Assalaamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh.
Alhamdulilaahi
rabbil ‘aalamiin. Washalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaai wal mursaliin.
Nabiyyinaa Muhammadin shallaallahu ‘alaihi wasallama. Wa ‘alaa aalihi wa
azwaajihii wa dzurriyyatihii wa ash-haabihii wa ummatihii ilaa yamuddiin.
Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ammaa ba’du.
Saudaraku…
Mengapa manusia tidak belajar banyak dari pengalaman
pahit orang lain. Bahwa ketika ia mengeluh kepada sesamanya, kehinaan yang
kemudian ia dapat kelak.
Siapa manusia yang tidak punya sahabat? Siapa manusia
yang tidak punya kawan? Hampir rata-rata punya. Kesedihan dan kesepianlah yang
ada bila seseorang hidup sendirian tanpa ada yang menemani. Tapi bila sahabat
yang kita jadikan sahabat, kawan yang kita jadikan kawan, kemudian kelak ada
perselisihan sedikit saja dengan kita, maka rahasia barat dan timur segera
terbuka. Itu hanya akan terjadi bila kita sering mengadukan masalah kita kepada
dia, dan sering mengeluhkesahkan kesusahan kepadanya. Sebab hal ini ternyata
menjadi bumerang buat diri kita sendiri.
Memang salah satu sifat manusia adalah “gatel”. Bukan
gatel pengen digaruk, tapi gatel untuk berkeluh kesah. Kerjaannya banyak
mengeluh. Tidak laki-laki tidak perempuan. Dua-duanya senang mengadukan
kesulitan hidupnya pada orang lain. Andai kita tahu bahayanya, tentu kita akan
sedikit mengerem kegatelan kita ini. Apalagi mestinya kita tahu, bahwa
seberapapun hebatnya kita mengeluh, yang menakdirkan bisa menolong hanyalah
kehendak Allah. Bukan sahabat kita, bukan saudara kita.
Dalam hal ini Rasul pernah memberi tahu, bahwa seharusnya
kita ridha akan apa yang menimpa kita, akan apa yang terjadi pada kehidupan
kita. Supaya mutiara kesulitan kita bisa dapatkan seiring dengan kesabaran kita
menerimanya sebagai sebuah ketetapan Allah. Tapi yang terjadi, kita kehilangan
sesuatu, lalu kita mengeluhkannya. Maka kita menjadi rugi dua kali. Pertama
rugi sebab kehilangan barang yang boleh jadi kita cintai, yang kedua, rugi
sebab kita tidak dapatkan penggantinya sebab kita tidak ridho [dilihat dari
mengeluhnya]. Oleh karenanya kata Rasul, musibah itu satu kesusahan, tapi bila
mengeluh menjadikan dua kesusahan.
Di lain kesempatan Rasul menegaskan, “barangsiapa yang
bangun di pagi hari lantas mengadukan kesulitan hidupnya kepada orang lain,
maka seolah-olah dia mengadukan Tuhannya [tidak rela akan takdir-Nya]. Dan
barangsiapa bangun di pagi hari dalam keadaan sedih karena urusan duniawi, maka
di pagi itu dia telah membenci Allah.”
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan berkeluh kesah. Jika
diberi keburukan dia mengeluh, tapi bila diberi kebaikan dia menjadi pelit.
Kecuali mereka yang shalat dan menjaga shalatnya.” (al Ma’arij: 19-23).
Pada suatu hari Rasul bertanya kepada para sahabatnya,
perlukah aku mengajarkan kepada kamu semua, wahai sahabatku, doanya Musa
‘alaihissalam ketika melewati lautan bersama Bani Israil? Jawab sahabat, perlu
ya Rasul? Kalau begitu bacalah ini, kata Rasul:
Allâhumma lakal hamdu wa
ilaikal musytakâ wa antal musta’ân wa lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil
‘aliyyil ‘adzhîem.
Ya Allah, bagi-Mu segala puji-pujian. Kepada Engkaulah
aku mengadu, dan hanya Engkau yang bisa memberi pertolongan, serta tiada
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Ya sudahlah, kita punya Allah Yang Maha Mendengar dan
Maha Menjaga segala rahasia. Mulai sekarang, jadikan Allah sebagai satu-satunya
mitra berkeluh kesah dan sekaligus memohon pertolongan-Nya.
Ada Yang Maha Mendengar, yaitu Engkau, tapi kami mencari
yang tuli, yaitu manusia. Ada Yang Maha Membantu, yaitu Engkau, tapi kami
mencari yang buta, yaitu manusia. Ada Yang Maha Membantu, yaitu Engkau, tapi
kami mencari yang diam, yaitu manusia. Ada Yang Maha Berkuasa, yaitu Engkau,
tapi kami mencari yang lemah dan tak bisa berbuat apa-apa, yaitu manusia.
Bisa apa manusia yang lain? Bisanya hanya berdiri di
kepentingan dirinya sendiri – kebanyakan. Bisa apa manusia yang lain? Bisanya
hanya diam tak bisa membantu – kebanyakan. Bisa apa manusia yang lain? Bisanya
hanya balik menghina dan menertawakan – kebanyakan.
Maafkan kami ya Allah, maafkan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar