan mata.

"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai. "Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!"
Semua kehidupan, beserta perjalanannya kadang menuntut kita untuk terkondisi dalam kesabaran, atau terkondisi dalam kesenangan. tetapi hakikatnya kehidupan ini bila dijadikan tujuan, maka kecenderungannya ialah melalaikan kehidupan itu sebagai sarana saja untuk mengumpulkan bekal akhirat

 “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)

Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat nanti manusia akan menyadari betapa menipunya pengalaman hidupnya sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia  menikmati kesenangan maupun menjalani penderitaan. Kesenangan dunia sungguh menipu. Penderitaan duniapun menipu.

Kita adalah hamba Allah, yang harus tunduk didalam naungan agama-Nya. Karena disanalah sebuah pegangan kita untuk menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi ini.

Saat manusia berada di alam akhirat barulah ia akan menyadari betapa sejatinya kehidupan di sana. Kesenangannya hakiki dan penderitaannya sejati. Surga bukanlah khayalan dan sekedar dongeng orang-orang tua di masa lalu. Begitu pula dengan neraka, ia bukan suatu mitos atau sekedar cerita-ceirta orang dahulu kala. Surga dan neraka adalah perkara hakiki, saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan dengan deskripsi yang sangat kontras dan ekstrim mengenai betapa berbedanya tabiat pengalaman hidup di dunia yang menipu dengan kehidupan sejati akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:

 “Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)

Mengapa orang pertama ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kebaikan serta merasakan suatu kenikmatan, padahal ia adalah orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya?

Jawabannya: karena Allah telah paksa dia merasakan derita sejati neraka –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala kenikmatan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya.
Sebaliknya, mengapa orang kedua ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kesulitan atau merasakan suatu kesengsaraan, padahal ia orang yang paling susah hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya?

Jawabannya: karena Allah telah izinkan dia merasakan kesenangan hakiki surga –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala penderitaan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Subhaanallah wa laa haula wa laa quwwata illa billah...!!!

Pantas bila Allah gambarkan bahwa saat sudah dihadapkan dengan azab neraka orang-orang kafir bakal berharap mereka dapat menebus diri mereka dengan sebanyak apapun yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya pada saat itu mereka tidak sanggup dan tidak berdaya.

 “Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.” (QS Al-Maaidah ayat 36)


Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur  dan Pesantren Darul Quran.

Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Darul Quran Nusantara

Bank Mandiri, A/C. 128 000 509 2975

Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
 
Semoga para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan rizki berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.





Tulisan ini dikutip dari :

Selasa, 17 Juli 2012

TESTIMONI SEDEKAH – Tercukupi Dengan Gaji Pas-Pasan


Assalammualaikum Wr.Wb Saya ini adalah seorang Karyawati di Perusahaan Swasta Asing, masih single, kurang lebih 15 tahun kerja di perusahaan ini. Walaupun 15 tahun kerja di perusahaan ini penghasilannya hampir nggak jauh beda dengan karyawan/ti baru. Maaf bukan saya tidak bersyukur, tetapi itulah faktanya. Tapi Allhamdullilah dengan gaji sekian saya masih bisa memberi kepada orang tua, kakak saya, ada 2 orang yang satunya memang sudah tidak punya suami tetapi punya anak 2, dan kakak yang satunya lagi adalah seorang guru (PNS) yang menderita gagal ginjal dan harus cuci darah setiap minggu 2x ke Bandung, dan adik 1 orang.
Dengan gaji Rp.1.800.000 itulah setiap bulan saya bagikan, sementara saya sendiri ngontrak rumah per bulan Rp.300.000, belum makan, transport dan saya masih bisa ngasih sedekah kepada fakir miskin. Kadang saya suka berpikir...sepertinya tidak masuk akal kalau melihat dengan jumlah uang sekian saya masih memberi sedekah....saya tidak pernah bisa menabung...karena saya berasa berdosa...sementara saudara dan sekeliling saya masih kurang.
Setiap bulan uang untuk makan kadang tersisa cuma Rp.50.000,- dan anehnya cukup......malah saya bisa beli rumah di kampung halaman yang sekarang diisi oleh Ibu, Adik dan Kakak, tanah seluas 300m2.....padahal seumur hidup, saya tidak pernah menabung...... Subhanallah, Allahu Akbar itulah kebesaran Allah SWT. kalau dihitung secara matematika mana cukup uang sekian. Allhamdullilah Allah SWT selalu mencukupi saya.
Saya hanya ingin mengatakan : Jangan pernah ragu dan takut miskin untuk memberikan sedekah kepada orang-orang sekeliling kita terutama yang paling dekat dengan kita. Saya sering dikatai teman-teman, kalau saya ini tidak normal karena tidak punya keinginan untuk shopping untuk keperluan wanita atau barang2 lainnya. Yang paling bahagia buat saya adalah saya bisa memberikan sebagian hasil keringat saya yang halal kepada orang2 yang dekat, sekalipun tidak punya apa-apa.
 
 
 
Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur  dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Quran.

Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Daarul Quran Nusantara

Bank Mandiri, A/C. 128 000 509 2975

Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
 
Semoga para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan rizki berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.


Informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini:
http://www.pppa.co.id




Selasa, 10 Juli 2012

KISAH ULAMA BESAR ABDUL GHANI


Saudaraku, …
Saya ingin berbagi kisah kebaikan tentang seorang tokoh Islam yang luar biasa kebaikannya. Ia adalah Syaikh Abdul Ghani. Kebiasaan beliau adalah dia kerap membagi-bagikan apa yang ia peroleh kepada orang-orang yang membutuhkan di sekitarnya. Pernah suatu malam, ia menutup mukanya untuk membagi-bagikan gandum yang ia miliki kepada masyarakat sekitar. Begitu pun ketika ia mendapatkan beberapa kain, hari itu juga ia membagi-bagikan kepada orang sekitar, tanpa menyisakan sedikit pun. Padahal, pakaiannya sendiri sudah sobek.

Seseorang pernah terbingung-bingung ketika mengetahui utangnya sudah lunas. Ia pun bertanya, “Siapa yang telah melunasi utang-utangku?”

Dengan syarat tidak memberitahukan kepada siapa pun, si pemberi utang pun mengatakan, “Al-Hafizh Abdul Ghani!”

Tidak ada hari-hari berlalu buat Syaikh Abdul Ghani kecuali ia isi dengan belajar, mengajar, dan ibadah. Setiap hari, seusai shalat Subuh, Abdul Ghani langsung menemui murid-muridnya untuk mengajarkan mereka Alquran dan hadits. Setelah selesai, ia berwudhu untuk menunaikan shalat sunnah hingga menjelang waktu Zhuhur. Ia tidur sebentar, untuk kemudian shalat Zhuhur.

Seusai shalat Zhuhur, Abdul Ghani meriwayatkan suatu hadits atau menulis kitab hingga Ashar, dan disambung lagi kegiatan itu sampai datang Maghrib. Kalau ia tidak sedang berpuasa, ia isi antara Maghrib dengan Isya dengan sejumlah shalat sunnah.

Setelah shalat Isya, biasanya ia tidur dan kemudian bangun pada tengah malam. Sepanjang tengah malam itu, Abdul Ghani melakukan qiyamul lail hingga datang fajar, begitu seterusnya, hingga Allah swt. memanggilnya di usia sekitar 65 tahun setelah sakit yang ia alami selama kurang lebih enam belas hari.

Seorang ulama salaf, Abu Musa Al-Madini mengatakan, “Jarang orang yang datang kepada kami dengan pemahaman ilmu hadits seperti pemahaman Syaikh Imam Dhiyauddin Abu Muhammad Abdul Ghani Al-Maqdisi. Ia telah diberi taufik dalam menjelaskan kesalahan-kesalahan yang ada. Sekiranya Imam Ad-Daruquthni dan orang-orang sepertinya hidup di zaman Abdul Ghani, mereka pasti menganggap benar perbuatannya.” 

Kalau melihat kemungkaran, ulama hadits ini langsung mencegahnya dengan tangan atau lisannya. Dalam membela agama Allah, Abdul Ghani tidak menghiraukan hinaan orang sekitar.

Di mana pun ketika Abdul Ghani mendapati khamar, ia akan menghancurkan dan membuangnya di jalan. Tak peduli siapa pun pemiliknya. Begitu pun terhadap alat-alat musik seperti biola, gitar, sejenis rebana, dan sebagainya; langsung saja ia rusak dan buang.

Suatu kali, tanpa disadari Abdul Ghani, seorang pemilik khamar menghunus pedang. Ketika menyadari itu, ia bukannya takut, justru lebih bersemangat mendekati sang pemilik. Saat itulah justru si pemilik khamar yang merasa takut dengan keberanian ulama yang hidup di masa putera Shalahuddin ini.

Abdul Ghani punya rumus sendiri terhadap keberaniannya mencegah kemungkaran. Ia membacakan firman Allah surah Luqman ayat 17. “Dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.”

Seorang penguasa di zamannya, Al-‘Adil, pernah mengungkapkan ketakutannya terhadap sosok Abdul Ghani. Kalau ulama ini datang berkunjung ke istana, sang raja langsung berdiri memberikan hormat. Bukan sebaliknya.

Di lain kesempatan, beberapa staf kerajaan mengungkapkan keheranannya. “Wahai raja, Abdul Ghani tak lebih dari seorang ahli fikih,” ucap mereka. Al-‘Adil mengatakan, “Aku tidak takut kepada seseorang melebihi takutku kepada Abdul Ghani. Bila ia mendatangiku, seolah aku melihat binatang buas mengerikan menghampiriku.”

Suatu kali, Abdul Ghani pernah masuk ke istana seorang sultan di Damaskus bernama Al-Afdhal. Di sebuah lemari pajangan, terdapat beberapa alat musik. Saat itu juga, Abdul Ghani langsung menghancurkan alat-alat musik tersebut. Setelah itu, ia membacakan sebuah hadits. Ia mengatakan, “Menurutku, alat musik adalah haram!” Saat itu, tak seorang pun yang berani mengomentari tindakan sang ulama, termasuk sultan dan bawahannya.

Selain karena penguasaan ilmu hadits yang begitu tinggi, sifat zuhud syaikh Abdul Ghani juga menguatkan kewibawaannya di depan orang banyak, termasuk penguasa. Penulis empat puluh satu kitab ini hampir tidak pernah menyimpan uang satu dirham pun, kecuali uang itu ia infakkan.

Dalam kitab Dzailu Thobaqoot Hanabilah karya tulis Ibnu Rajab disebutkan riwayat hidup Abdul Ghani al Maqdis, seorang imam pentolan yant tunduk patuh kepada Allah lagi bukan termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, penulis kitab Al Kamal fii Asma ir Rijaal tentang ilmu hadist yang belum pernah ada tulisan yang semisal dengannya. Ibnu Rajab menceritakan bahwa Abdul Ghani ketika dipenjara dimasukkan ke dalam sel bersama dengan sejumlah orang-orang Yahudi. Setiap malam hari Abdul Ghani bangun melakukan shalat sunnah malam hari. Setipa kali shalat dua raka'at, ia mengerjakannya dengan menangis hingga tangisannya mengalahkan suaranya.

Selanjutnya, ia berwudhu' dan shalat dua rakaat lagi dengan menangis, demikianlah seterusnya hingga pagi hari. Setelah orang-orang Yahudi yang bersamanya dalam penjara melihat sikapnya itu, maka pada pagi harinya mereka semua masuk Islam. Mereka masuk Islam karena ketakutan melihar orang alim yang ahli ibadah ini dan tangisannya yang besar serta bacaannya yang begitu hangat.

Para penghuni penjara lainnya bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian masuk Islam?", tukasnya.

Seseorang diantara orang-orang Yahudi itu menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya aku telah melalui suatu malam yang belum pernah kualami sepanjang hidupku. Demi Allah, dia telah menggambarkan kepada kami keadaan hari Kiamat".




Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur  dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Quran.

Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Daarul Quran Nusantara

Bank Mandiri, A/C. 128 000 509 2975

Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
 
Semoga para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan rizki berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.


Informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini:
http://www.pppa.co.id