Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Allaahumma
shalli shalaatan kaamilatan wasallim salaaman tamman ‘ala sayyidinaa
Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqadu watanfariju bihil kurabu watuqdhaa
bihil hawaa-iju watunaalu bihirraghaa-ibu wa husnul khawaatimi wayustasqal
ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulii lamhatin
wanafasim bi’adadi kulli ma’luumillak. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ammaa
ba’du.
Saudaraku…
Islam adalah agama kebenaran yang dinyatakan oleh Allah
SWT sebagai petunjuk jalan yang lurus. Para pendahulu kita memandangnya sebagai
kekuatan hidup yang kokoh, dan membuat mereka berjalan dengannya tanpa
kebimbangan. Sedangkan pada era sekarang kita akan menemukan sebagian
masyarakat kita menempatkan Islam
layaknya pajangan indah di atas etalase pertokoan. Ia hanya menjadi sebuah
kebanggaan tanpa memberikan manfaat yang berarti bagi kehidupan mereka.
Hal ini pulalah yang belakangan ini mulai menggejala di
kalangan kaum muslimin. Ketika mereka bersujud kepada Allah, pada saat itu pula
mereka memalingkan hati kepada selain-Nya. Ucapan yang mengagungkan
kesucian-Nya layaknya busa sabun yang keluar tanpa memberi makna yang berarti.
Sehingga ketundukannya tidak lebih hanyalah sekedar kepura-puraan yang
ditampilkan dengan sangat sempurna. Ketika mereka memohon kemudahan dari Allah,
pada saat itu pula mereka menyandarkan harapan kepada selain-Nya. Ketika mereka
dikaruniai harta yang berlimpah, pada saat itu pula mereka menyia-nyiakan harta
tersebut bersama dengan syaitan yang terkutuk. Mereka bersyukur kepada Allah
dengan mengkufuri-Nya. Mereka memuja utusan-Nya Muhammad Saw. dengan mengingkari
sunnah-sunnahnya. Mereka memilih Islam sebagai sandaran hidup dengan
menodainya.
Karena alasan inilah, maka kita perlu untuk menemukan
makna Islam sekali lagi. Ini sangat penting bagi kita semua, mengingat
kelangsungan hidup ini untuk seterusnya tergantung bagaimana kita
menginterpretasikan makna-maknanya. Sebenarnya seruan ini tidak muncul baru ini
saja, tetapi telah diserukan pula oleh Rasulullah Saw pada saat era kenabian.
Artinya, ketaatan memang memiliki frekuaensi yang selalu berubah. Apa yang kita
percayai sekarang mungkin akan berubah pada keesokan harinya. Begitu juga
dengan wajah dunia dan syaitan yang datang kepadanya. Mungkin pada saat itu
dunia tidak menawarkan kesenangan sebanyak pada era sekarang, tetapi daya
hancurnya tidak kalah dengan apa yang kita hadapi sekarang. Semakin maju sebuah
peradaban maka semakin maju pula teknologinya, dan ini akan semakin memberi
peluang lebih leluasa bagi syaitan untuk bergerak bebas di dalamnya.
Disadari atau tidak, sesungguhnya teknologi-teknologi
itulah yang seringkali membuat kita lalai mengingat Allah. Kita terlalu
bergembira dengan kemudahan-kemudahan yang diciptakan-Nya, tetapi lupa
bersyukur atas kemudahan-kemudahan tersebut kepada Allah. Dan kalaupun
bersyukur seringkali tidak pada tempatnya, seperti dengan mengadakan pesta
semalam suntuk yang sama sekali tidak memberikan nilai apa-apa, bahkan semakin
menjauhkan kita dari ridha Allah SWT.
Karena itulah maka Islam harus diambil dari etalase toko
manapun lalu biarkanlah ia memberikan manfaat yang luar biasa bagi dunia ini.
Islam adalah nilai-nilai kebaikan yang akan mengantarkan kita kepada Allah SWT.
Dan tentu saja nilai-nilai ini harus berada dalam pola gerak dan pikir yang
disetujui oleh-Nya. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkan kitab
(Al-Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya. Ingatlah hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari
syirik). …” (QS. Az-Zumar : 2-3).
Saudaraku,...
Ayat ini kembali menegaskan kepada kita tentang alasan
yang mendasar mengapa kita harus menemukan makna Islam. Yaitu agar kita mampu
mendapatkan sari-sari kebenarannya secara sempurna. Percayalah, bahwa jalan
lurus itu tidak dapat ditempuh dengan
mengkhianati pemiliknya. Semakin jauh Anda dengan Allah maka semakin jauh pula
Anda dengan kebenaran. Karena itulah, untuk mendapatkan kebenaran itu Anda
harus menemukan makna-maknanya.
Penyimpangan terhadap Islam pada awalnya dimulai dari
ketidakseriusan kita berpegang kepada Islam secara penuh. Dan ketidakseriusan
tersebut seringkali disebabkan oleh kekurangpahaman kita tentang Islam. Ia
sebagai sebuah petunjuk yang lurus selamanya adalah baik, dan Allah telah
memberikan garansi yang menyakinkan tentang kesempurnaannya. Allah SWT
berfirman : “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS.
Al-Maidah: 3).
Sesungguhnya Islam itu hanya akan terlihat buruk ketika
setiap pemeluknya menjadi lemah terhadap syariat agamanya sendiri. Dan sejauh
ini ia (Islam) hanya terlihat luar biasa ketika ia tersaji dalam ruang-ruang
diskusi atau majelis-majelis dakwah. Kita terlalu bangga dengan kesempurnaan
agama ini, hingga terlupa bagaimana menunjukkan kesempurnaan itu kepada dunia.
Yang terjadi di masyarakat kita justru melemahkan agama ini. Sebagaimana yang
kita ketahui bersama, banyak sekali orang muslim yang berucap dan bertindak
dengan mengatasnamakan Islam, tetapi hakekatnya mereka bergerak mundur menjauhi
Islam. Mereka mengutuk, mencaci, dan merusak harta benda saudaranya yang lain
karena memiliki pemahaman yang berbeda. Bahkan pada kesempatan lain kita tidak
jarang menemukan orang muslim yang memiliki kecenderungan kuat kepada dunia.
Apabila Anda mengingatkan mereka terhadap perhitungan Allah di akhirat, maka yang akan Anda dengar adalah
ucapan-ucapan yang menganggap sepele urusan agamanya sendiri. Sehingga pada
suatu ketika ia akan benar-benar melepaskan diri dari Islam.
Yang harus kita lakukan adalah menemukan wajah Islam
sebagaimana yang dipahami Rasulullah Muhammad Saw dan para sahabatnya. Hal ini
perlu dilakukan untuk menciptakan pemikiran yang jernih tanpa terkontaminasi
oleh pemikiran-pemikiran yang tidak sejalan dengannya, sehingga Islam pun akan
tampak sebagai agama kebenaran.
Saudaraku…
Bahasa Al-Quran memberikan pemahaman tentang Islam menjadi dua bagian. Bagian
pertama, Islam memiliki makna pasrah atau menyerahkan diri kepada Allah.
Pengertian ini dapat diketahui pada firman Allah SWT berikut ini : “Dan
siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kekasih-Nya.” (QS.
An-Nisa:125).
Apabila kita merujuk pada pengertian ini, maka Islam
menuntut Anda untuk menyerahkan seluruh jiwa raga dan kebendaan yang Anda
miliki ke dalam ketetapan dan keputusan-Nya. Karena tanggungjawab Anda sebagai
makhluk Tuhan yang beragama (Islam) tidak berhenti ketika Anda telah
bersyahadat. Ketundukan Anda kepada Allah SWT juga tidak berhenti pada
ketundukan jasad fisik Anda di atas sajadah. Tetapi lebih dari itu, Anda harus
menyerahkan segala kepentingan dan tujuan-tujuan Anda kepada kehendak dan
ketentuan Allah.
Menyerahkan diri kepada Allah berarti tunduk kepada syariat-syariat-Nya, dan
ketundukan ini berarti pula ketundukan terhadap utusan-utusan-Nya beserta
ajaran yang dibawanya. Kesimpulannya, kalau Anda sudah mantap atau bahkan telah
sekian tahun bersyahadat mengesakan-Nya, mbok yo kalau beragama itu manut
dengan kehendak dan peraturan-peraturan yang sudah dibuat Allah untuk Anda.
Kalau Anda seorang pejabat ya bekerjalah sesuai dengan aturan-aturan yang sudah
ditetapkan Allah bagi Anda. Kalau Anda seorang pedagang ya carilah untung
sebanyak yang Anda inginkan, tetapi jangan sampai keuntungan tersebut merugikan
pihak lain. Karena sebaik-baik perdagangan adalah perdagangan yang mengikuti
aturan main dari Allah. Demikian juga dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut dituntut untuk selalu menyelaraskan jalan dengan
ketentuan Allah SWT. Tetapi, yang kita lakukan seringkali hanyalah menyenangkan
hawa nafsu kita terhadap dunia, lalu melupakan hak-hak Allah atasnya.
Selama ini kita itu kalau beragama senangnya saenake
udele dewe. Yach…seperti yang sudah saya sebutkan di depan. Kita sering
bersyukur kepada Allah dengan mengkufuri-Nya. Niatnya mungkin baik ingin
bersyukur atas kesuksesan yang sudah tercapai, tapi kok caranya dengan menjauhi
Allah. Ada yang berpesta semalam suntuk dengan perempuan dan minuman keras. Ada
yang membuat perayaan besaran-besaran mendatangkan penyanyi top ibu kota. Ada
pula yang pergi ke tempat sepi lalu bersekutu dengan syaitan.
Mereka itu agamanya Islam, tapi perilakunya seolah
melepaskan diri darinya. Orang Islam itu tidak mungkin mabuk, karena Allah
tidak menetapkan itu baginya. Orang Islam juga tidak mungkin main perempuan
apalagi membuang-buang nikmat Allah untuk tujuan yang tidak memberikan manfaat
sama sekali. [bersambung]
Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Allaahumma shalli
shalaatan kaamilatan wasallim salaaman tamman ‘ala sayyidinaa
Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqadu watanfariju bihil kurabu watuqdhaa bihil
hawaa-iju watunaalu bihirraghaa-ibu wa husnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu
biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihi washahbihii fii kulii lamhatin wanafasim
bi’adadi kulli ma’luumillak. Wassalaamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh.
Picture source : http://www.santabanta.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar