Pada suatu malam aku dan Marwan sedang berada di rumah, aku mulai merencanakan apa yang akan aku lakuakan malam ini bersama teman-teman, dan di mana lokasinya.
Saat
itu selepas sholat maghrib, dengan bahasa isarat anakku mengatakan sesuatu, aku
sangat faham kalau dia mengingatkan diriku untuk shalat, “Mengapa Bapak tidak
shalat”?, begitu kira-kira yang ingin dikatakannya. Kemudian Ia mengangkat
kedua tangannya ke langit, lagi-lagi dengan isarat Ia mengultimatum bahwa Allah
akan melihatku.
Terkadang aku kepergok anakku sedang berbuat kemunkaran, aku takjub dengan bahasa isaratnya, Ia menangis di depanku, lalu aku segera merangkulnya, tapi Ia lari dariku, Ia segera lari ke tempat wudhu, lalu datang kembali menghampiriku seraya memberi isarat agar jangan pergi dahulu, tiba-tiba Ia shalat di depanku kemudian Ia bangun dan bergegas mengambil mushaf dan meletakkannya di hadapanku, lalu Ia membukanya dengan hanya sekali buka, kemudian jari telunjuknya menunjuk kepada salah satu ayat dalam surat Maryam :
“Wahai bapakku, Sesungguhnya Aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan". (QS. Maryam : 45)
Setelah itu anakku langsung menangis, dan akupun spontan ikut menangis, lalu Ia bangun dan mengusap air mataku, kemudian Ia mencium kepala dan tanganku, dan lagi-lagi dengan bahsa isarat Ia berkata kepadaku : “wahai ayahku shalatlah sebelum engkau dimasukkan ke dalam liang lahat, dan engkau akan manuai adzab”. Demi Allah aku sangat takut dan gemetar, tak ada yang mengetahui keadaanku saat itu kecuali Allah, aku segera bangun, aku seperti orang bingung keluar masuk kamar, sementara Marwan anakku terus menguntit sambil terus menatapku dengan tatapan yang aneh, lalu ia berkata : “Ayo Ayah ke Masjid Besar”! – maksudnya Masjid Nabawy.
“Tidak
ah, ke masjid dekat rumah saja” bujukku kepadanya.
Anakku
tetap bersikeras mengajak ke Masjid Nabawy, akupun segera manggandeng tangannya
menuju masjid Nabawy, aku masih takut dan gemetar, sementara anakku seperti
tidak berhenti sekejappun menatapku.
Sesampainya di Nabawy, aku segera menuju Raudah yang saat itu telah penuh sesak dengan manusia menjelang shalat Isya. Pada saat shalat Isya aku mendengar sang Imam membaca salah satu ayat berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. sekiranya tidaklah Karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Aku tak mampu menguasai gelora jiwaku, aku tak kuasa menahan tangisku, aku menangis dan Marwanpun ikut menangis karena mendengar tangisku, di tengah shalat Marwan mengeluarkan sapu tangan dari saku bajuku lalu mengusap air mataku, selepas shalat aku masih tetap menangis, sementara Marwan terus mengusap air mataku, tidak terasa aku telah bersimpuh di Masjid Nabawy selama satu jam penuh, sehingga anakku berkata :
“Sudahlah Ayah…, jangan takut”!.
Kamipun
bergegas pulang ke rumah, malam itu terasa malam yang paling indah dalam
hidupku, aku sperti dilahirkan kembali ke dunia, isterikupun kemudian hadir di
dekatku, juga anak-anakku, kami semua menumpahkan tangis, meski anak-anakku
yang lain tidak mengerti apa yang terjadi. Lalu Marwan berkata : “Ayah tadi shalat di Masjid Nabawy”,
kulihat isteriku gembira karena buah tarbiyahnya terbukti.
Aku ceritakan kepada isteriku apa yang telah dilakukan Marwan terhadapku, aku katakan kepadanya : “Demi Allah aku ingin Tanya kepadamu, apakah engkau telah mendikte Marwan membuka Mushaf dan menunjuk salah satu ayat dalam surat Maryam yang ditujukan kepadaku?”
Tetapi
isteriku bersumpah “demi Allah” sampai tiga kali. Kemudian isteriku berucap : “Alhamdulillah atas segala hidayah ini”.
Malam
itu adalah malam yang paling berkesan. Sejak saat itu akupun tidak pernah
tinggal shalat berjamaah di Masjid, dan aku mulai memisahkan diri dari
teman-teman burukku, dan aku telah merasakan kelezatan iman. Seandainya anda
melihatku saat itu anda akan dapat melihat hal itu dari wajahku.
Sejak peristiwa itu hidupku terasa bahagia, penuh cinta dan harmoni antara aku, isteri dan anak-anakku, khususnya anakku Marwan yang tuli dan bisu, cintaku sangat besar kepadanya, bagaimana tidak!, dari kedua tangannyalah tersuguhkan kepadaku hidayah Allah SWT.
Akhukum
Abu Marwan
Madinah
al-Munawwarah
Disadur
dari kitab “Al-‘Aiduna ilallah”
Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an.
Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Daarul Qur’an Nusantara
Bank Mandiri, A/C. 128 000 509 2975
Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828.
Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal
Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf).
Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
Semoga para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan rizki berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.
Informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini:
http://www.pppa.co.id
Tulisan ini dikutip dari :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar