Selasa, 04 Juni 2013

MENGGALI MAKNA ISLAM bagian 1


Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Allaahumma shalli shalaatan kaamilatan wasallim salaaman tamman ‘ala sayyidinaa Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqadu watanfariju bihil kurabu watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihirraghaa-ibu wa husnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulii lamhatin wanafasim bi’adadi kulli ma’luumillak. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ammaa ba’du.

Saudaraku…
Islam adalah agama kebenaran yang dinyatakan oleh Allah SWT sebagai petunjuk jalan yang lurus. Para pendahulu kita memandangnya sebagai kekuatan hidup yang kokoh, dan membuat mereka berjalan dengannya tanpa kebimbangan. Sedangkan pada era sekarang kita akan menemukan sebagian masyarakat kita  menempatkan Islam layaknya pajangan indah di atas etalase pertokoan. Ia hanya menjadi sebuah kebanggaan tanpa memberikan manfaat yang berarti bagi kehidupan mereka.

Hal ini pulalah yang belakangan ini mulai menggejala di kalangan kaum muslimin. Ketika mereka bersujud kepada Allah, pada saat itu pula mereka memalingkan hati kepada selain-Nya. Ucapan yang mengagungkan kesucian-Nya layaknya busa sabun yang keluar tanpa memberi makna yang berarti. Sehingga ketundukannya tidak lebih hanyalah sekedar kepura-puraan yang ditampilkan dengan sangat sempurna. Ketika mereka memohon kemudahan dari Allah, pada saat itu pula mereka menyandarkan harapan kepada selain-Nya. Ketika mereka dikaruniai harta yang berlimpah, pada saat itu pula mereka menyia-nyiakan harta tersebut bersama dengan syaitan yang terkutuk. Mereka bersyukur kepada Allah dengan mengkufuri-Nya. Mereka memuja utusan-Nya Muhammad Saw. dengan mengingkari sunnah-sunnahnya. Mereka memilih Islam sebagai sandaran hidup dengan menodainya.

Karena alasan inilah, maka kita perlu untuk menemukan makna Islam sekali lagi. Ini sangat penting bagi kita semua, mengingat kelangsungan hidup ini untuk seterusnya tergantung bagaimana kita menginterpretasikan makna-maknanya. Sebenarnya seruan ini tidak muncul baru ini saja, tetapi telah diserukan pula oleh Rasulullah Saw pada saat era kenabian. Artinya, ketaatan memang memiliki frekuaensi yang selalu berubah. Apa yang kita percayai sekarang mungkin akan berubah pada keesokan harinya. Begitu juga dengan wajah dunia dan syaitan yang datang kepadanya. Mungkin pada saat itu dunia tidak menawarkan kesenangan sebanyak pada era sekarang, tetapi daya hancurnya tidak kalah dengan apa yang kita hadapi sekarang. Semakin maju sebuah peradaban maka semakin maju pula teknologinya, dan ini akan semakin memberi peluang lebih leluasa bagi syaitan untuk bergerak bebas di dalamnya.

Disadari atau tidak, sesungguhnya teknologi-teknologi itulah yang seringkali membuat kita lalai mengingat Allah. Kita terlalu bergembira dengan kemudahan-kemudahan yang diciptakan-Nya, tetapi lupa bersyukur atas kemudahan-kemudahan tersebut kepada Allah. Dan kalaupun bersyukur seringkali tidak pada tempatnya, seperti dengan mengadakan pesta semalam suntuk yang sama sekali tidak memberikan nilai apa-apa, bahkan semakin menjauhkan kita dari ridha Allah SWT.

Karena itulah maka Islam harus diambil dari etalase toko manapun lalu biarkanlah ia memberikan manfaat yang luar biasa bagi dunia ini. Islam adalah nilai-nilai kebaikan yang akan mengantarkan kita kepada Allah SWT. Dan tentu saja nilai-nilai ini harus berada dalam pola gerak dan pikir yang disetujui oleh-Nya. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkan kitab (Al-Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik). …” (QS. Az-Zumar : 2-3).

Saudaraku,...
Ayat ini kembali menegaskan kepada kita tentang alasan yang mendasar mengapa kita harus menemukan makna Islam. Yaitu agar kita mampu mendapatkan sari-sari kebenarannya secara sempurna. Percayalah, bahwa jalan lurus itu tidak dapat ditempuh  dengan mengkhianati pemiliknya. Semakin jauh Anda dengan Allah maka semakin jauh pula Anda dengan kebenaran. Karena itulah, untuk mendapatkan kebenaran itu Anda harus menemukan makna-maknanya.

Penyimpangan terhadap Islam pada awalnya dimulai dari ketidakseriusan kita berpegang kepada Islam secara penuh. Dan ketidakseriusan tersebut seringkali disebabkan oleh kekurangpahaman kita tentang Islam. Ia sebagai sebuah petunjuk yang lurus selamanya adalah baik, dan Allah telah memberikan garansi yang menyakinkan tentang kesempurnaannya. Allah SWT berfirman : “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3).

Sesungguhnya Islam itu hanya akan terlihat buruk ketika setiap pemeluknya menjadi lemah terhadap syariat agamanya sendiri. Dan sejauh ini ia (Islam) hanya terlihat luar biasa ketika ia tersaji dalam ruang-ruang diskusi atau majelis-majelis dakwah. Kita terlalu bangga dengan kesempurnaan agama ini, hingga terlupa bagaimana menunjukkan kesempurnaan itu kepada dunia. Yang terjadi di masyarakat kita justru melemahkan agama ini. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, banyak sekali orang muslim yang berucap dan bertindak dengan mengatasnamakan Islam, tetapi hakekatnya mereka bergerak mundur menjauhi Islam. Mereka mengutuk, mencaci, dan merusak harta benda saudaranya yang lain karena memiliki pemahaman yang berbeda. Bahkan pada kesempatan lain kita tidak jarang menemukan orang muslim yang memiliki kecenderungan kuat kepada dunia. Apabila Anda mengingatkan mereka terhadap perhitungan Allah di  akhirat, maka yang akan Anda dengar adalah ucapan-ucapan yang menganggap sepele urusan agamanya sendiri. Sehingga pada suatu ketika ia akan benar-benar melepaskan diri dari Islam.

Yang harus kita lakukan adalah menemukan wajah Islam sebagaimana yang dipahami Rasulullah Muhammad Saw dan para sahabatnya. Hal ini perlu dilakukan untuk menciptakan pemikiran yang jernih tanpa terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran yang tidak sejalan dengannya, sehingga Islam pun akan tampak sebagai agama kebenaran.

Saudaraku…
Bahasa Al-Quran memberikan pemahaman  tentang Islam menjadi dua bagian. Bagian pertama, Islam memiliki makna pasrah atau menyerahkan diri kepada Allah. Pengertian ini dapat diketahui pada firman Allah SWT berikut ini : “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kekasih-Nya.” (QS. An-Nisa:125).

Apabila kita merujuk pada pengertian ini, maka Islam menuntut Anda untuk menyerahkan seluruh jiwa raga dan kebendaan yang Anda miliki ke dalam ketetapan dan keputusan-Nya. Karena tanggungjawab Anda sebagai makhluk Tuhan yang beragama (Islam) tidak berhenti ketika Anda telah bersyahadat. Ketundukan Anda kepada Allah SWT juga tidak berhenti pada ketundukan jasad fisik Anda di atas sajadah. Tetapi lebih dari itu, Anda harus menyerahkan segala kepentingan dan tujuan-tujuan Anda kepada kehendak dan ketentuan Allah.

Menyerahkan diri kepada Allah berarti  tunduk kepada syariat-syariat-Nya, dan ketundukan ini berarti pula ketundukan terhadap utusan-utusan-Nya beserta ajaran yang dibawanya. Kesimpulannya, kalau Anda sudah mantap atau bahkan telah sekian tahun bersyahadat mengesakan-Nya, mbok yo kalau beragama itu manut dengan kehendak dan peraturan-peraturan yang sudah dibuat Allah untuk Anda. Kalau Anda seorang pejabat ya bekerjalah sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan Allah bagi Anda. Kalau Anda seorang pedagang ya carilah untung sebanyak yang Anda inginkan, tetapi jangan sampai keuntungan tersebut merugikan pihak lain. Karena sebaik-baik perdagangan adalah perdagangan yang mengikuti aturan main dari Allah. Demikian juga dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain. Pekerjaan-pekerjaan tersebut dituntut untuk selalu menyelaraskan jalan dengan ketentuan Allah SWT. Tetapi, yang kita lakukan seringkali hanyalah menyenangkan hawa nafsu kita terhadap dunia, lalu melupakan hak-hak Allah atasnya.

Selama ini kita itu kalau beragama senangnya saenake udele dewe. Yach…seperti yang sudah saya sebutkan di depan. Kita sering bersyukur kepada Allah dengan mengkufuri-Nya. Niatnya mungkin baik ingin bersyukur atas kesuksesan yang sudah tercapai, tapi kok caranya dengan menjauhi Allah. Ada yang berpesta semalam suntuk dengan perempuan dan minuman keras. Ada yang membuat perayaan besaran-besaran mendatangkan penyanyi top ibu kota. Ada pula yang pergi ke tempat sepi lalu bersekutu dengan syaitan.

Mereka itu agamanya Islam, tapi perilakunya seolah melepaskan diri darinya. Orang Islam itu tidak mungkin mabuk, karena Allah tidak menetapkan itu baginya. Orang Islam juga tidak mungkin main perempuan apalagi membuang-buang nikmat Allah untuk tujuan yang tidak memberikan manfaat sama sekali. [bersambung]

Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Allaahumma shalli shalaatan kaamilatan wasallim salaaman tamman ‘ala sayyidinaa Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqadu watanfariju bihil kurabu watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihirraghaa-ibu wa husnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulii lamhatin wanafasim bi’adadi kulli ma’luumillak. Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.


Picture source : http://www.santabanta.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar