Assalamualaikum
warahmatullaahi wabarakatuhu. Allahumma shalli shalatan kamilatan wasallim
salaaman taamman ‘alaa sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu
watanfariju bihil kurobu watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihir raghaa-ibu
wahusnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihii
washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil laka.
Saudaraku,…
Ayat ke-56 Surat Adz Dzariyat yang berbunyi: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku” menyatakan bahwa Allah telah menciptakan manusia untuk
mengabdi kepada-Nya. Dengan kata lain, tujuan diciptakannya manusia adalah,
sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an, untuk mengabdi kepada Allah yang
telah menciptakan segalanya. Untuk itu, orang yang menerima Al Qur'an sebagai
pedoman hidup mereka akan menempatkan pengabdian kepada Allah di atas
segalanya. Mereka menggunakan kehidupan singkat mereka (sekitar 70 tahun bila
Allah menghendakinya) dengan memperhatikan kehidupan akhirat dan meraih ridha
Allah. Hal ini terlihat dengan sendirinya dalam setiap saat di kehidupan
duniawi mereka.
Orang beriman selalu menyadari bahwa ajaran Al Qur'an
berlaku tidak hanya pada sebagian saja dari hidupnya di dunia ini, atau pada
saat atau tahapan tertentu di dalamnya, melainkan pada seluruh hidupnya. Dia
mematuhi semua perintah Allah dengan sepenuh kemampuannya dan melakukan
sebanyak mungkin kebajikan yang dapat dia lakukan, Dia menghabiskan waktunya
dengan amal ibadah sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam Al Qur'an. Di
saat dia telah menyelesaikan pekerjaannya, dia melanjutkan ke pekerjaan
berikutnya. Karena Allah berfirman dalam ayat 162 Surat Al An’am, (6:162): “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,” dia
mengejar apa yang baik dan bermanfaat, dan tidak ada kata henti, tunggu, atau
batasan dalam usahanya tersebut.
Bagi orang beriman, memulai pekerjaan baru setelah yang
sebelumnya diselesaikan adalah penting karena dia tahu bahwa dia harus
menghabiskan setiap detik yang diberikan kepadanya di dunia ini dengan bekerja
untuk mendapatkan ridha Allah. Dia akan memberi perhatian kepada hidup setelah
mati dalam setiap saat yang telah dilewatinya di dunia ini. Untuk itu, dia
menghabiskan setiap menit dengan hanya mengharapkan ridha Allah, dan
mengerjakan semua yang dia harapkan paling diridhai oleh Allah. Dalam Al
Qur'an, Allah menyampaikan kepada orang beriman untuk mencurahkan usahanya
menuju ke arah tersebut: “Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain.” (QS Alam-Nasyrah, 94:7)
Perbuatan orang beriman untuk mendapatkan ridha Allah tidak berhenti dari
hari ke hari. Hal ini ditunjukkan dalam ayat ke-76 Surat Maryam: “Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih
baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.” Dan dalam ayat
yang lain, Allah menerangkan bahwa Dia menginginkan agar manusia tekun dalam
ibadah mereka:
“Tuhan (yang menguasai)
langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan
berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang
yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS Maryam, 19:65)
Jalan pemikiran sesat dari sebagian kaum jahiliyah dalam persoalan ini,
menjerumuskan mereka ke dalam keragu-raguan akan keberadaan kehidupan setelah
mati dan hanya melakukan beberapa kegiatan peribadatan dari waktu ke waktu saja.
Sebagian orang membuat kekeliruan yang sangat besar ketika berusaha
memperoleh nikmat di dunia ini, yang mereka jadikan sebagai tujuan. Mereka
melakukan apa saja untuk menjadi kaya, mendapat jabatan, dan mendapatkan hal
lain yang mereka inginkan. Dalam waktu yang sangat singkat mereka terlibat
dalam sebuah perlombaan yang besar demi “harga yang sedikit” (QS. At-Taubah,
9:9) yang akan segera lenyap dari mereka. Namun orang beriman yang mengejar
ridha Allah dan jalan menuju Surga, berjuang hanya demi Allah. Al Qur'an
menggambarkan sifat orang beriman ini:
“Dan
barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang
yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS Al Isra’, 17:19)
Orang beriman yang menghabiskan seluruh harinya dengan mencari ridha Allah
giat dan bersemangat dalam menunaikan sholatnya. Dia mengingat Allah sepanjang
hari di dalam hatinya dan dalam kegiatannya dan merenungi dalam-dalam
kekuasaan-Nya, kecerdasan-Nya, pengetahuan-Nya, karya seni-Nya, dan
sifat-sifat-Nya yang lain. Sikap ini merupakan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari dari perintah yang ada dalam ayat-ayat berikut:
“…Dan sebutlah (nama)
Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi
hari." (QS Ali ‘Imran, 3:41)
“Dan sebutlah (nama)
Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang.” (QS Al A’raf, 7:205)
Dalam ayat 28 Surat ar-Ra’d, Allah berfirman bahwa hati hanya akan merasa
damai jika mengingat Allah:
“… (yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah…” (QS. ar-Ra’d, 13:28)
Seseorang yang menjadikan Al Qur'an sebagai petunjuknya akan sangat
berhati-hati dalam melakukan ibadah seperti sholat lima waktu, berpuasa, dan
berwudhu, sebagaimana yang telah Allah perintahkan. Misalnya, sholat tepat
waktu adalah hal yang penting. Dia tidak membiarkan urusan dunia menghalanginya
dalam menunaikan sholat. Setiap dia sholat, dia melakukannya dengan rendah
hati, suka-cita dan bersemangat, berharap bahwa hal itu akan membawanya semakin
dekat kepada Allah.
Namun demikian, orang yang tidak mendekatkan diri kepada Allah dengan
semangat yang benar, melainkan untuk pamer atau takut akan pendapat orang lain,
tidak dapat merasakan kenikmatan dalam beribadah kepada Allah. Saat mereka
melakukan sholat, mereka tidak tahu bahwa itu dapat mendekatkan dirinya kepada
Allah. Pikiran mereka terlalu tenggelam dalam urusan sehari-hari sehingga sulit
untuk dapat mengingat Allah dan memuji-Nya. Dalam Al Qur'an, Allah
memperingatkan orang-orang yang lalai dalam sholatnya:
“Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya,
orang-orang yang berbuat riya.” (QS Al Ma’un, 107:6)
Ini berarti, mereka menunda sholat dari waktu yang telah ditentukan dan
bahkan tidak melaksanakannya sama sekali. Sekalipun demikian, meski Surat
tersebut tidak merujuk pada hal itu, orang yang cerdas akan melihat peringatan
akan kelalaian dalam sholat.
Orang yang lalai keliru ketika berpikir bahwa mereka melakukan sesuatu
untuk Allah tanpa takut kepada-Nya, memikirkan-Nya dan tanpa merasakan
kehadiran atau kedekatan-Nya. Perilaku yang akan membawa seseorang lebih dekat
kepada Allah meliputi keiklasan dalam mendirikan sholat, takut kepada Allah dan
kepatuhan serta merendahkan-diri di hadapan-Nya.
Sebagian orang memiliki pandangan yang sangat sempit tentang sholat,
menganggap bahwa cukuplah mematuhi beberapa perintah Allah saja dalam sehari.
Padahal, menurut Al Qur'an, ibadah tidak hanya terbatas pada perintah agama
seperti sholat, berpuasa, haji, dan bersedekah.
Ibadah berarti melayani. Jadi, ibadah meliputi tingkah laku seseorang dan
pikirannya serta segala hal yang dilakukan dan diucapkan sebagai hamba Allah.
Sepenting apa pun sebuah kewajiban sholat sebagai sebuah amal ibadah pribadi,
begitu pula halnya mengalahkan kemarahan, menggunakan tutur kata yang sopan,
melakukan kebaikan dan melarang kejahatan, memberikan kepercayaan kepada muslim
yang lain dan tidak bersikap menang sendiri; semua ini juga termasuk perbuatan
ibadah. (Untuk lebih lengkapnya bacalah karya Harun Yahya Commonly Disregarded
Rulings of the Qur'an (dalam Bahasa Indonesia berarti, Aturan Al Qur’an yang
Sering Diabaikan).
Karena itu, perilaku baik termasuk hal yang harus dilaksanakan dan
diterapkan dengan cara yang sama dalam hal semangat dan kekhusyukan dengan amal
ibadah. Tentu, sejalan dengan itu, seorang Muslim harus mengetahui berbagai
hubungan muamalah di dunia, seperti jual-beli, sewa-menyewa, pernikahan, dan
perceraian yang dapat diterima, serta cara yang benar untuk melakukan hal-hal
tersebut. Singkatnya, orang beriman menunjukkan kepedulian yang sangat besar di
setiap saat dalam hidupnya pada perintah Allah dalam Al Qur'an serta terhadap
perintah, larangan, dan tuntunan Rasulullah SAW.
Salah satu amal ibadah yang paling penting yang dapat dilaksanakan oleh
orang beriman sepanjang hari adalah berdakwah, yaitu mengajak manusia mengikuti
jalan yang benar, menyampaikan kebaikan kepada mereka, dan memperingatkan
mereka akan kejahatan, serta mengajak mereka untuk meningkatkan pengetahuan
mereka mengenai Islam, Iman, dan Ihsan serta membaca Al Qur'an. Ibadah ini
merupakan bagian penting dalam kegiatan mereka sehari-hari. Orang beriman
bertanggung jawab setiap saat sebagai wakil Allah di antara makhluk-Nya dan
menyerukan agama Allah melalui perkataannya, perilakunya, dan keberadaan
dirinya sendiri. Tanggung jawab ini tidak semata-mata terbatas pada kegiatan
ibadah. Orang beriman akan berusaha menjadi teladan bagi orang di sekitarnya
dengan bertindak dengan cara sebaik mungkin. Allah berfirman mengenai hal ini
dalam Al Qur'an:
“Dan orang-orang yang
beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari
yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah
dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah
Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS At Taubah,
9:71).
Orang beriman bersemangat untuk melakukan semua yang bisa dia lakukan untuk
mengajak orang lain kepada Allah dan kepada jalan-Nya. Dia akan menyampaikan
kepada mereka mengenai Allah, Keesaan-Nya, dan sifat-sifat-Nya, tujuan
penciptaan mereka, perilaku, dan perbuatan baik serta bentuk kehidupan yang
disukai oleh Allah. Mereka juga menyampaikan kebaikan, kejahatan, kebenaran,
dan kekeliruan yang difirmankan dalam Al Qur'an, Hari pembalasan, Neraka dan
Surga, dan pembahasan lain semacam itu. Dia akan menyampaikan kepada mereka
mengenai Nabi Muhammad SAW dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat mereka
tertarik kepadanya, untuk mengikuti dan meneladaninya.
Perbincangan antar-orang beriman benar-benar menjadi peringatan bersama.
Mereka saling mengajak untuk mematuhi perintah Allah dan hidup berdasarkan
Sunnah Rasul-Nya SAW dan untuk menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Singkatnya, jalan yang lazim ditempuh oleh orang beriman adalah saling
mengingatkan dan memberi peringatan.
Orang beriman menggunakan cara lisan maupun tulisan sebagai peringatan, dan
mereka dapat memanfaatkan sarana komunikasi massa yang sangat maju saat ini.
Dalam memanggil orang kepada ajaran Al Qur'an, mereka dapat memanfaatkan
televisi, radio, buku, majalah, surat kabar, internet, atau media lainnya.
Sama pentingnya dengan dakwah harian kepada Islam oleh orang beriman yang
hidup sesuai dengan ajaran Al Qur'an, ada waktu yang mereka sediakan untuk
mempersiapkan dakwah tersebut. Dalam Al Qur'an, Allah menunjukkan bahwa orang
yang ingin melaksanakan perjuangan pemikiran di jalan-Nya, pertama-tama harus
melakukan persiapan untuk itu. Untuk itu, sangatlah penting agar seseorang
mempersiapkan diri dengan berbagai cara untuk pekerjaan ini. Allah berfirman: “Dan jika mereka mau berangkat, tentulah
mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu.” (QS At Taubah, 9:46)
Untuk menyampaikan pesan Allah, salah satu hal yang harus dilakukan oleh
orang beriman yang memenuhi syarat untuk berdakwah adalah mengembangkan dirinya
sendiri dan mempelajari berbagai macam pengetahuan yang berguna untuk dapat
menyampaikan agama Allah. Yaitu, dia harus mendidik dirinya sendiri, baik dalam
hal agama maupun kecerdasan. Dia harus melakukan segala usaha untuk berbicara
dan menulis dengan tepat, langsung pada pokok masalah dan tepat sasaran, mampu
meyakinkan orang lain, tepat guna, dan memuaskan pendengarnya dengan kearifan
yang dipelajarinya dari agama Allah. Syarat utamanya adalah orang beriman
mempelajari agama Islam, makna ayat-ayat Al Qur'an, dan memahami perbuatan dan
perkataan Nabi kita Muhammad SAW. Jadi, semua persiapan dan usaha ini mendapat
tempat istimewa dalam kehidupan sehari-hari orang beriman yang mampu dan berhak
untuk menyeru kepada Allah dan Rasul-Nya.
Alhamdulillaahi rabbil
‘alamin. Allahumma shalli shalatan kamilatan wasallim salaaman taamman ‘alaa
sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu watanfariju bihil kurobu
watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihir raghaa-ibu wahusnul khawaatimi
wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihii washahbihii fii kulli
lamhatin wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil laka. Wassalamualaikum
warahmatullaahi wabarakatuhu.
Tulisan ini dikutip dari
e-book “24 JAM DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM MENURUT
AJARAN AL QUR’AN”, yang ditulis oleh Harun Yahya.
Tulisan ini diedit kembali
oleh:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar