Rabu, 13 Mei 2009

KUNCI KEBAHAGIAAN

Saudaraku,... Setiap saat manusia selalu menuntut dirinya untuk menjadi bahagia. Mereka melakukan apa saja yang menurut mereka mampu mengantarkan kepada pintu-pintu kebahagiaan yang mereka inginkan. Padahal pintu kebahagiaan itu berlapis-lapis. Pintu kebahagian paling awal adalah kebahagiaan duniawi yang juga terdiri dari banyak pintu, seperti harta, wanita, makanan dan sebagainya. Apabila seseorang memasuki salah pintu tersebut, maka ia tidak akan terpuaskan sebelum menasuki pintu lainnya. Sedangkan pintu kebahagiaan paling akhir adalah kebahagiaan akhirat. Sebelum kita mampu mendekati pintu-pintu tersebut, maka yang harus kita mengerti adalah tentang kunci pembukanya. Sebab apabila seseorang mengetahui kunci-kunci tersebut, maka ia akan dapat menghimpun kedua jenis kebahagiaan tersebut dalan satu genggaman. Orang yang mampu mencapai pada tahapan ini tidak akan perduli dengan pencapaian duniawinya, karena ia telah sampai pada pintu kebahagiaan yang terbesar. Karena itulah seorang hamba Allah selayaknya harus memiliki kunci-kunci kebahagiaan tersebut. Rasulullah Saw bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapusnya dan berakhlaklah terhadap manusia denagn akhlak yang baik.” ( HR. Ath-Thabrani, dari Abu Dzar ) Melalui hadits tersebut, Muhammad Saw menunjukkan tiga jalan untuk memperoleh kunci kebahagiaan tersebut. Jika kita mampu memenuhinya, maka pintu surga yang berlapis-lapis itu dapat kita lewati dengan sangat mudah. Jalan yang pertama adalah bertakwa kepada Allah. Setiap pribadi muslim tidak saja dituntut untuk beriman kepada Allah, tetapi juga diwajibkan untuk bertakwa kepada-Nya. Bertakwa kepada Allah berarti kita menetapkan diri selalu berada di jalan-Nya yang lurus dan menghindari jalan-jalan yang sesat. Menurut An-Nashr Abadzy, seseorang dikatakan bertakwa apabila seorang hamba waspada terhadap segala sesuatu selain Allah SWT. Barang siapa menghendaki taqwa yang sempurna hendaklah menghindari setiap dosa. Takwa seseorang juga ditandai oleh sikap yang baik seperti, tawakkal terhadap apa yang belum dianugerahkan, berpuas diri terhadap apa yang sudah dianugerahkan, dan bersabar dalam menghadapi milik yang hilang. Apapun yang dituntut oleh Allah, maka penuhilah. Karena sesungguhnya dibalik tuntutan tersebut tersembunyi kebaikan yang sangat besar. Ibadah-ibadah yang kita kerjakan selain bermanfaat untuk kepentingan akhirat, juga akan memberikan keuntungan-keuntungan duniawi. Jika shalat dapat berlangsung khusyu’, maka Allah akan menjanjikan kebahagiaan ukhrawi bagi kita. Tetapi Allah juga secara tidak langsung memberikan kita kebahagiaan duniawi, seperti kesehatan, semangat hidup dan kemampuan untuk bertawakkal. Sesungguhnya diantara tawakkal dengan kebahagiaan duniawi terdapat keterkaitan yang sangat erat. Manusia yang bertawakkal adalah hamba Allah yang selalu bahagia dengan apapun yang diberikan Tuhannya. Ia akan menjadi sangat bahagia ketika mendapatkan nikmat yang sedikit, karena ia sadar beban tanggung jawabnya di akhirat akan menjadi lebih ringan. Begitu juga ketika ia mendapatkan nikmat yang banyak. Ia akan menggunakan nikmat-nikmat tersebut sebagai jalan takwa kepada Allah. Manusia bertakwa yang bertawakkal adalah seorang dermawan yang bertanggung jawab. Dan dengan melakukan amaliah seperti itulah kebahagiaan dunia dan akhirat mendekat kepadanya. Allah SWT berfirman, “.... Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat : 13). Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali imran : 102). Demikianlah Allah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya keutamaan bertakwa kepada-Nya, dan Allah SWT tidak pernah lalai dengan janji-janji-Nya. Jalan yang kedua adalah melakukan perbuatan baik setelah mengerjakan perbuatan yang buruk. Allah adalah Dzat Yang Maha Penerima Taubat. Betapapun durhakanya seorang hamba, tangan Allah selalu terbuka kepada hamba-hamba-Nya yang hendak kembali ke jalan yang lurus. Dan dari sekian banyak dosa yang dilakukan oleh hamba-Nya hanya ada satu dosa yang tidak dapat diampuni oleh Allah, yaitu menyekutukan Allah. Salah satu bentuk perwujudan taubat seorang hamba adalah selalu melakukan perbuatan baik setelah mengerjakan perbuatan-perbuatan buruk. Melakukan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk yang pernah kita lakukan. Apabila seorang manusia gemar berjudi, berzina, mabuk-mabukan atau perbuatan-perbuatan buruk lainnya, maka ia harus mengekalkan hidupnya dengan menyantuni anak yatim, membantu orang teraniaya, melakukan ibadah-ibadah rabbani, atau perbuatan-perbuatan lain yang disukai Allah. Dan berbahagialah jika Allah memberikan kita kemuliaan mampu mengerjakan perbuatan-perbuatan baik tersebut dengan ikhlas. Artinya, perbuatan-perbuatan baik tersebut harus selalu diorientasikan hanya kepada Allah. Bukan untuk mendapatkan perhatian wanita idaman dan mertua atau kepentingan-kepentingan lainnya. Pertobatan terhadap perbuatan dosa tidak dapat diwujudkan dengan perbuatan baik yang tidak disertai dengan keikhlasan. Sikap mencari perhatian kepada makhluk akan membebani kita dengan dosa-dosa baru. Sehingga seyognyalah kita bertobat dengan ikhlas dan tetap melakukan perbuatan-perbuatan baik. Apabila semakin banyak perbuatan baik yang kita lakukan, maka semakin ringan pula dosa yang membebani kita. Pada saat seperti itulah Allah akan memberikan kita kebahagiaan yang sangat besar. Begitulah apabila Allah menyukai hamba-Nya yang hendak menyucikan diri dari kotoran yang melingkupinya. Meskipun begitu, kita janganlah memandang remeh perbuatan-perbuatan dosa karena kemurahan Allah tersebut. Kalau Anda mampu berbuat baik, maka berbuat baik sebanyak mungkin, hingga Anda tidak memiliki ruang lagi untuk berbuat dosa. Teruslah Anda berjuang di jalan ini dan jangan pernah putus asa terahadap rahmat Allah SWT yang akan melingkupi Anda sepenuhnya. Mengenai hal tersebut Allah SWT berfirman, “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ ” (QS. Az-zumar : 53). Tidakkah Anda bergembira terhadap pernyataan Allah tersebut? Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa Anda, tentunya apabila Anda juga bersegera diri bertobat kepada-Nya. Inilah titik tolak kebahagiaan yang hanya dapat Anda ketahui ketika Anda mampu berdekatan kepada-Nya. Rasakanlah kehadira-Nya dalam sisi kehidupan Anda, maka tidak akan ada satu hal pun dari dunia ini yang akan membuat Anda berduka. Dan itulah kebahagiaan yang sejati, saudaraku! Dan jalan kebahagiaan yang terakhir adalah berakhlak dengan akhlak yang baik, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Dan ini bukanlah perkara yang mudah. Karena ketika manusia menetapkan dirinya berada dalam akhlak yang baik, maka ia akan selalu berhadapan dengan syaitan yang terkutuk. Mereka tidak akan merelakan jika pintu-pintu kebahagiaan terbuka untuk manusia. Karena itulah mereka menawarkan kepada manusia pintu-pintu lain yang berujung pada penyesalan di hari akhir. Dan ketika itu terjadi maka manusia tidak akan mampu memperbaiki apa yang sudah dikerjakannya. Berkaitan dengan hal ini, kita dapat belajar kepada Rasulullah Muhammad Saw. Pada awal penyebaran Islam di Makkah, Rasulullah Saw menghadapi tentangan yang luar biasa dari kaum kafir Qurays. Beliau dicaci, dimaki, direndahkan, diludahi bahkan sempat mengalami percobaan pembunuhan. Tetapi beliau membalasnya dengan perlakuan yang paling baik. Rasulullah Saw membalas setiap umpatan, cacian, dan kutukan yang diperuntukkan kepadanya dengan senyuman yang paling tulus. Rasulullah Saw juga bersikap santun kepada orang-orang yang tidak pernah bersimpati kepadanya. Karena alasan inilah maka Allah SWT meninggikan kedudukannya diantara sekian banyak kekasih-Nya. Jika Anda mampu menempatkan diri kepada akhlak yang baik, maka berbahagialah, Anda akan mampu mendapatkan kunci-kunci kebahagiaan. Dengan kunci-kunci itulah, kebahagiaan yang Anda harapkan berada dalam genggaman Anda. Abu Said Al-Kharraz menyebutkan bahwa seseorang dapat disebut memiliki akhlak mulia apabila ia tidak berpengharapan kepada makhluk, kecuali kepada Allah SWT. Pernyataan ini menunjukkan kalau perbuatan baik selalu diawali dengan kekuatan tauhid yang kuat. Orang yang berpengharapan kepada makhluk, perbuatan baik yang dilakukannya akan tampak sebagai keburukan, baik di mata manusia dan Tuhan. Menolong orang yang kepayahan memang sebuah kebaikan, tetapi apabila pertolongan tersebut bertujuan untuk kepentingan pribadinya, tentunya perbuatan tersebut tidak lagi disebut sebagai sebuah kebaikan. Perbuatan baik hanya akan terlihat sebagai sebuah kebaikan yang utuh selama para pelakunya membersihkan niat yang melatarbelakanginya, termasuk juga dengan media yang digunakan. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Engkau tidak akan dapat memberikan kebahagiaan orang lain dengan hartamu, karenanya berilah kebahagiaan dengan wajah yang manis dan akhlak yang baik.” (HR. Al-Bazaar dan Hakim). Pernyataan Rasulullah Saw tersebut kembali menegaskan bahwa tanpa melibatkan akhlak yang baik, sebuah perbuatan baik (yang menggunakan harta yang banyak) tidak akan memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Karena itulah seringkali disebutkan senyuman adalah pemberian yang luar biasa kepada orang lain. Untuk tersenyum Anda tidak perlu menggunakan harta yang berlimpah, cukup keikhlasan yang muncul dalam kebahagiaan di wajah Anda. Selama ini masyarakat kita lebih terpaku bahwa kebahagaian terletak pada banyaknya harta dan kemewahan yang dimiliki. Tetapi kenyataan memberitakan kepada kita bahwa memiliki harta yang banyak justru menimbulkan banyak kekhawatiran. Kecuali kalau Anda memiliki kebaikan hati yang akan membuat Anda kehilangan kekhawatiran terhadap kemewahan yang Anda miliki. Tahukah Anda, hidup itu akan sangat menyenangkan kalau dalam kehidupan manusia tidak merasa khawatir dengan keduniaan yang melingkupinya. Akhlak yang buruk menyempitkan hati para pelakunya. Sebab ia tidak memberikan ruang bagi apapun selain hawa nafsunya sendiri, dan hatinya menjadi seperti ruang sempit yang hanya cukup ditempati bagi pemiliknya sendiri. Sedangkan akhlak yang baik berarti Anda tidak peduli dengan siapapun yang berdiri di sebelah Anda dalam shaf ketika shalat. Suatu tanda keburukan akhlak adalah ketika Anda tertuju pada keburukan orang lain. Kunci-kunci kebahagiaan tidak akan terlihat oleh mata yang dipenuhi oleh nafsu. Kunci-kunci kebahagiaan tidak akan tersentuh oleh hati yang penuh kesombongan. Kunci-kunci kebahagiaan juga tidak akan tergenggam oleh tangan yang senantiasa menyakiti saudara-saudaranya. Sehingga sepantasnyalah kita menghindar diri sejauh mungkin dari sifat-sifat tercela, agar hingga kehidupan ini berakhir, kita tidak akan kehilangan kebahagiaan tersebut. Saudaraku,... Begitulah tiga jalan yang ditawarkan Rasulullah Muhammad Saw agar umat manusia mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Jika Anda sungguh berkeinginan memperolehnya maka jangan pernah ragu menapaki kunci-kuncinya. Jika Anda berhasrat besar untuk menggenggamnya maka jangan pernah berlalu darinya. Ketahuilah, kebahagiaan tidak pernah berada dalam gemerincing harta dan kilauan permata. Renungkanlah, bahwa mereka yang hidup penuh dengan kemewahan mengalami banyak kehinaan kerena enggan menempuh jalan yang ditawarkan Rasulullah Muhammad Saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar