Senin, 25 Mei 2009

KEBAIKAN DAN DOSA

Saudaraku,... Mengenali kebaikan dan dosa adalah mutlak bagi setiap penempuh jalan lurus. Kebaikan dan dosa layaknya sebuah rambu-rambu yang berada di sepanjang jalan. Kita semua mengetahui dan mengenalinya dengan baik, tetapi tidak sedikit juga yang menganggap tidak ada. Akhirnya rambu-rambu itu pun hanya menjadi penghias jalan yang akan selalu diganti ketika penampilannya sudah tidak lagi cantik. Begitulah yang terjadi setiap tahun. Semakin sering rambu-rambu itu diganti, maka semakin sering pula terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa. Tentu saja karena pemakai jalan tidak kunjung memiliki kesadaran untuk menepatinya. Seharusnya pemakai jalan itu mengerti bahawa rambu-ranbu tersebut diadakan untuk keselamatan mereka sendiri. Begitu juga dengan kebaikan dan dosa yang melingkupi kehidupan kita. Manusia akan selalu berada dalam kedua hal ini, antara keberpihakannya kepada kebaikan dan dosa. Karena itulah Rasulullah mengingatkan kita untuk melakukan pilihan yang terbaik. Dan kita kelak mempertanggungjawabkab pilihan tersebut di hadapan Allah SWT. Berbuatlah kebaikan agar Anda memperoleh kebahagiaan di akhirat. Anda tidak perlu berpikir lama untuk berbuat baik di dunia. Dunia ini adalah ladang bagi perbuatan-perbuatan baik Anda yang kelak akan Anda nikmati di kampung akhirat. Perhatikanlah sekeliling Anda, sungguh banyak media yang dapat Anda lakukan agar Anda tecatat sebagai orang baik di sisi Allah. Janganlah Anda hanya berpikir untuk melakuan perbuatan baik yang besar hingga Anda lalai untuk melakukan perbuatan baik yang lainnya. Berpikirlah lebih santai saudaraku. Cukuplah Anda tidak berpikir tentang dosa dan menyakiti orang lain, maka Anda akan terlindung dari perbuatan buruk yang menistakan Anda di hadapan Allah. Kebaikan adalah sesuatu yang tidak membuat hati Anda gelisah ketika memikirkannya. Apabila perbuatan Anda tidak membuat Anda hati terganggu maka perbuatan Anda adalah sebuah kebaikan. Sebuah kebaikan hanya bertentangan kehendak-kehendak syaitan, dan ia akan selalu seirama dengan naluri manusia. Manusia selamanya akan menyukai hal-hal yang baik, kecuali kalau hatinya sudah memiliki kecenderungan kepada yang batil. Kalau Anda menyukai perkataan yang baik maka itu adalah kebaikan. Kalau Anda suka meringankan beban orang lain maka itu adalah kebaikan. Lalu jika Anda senang memberikan kegembiraan kepada orang lain, maka hal itu juga merupakan kebaikan. Bahkan senyuman Anda kepada kerabat terdekat sudah diperhitungkan Allah SWT sebagai sebuah kebaikan. Rasulullah Muhammad Saw menganjurkan kita untuk bergaul kepada manusia dengan perangai yang baik, yaitu menempatkan manusia sesuai dengan kemanusiaannya. Hubungan ini tidak boleh merendahkam manusia yang lain atau membuat mereka terhina di hadapan khalayak. Ketika Anda menolong seseorang maka janganlah Anda mengangggap diri Anda lebih baik daripada yang Anda tolong. Jangan pula berpikir bahwa yang ada tolong adalah manusia rendah yang tidak memiliki nilai. Karena sekali saja Anda berpikir seperti itu, maka Anda sudah keluar dari lingkaran kebaikan itu sendiri. Ketika Anda berbuat kebaikan maka Anda harus mengikatkan diri Anda kepada Allah dan rasul-Nya. Sehingga Anda akan terhindar berbuat dzalim kepada orang yang Anda tolong, meskipun tidak Anda sadari sebelumnya. Anda juga harus menghilangkan tendensi Anda terhadap pertolongan-pertolongan tersebut. Cukup ingatlah Allah ketika Anda menolong orang lain. Karena disitulah letak kebaikan-kebaikannya. Rasulullah Saw, Umar bin Khatthab ra berkata, “Barangsiapa mempunyai niat yang ikhlas dalam hal kebenaran meskipun terhadap dirinya sendiri, niscaya Allah akan memberikan kecukupan kepada-Nya antara dia dan orang lain.” Inilah kekuatan ikhlas dalam kebaikan. Semakin hebat Anda menanamkan ikhlas dalam kebajikan-kebajikan Anda, maka pengaruhnya pun akan menjadi luar biasa terhadap kehidupan Anda. Bersikap ikhlas adalah perilaku orang-orang yang dicintai Allah. Berkaitan dengan hak ini, Dawud Ath-Tha-iy berkata, “Aku melihat semua kebaikan hanya dapat direalisasikan dengan niat yang baik; dan sudah cukup bagimu beroleh kebaikan dari niat yang baik meskipun engkau tidak mengalami susah payah. Karena sesungguhnya apa yang engkau hasilkan dari niat yang baik adalah terhimpunnya tekad dirimu demi karena Allah dan peran hawa nafsumu terusir dari dalam kalbumu, dan hal ini merupakan sesuatu yang besar.” Saya berpikir hanya perbuatan baik yang dilandasi dengan niat baik saja yang mampu menggoyahkan pintu-pintu langit. Sedangkan perbuatan baik yang dibalut dengan niat yang buruk, maka suatu ketika akan tampak sebagai sesuatu yang buruk pula. Hal itu akan diperlihatkan oleh Allah dalam waktu yang dekat maupun dalam waktu yang cukup lama. Yang pasti adalah setiap kebaikan yang tulus akan tampak sebagai sebuah kebaikan yang tidak lekang oleh waktu. Kebaikan itu akan memancar dari pelaku-pelakunya kepada manusia lain yang bersinergi dengannya. Kekuatan kebaikan dari manusia kepada manusia lain inilah yang akan menciptakan kekuatan perubahan yang luar biasa. Tidakkah Anda bertanya-tanya mengapa seorang Muhammad yang ummi mampu menjadi tokoh perubahan nomor satu di dunia ini? Jawabannya adalah karena Muhammad Saw telah memancarkan kebaikan dengan kualitas terbaik. Allah SWT dan kekasih-Nya menerangkan kepada Anda tentang kebaikan. Sedangkan dosa menurut Rasulullah Saw adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa Anda dan Anda enggan (malu) bila dilihat (diketahui) orang lain. Manusia terlahir untuk berbuat kebaikan, tetapi mengapa manusia terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Menurut saya ada dua alasan yang membuat manusia berkecimpung dosa. Yang pertama, karena mereka tidak menyadari atau tidak mengetahui bahwa perbuatan mereka adalah dosa. Hal ini berawal ketika suatu perbuatan buruk menjadi sebuah kelaziman. Ketika mereka menyakiti orang lain atau melakukan kecurangan terhadap orang lain, sama sekali tidak pernah terbetik di hati mereka bahwa perbuatannya adalah sebuah dosa. Dalam hal ini rahasianya terletak pada hati. Ketika seseorang melakukan sebuah perbuatan (entah perbuatan baik maupun buruk) akan timbul reaksi-reaksi pada hatinya. Rasulullah Saw menyebutkan jika hati Anda merasa gelisah atau tidak nyaman setelah melakukan suatu perbuatan mungkin yang Anda lakukan adalah sebuah dosa. Tetapi jika sebaliknya, mungkin perbuatan Anda adalah sebuah kebaikan. Karena itu rawatlah hati Anda sebaik-baiknya. Karena hati yang tidak terawat, pastinya tidak akan mampu menunjukkan kebaikan dan keburukan kepada Anda. Yang kedua adalah karena manusia itu sendiri menutup sendiri kebenaran yang datang kepadanya. Sebagian ada yang mengetahui kebenaran dari Allah SWT, tetapi bertindak seolah-olah dirinya adalah manusia yang tidak menerima kebenaran tersebut. Mereka itulah manusia-masuia fasik yang menistakan kebenaran yang datang dari Tuhannya. Sebagian saudara kita banyak memiliki kecenderungan seperti ini. Pada awalnya mereka tidak pernah menganggap serius beragama, tetapi kemudian kecenderungan ini menyeret mereka kepada banyak perbuatan dosa. Ingatlah ketika satu kali saja Anda meremehkan sesuatu, maka ia akan membuat Anda kepayahan sepanjang waktu. Sahabat Rasullulah Umar bin Khaththab ra menyarankan untuk meredam nafsu-nafsu yang berasal dari syahwat. Hal ini terkait kecenderungan kita untuk melakukan dosa yang sebagian besar berasal dari pengendalian syahwat yang buruk. Lebih jauh beliau mengungkapkan bahwa pengendalian ini akan menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tapi akhirnya akan menyelamatkan dirinya dari keburukan-keburukan yang akan terjadi. Karena itulah orang-orang yang bersabar terhadap keadaan yang tidak menyenangkan ketika menjauh dari dosa, akan memperoleh balasan yang menyenangkan dari Tuhannya. Saudaraku, ... Sesungguhnya apabila Anda datang kepada Allah dengan membawa dosa yang lebih banyak daripada kebaikan Anda, maka Anda akan ditempatkan Allah SWT di Neraka Jahanam. Dan ketahulaih Neraka Jahanam adalah tempat yang sangat buruk, dan Anda akan sangat menyesal ketika Anda menginjakkan kaki di sana. Kehidupan manusia selalu dilingkupi kebaikan dan dosa. Manusia harus menetapkan dirinya dalam kebaikan tetapi ia pun harus waspada dengan bayang-bayang dosa yang akan menghantuinya. Ia harus memilih diantara keduanya dan akan bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan tersebut. Karena itu, maka kembalikanlah perbuatan-perbutan Anda sebagai sebuah kebaikan agar Anda memperoleh kebaikan-Nya secara utuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar