Jumat, 05 September 2014

KISAH NYATA BERJUTA HIKMAH



Sahibul hikayat dalam kisah ini adalah warga Madinah Nabawiyah, Ia menuturkan sebagai berikut : “Aku adalah seorang pemuda umur 37 tahun, telah berkeluarga dengan beberapa anak. Aku telah banyak melakukan yang diharamkan Allah. Saya jarang sekali shalat berjamaah, kecuali pada momen-momen tertentu saja, sekedar formalitas di mata orang lain. Hal itu disebabkan karena aku merasa diri saya orang jahat. Syetan selalu mengikatku setiap saat. Anakku berumur 7 tahun, namanya Marwan, Ia tuli dan bisu, tetapi Ia telah banyak mereguk nilai-nilai keimanannya dari isteriku.

Pada suatu malam aku dan Marwan sedang berada di rumah, aku mulai merencanakan apa yang akan aku lakuakan malam ini bersama teman-teman, dan di mana lokasinya.

Saat itu selepas sholat maghrib, dengan bahasa isarat anakku mengatakan sesuatu, aku sangat faham kalau dia mengingatkan diriku untuk shalat, “Mengapa Bapak tidak shalat”?, begitu kira-kira yang ingin dikatakannya. Kemudian Ia mengangkat kedua tangannya ke langit, lagi-lagi dengan isarat Ia mengultimatum bahwa Allah akan melihatku.

Terkadang aku kepergok anakku sedang berbuat kemunkaran, aku takjub dengan bahasa isaratnya, Ia menangis di depanku, lalu aku segera merangkulnya, tapi Ia lari dariku, Ia segera lari ke tempat wudhu, lalu datang kembali menghampiriku seraya memberi isarat agar jangan pergi dahulu, tiba-tiba Ia shalat di depanku kemudian Ia bangun dan bergegas mengambil mushaf dan meletakkannya di hadapanku, lalu Ia membukanya dengan hanya sekali buka, kemudian jari telunjuknya menunjuk kepada salah satu ayat dalam surat Maryam :

Wahai bapakku, Sesungguhnya Aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan". (QS. Maryam : 45)

Setelah itu anakku langsung menangis, dan akupun spontan ikut menangis, lalu Ia bangun dan mengusap air mataku, kemudian Ia mencium kepala dan tanganku, dan lagi-lagi dengan bahsa isarat Ia berkata kepadaku : “wahai ayahku shalatlah sebelum engkau dimasukkan ke dalam liang lahat, dan engkau akan manuai adzab”. Demi Allah aku sangat takut dan gemetar, tak ada yang mengetahui keadaanku saat itu kecuali Allah, aku segera bangun, aku seperti orang bingung keluar masuk kamar, sementara Marwan anakku terus menguntit sambil terus menatapku dengan tatapan yang aneh, lalu ia berkata : “Ayo Ayah ke Masjid Besar”! – maksudnya Masjid Nabawy.

“Tidak ah, ke masjid dekat rumah saja” bujukku kepadanya.

Anakku tetap bersikeras mengajak ke Masjid Nabawy, akupun segera manggandeng tangannya menuju masjid Nabawy, aku masih takut dan gemetar, sementara anakku seperti tidak berhenti sekejappun menatapku.

Sesampainya di Nabawy, aku segera menuju Raudah yang saat itu telah penuh sesak dengan manusia menjelang shalat Isya. Pada saat shalat Isya aku mendengar sang Imam membaca salah satu ayat berikut :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. sekiranya tidaklah Karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Aku tak mampu menguasai gelora jiwaku, aku tak kuasa menahan tangisku, aku menangis dan Marwanpun ikut menangis karena mendengar tangisku, di tengah shalat Marwan mengeluarkan sapu tangan dari saku bajuku lalu mengusap air mataku, selepas shalat aku masih tetap menangis, sementara Marwan terus mengusap air mataku, tidak terasa aku telah bersimpuh di Masjid Nabawy selama satu jam penuh, sehingga anakku berkata :

“Sudahlah Ayah…, jangan takut”!.

Kamipun bergegas pulang ke rumah, malam itu terasa malam yang paling indah dalam hidupku, aku sperti dilahirkan kembali ke dunia, isterikupun kemudian hadir di dekatku, juga anak-anakku, kami semua menumpahkan tangis, meski anak-anakku yang lain tidak mengerti apa yang terjadi. Lalu Marwan berkata : “Ayah tadi shalat di Masjid Nabawy”, kulihat isteriku gembira karena buah tarbiyahnya terbukti.

Aku ceritakan kepada isteriku apa yang telah dilakukan Marwan terhadapku, aku katakan kepadanya : “Demi Allah aku ingin Tanya kepadamu, apakah engkau telah mendikte Marwan membuka Mushaf dan menunjuk salah satu ayat dalam surat Maryam yang ditujukan kepadaku?”

Tetapi isteriku bersumpah “demi Allah” sampai tiga kali. Kemudian isteriku berucap : “Alhamdulillah atas segala hidayah ini”.

Malam itu adalah malam yang paling berkesan. Sejak saat itu akupun tidak pernah tinggal shalat berjamaah di Masjid, dan aku mulai memisahkan diri dari teman-teman burukku, dan aku telah merasakan kelezatan iman. Seandainya anda melihatku saat itu anda akan dapat melihat hal itu dari wajahku.

Sejak peristiwa itu hidupku terasa bahagia, penuh cinta dan harmoni antara aku, isteri dan anak-anakku, khususnya anakku Marwan yang tuli dan bisu, cintaku sangat besar kepadanya, bagaimana tidak!, dari kedua tangannyalah tersuguhkan kepadaku hidayah Allah SWT.


Akhukum Abu Marwan
Madinah al-Munawwarah
Disadur dari kitab “Al-‘Aiduna ilallah”


Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur  dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an.

Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Daarul Qur’an Nusantara

Bank Mandiri, A/C. 128 000 509 2975

Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
 
Semoga para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan rizki berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.


Informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini:
http://www.pppa.co.id


Tulisan ini dikutip dari :