Assalamualaikum
warahmatullaahi wabarakatuhu. Allahumma shalli shalatan kamilatan wasallim
salaaman taamman ‘alaa sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu
watanfariju bihil kurobu watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihir raghaa-ibu
wahusnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihii
washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil laka.
Saudaraku,…
Pada saat orang yang beriman memutuskan pakaian mana yang hendak
dikenakannya sepanjang hari dan mengenakannya, dia menyadari sebuah kenyataan
penting: bahwa pakaian adalah salah satu dari nikmat Allah yang tidak terhitung
banyaknya dan ada kebaikan dalam adanya pakaian. Semua orang mengambil manfaat
dari nikmat ini, tetapi hanya seorang muslim yang hidup sesuai dengan ajaran Al
Qur’an yang mampu menghargai dengan baik bahwa pakaian yang indah adalah kasih
sayang dari Allah dan bersyukur kepada-Nya atas berkah tersebut. Pakaian segera
mengingatkan orang beriman bahwa makhluk hidup adalah sumber pakaian wol, kapas,
dan sutra. Bahan pakaian yang kita pakai, hampir di setiap saat dalam hidup
kita, diperoleh dari tumbuhan dan hewan yang merupakan ciptaan yang
menakjubkan. Dengan kata lain, seandainya Allah tidak menciptakan makhluk hidup
yang memiliki kemampuan menyediakan untuk manusia berbagai macam pakaian dari
yang paling sederhana sampai yang paling mewah, maka bahan mentah tersebut
tidak akan ada.
Meskipun mereka sebenarnya mengetahui ini, sebagian orang tidak peduli atau,
karena kesesatannya, tidak menghargai nikmat yang mereka miliki. Karena mereka
diberi pakaian yang mereka butuhkan sejak mereka lahir, berpakaian telah
menjadi kebiasaan bagi mereka. Kebiasaan ini melalaikan mereka dari menyadari
bahwa pakaian mereka merupakan nikmat. Mereka juga lalai untuk mensyukurinya.
Padahal, salah satu alasan mengapa Allah menurunkan nikmat di dunia adalah agar
manusia berterima kasih kepada-Nya atas semua nikmat tersebut. Oleh karena itu,
marilah kita mempelajari alasan mengapa Allah menciptakan pakaian untuk kita.
Mari kita mulai dari manfaat pakaian tersebut untuk kita.
Pakaian seolah sebuah tameng yang melindungi tubuh manusia dari dingin,
sinar matahari yang berbahaya, dan bahaya ringan di sekitar kita seperti lecet
dan cedera. Kalau kita tidak memiliki pakaian, kulit tipis yang menutupi tubuh
manusia akan sering terluka oleh berbagai bahaya ringan tersebut. Tentu itu
menyakitkan, mengancam kesehatan, dan kulit dapat mengalami kerusakan yang
parah.
Allah berfirman dalam Al Qur’an tentang alasan lain penciptan pakaian
pelindung:
“Hai anak Adam,
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan.” (QS. Al A’raf, 7: 26)
Sebagaimana yang disampaikan ayat ini, pakaian memberi manusia penampilan
yang lebih indah. Jelaslah bahwa pakaian merupakan kebutuhan yang tak bisa
dielakkan dan nikmat sangat penting yang telah Allah berikan kepada kita. Orang
beriman yang menyadari ini akan sangat berhati-hati dan tidak sembarangan dalam
mengenakan pakaian. Ini menunjukkan bahwa dia sangat bersyukur kepada Allah
atas nikmat yang telah dikaruniakan-Nya.
Sifat lain yang dikaruniakan kepada orang beriman berdasarkan nilai-nilai
yang diajarkan oleh Al Qur’an adalah kesederhanaan dalam membelanjakan uang
yang juga diterapkan pada saat membeli pakaian. Dia membeli barang yang dia
butuhkan, cocok dengannya, dan tidak berlebihan. Dia tidak menghamburkan uang
dengan membelanjakan uang untuk barang yang tidak diperlukannya. Ayat berikut
menunjukkan kenyataan tersebut:
“Dan orang-orang yang
apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir,
dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah yang demikian.” (QS Al Furqan, 25:67)
Kehatian-hatian dalam berpakaian bagi seseorang yang menjalani hidup sesuai
Al Qur’an tidak hanya berhenti sampai di sini. Sebagai contoh, selain
berpakaian dengan pakaian yang bersih, orang beriman yang menghargai keindahan
akan berhati-hati dalam berpakaian dengan baik dan juga disesuaikan dengan situasi
yang ada. Sebagaimana ditunjukkan oleh Al Qur’an, pakaian itu menyenangkan
untuk dipandang mata (Surat al-A'raf: 26).
Ada beberapa contoh mengenai bagaimana Nabi Muhammad, SAW berpakaian dan
anjurannya mengenai hal ini dalam sabdanya kepada kita:
“Makanlah apa yang kamu
suka, dan pakailah apa yang kamu suka dengan memperhatikan bahwa tidak terdapat
dua hal: berlebih-lebihan dan kemewahan yang sia-sia.” (Maulana Muhammad Mansyur Nu'mani, Ma'ariful Hadith)
Berikut ini juga merupakan keterangan yang diberikan kepada kita mengenai
bagaimana Nabi Muhammad, SAW berpakaian:
“Setiap saat seorang
utusan datang kepada Rasulullah. dia akan mengenakan pakaian terbaiknya dan
memerintahkan sahabat-sahabat dekatnya untuk melakukan hal yang sama.” (Tabaqat Hadith, Volume 4, Nomor 346)
Ketika seorang sahabatnya tidak mempedulikan penampilannya dan terlihat
tidak rapi, Nabi Muhammad, SAW. segera menegurnya. Contoh ini telah disampaikan
kepada kita:
Rasulullah sedang berada di mesjid, di saat seseorang dengan rambut tidak
disisir rapi dan janggut kusut datang. Nabi (SAW) menunjukkan jari kepadanya,
seperti mengisyaratkan padanya bahwa dia harus merapikan rambut dan janggutnya.
Orang tersebut pergi dan melakukan apa yang diisyaratkan, kemudian kembali.
Nabi (SAW) berkata, “Tidakkah lebih baik
jika setiap orang dari kalian datang dengan rambut terurus?" (Malik's
Muwatta, Volume 2, Nomor 949)
Dalam Al Qur’an, Allah berfirman bahwa pakaian dan perhiasan merupakan
bagian dari nikmat terbaik di Surga. Beberapa di antaranya disebutkan dalam
ayat-ayat berikut:
“Sesungguhnya Allah
memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam
surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi
perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah
sutera.” (QS Al Hajj, 22:23)
“… mereka memakai sutera
yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan.” (QS Ad Dukhan, 44:53)
“Mereka memakai pakaian
sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang
yang terbuat dari perak …” (QS Al Insan, 76:21)
Dalam ayat-ayat tersebut, Allah berfirman mengenai sutra halus dan sutra
tebal, dan perhiasan yang terbuat dari emas, perak dan mutiara. Perhiasan yang
kita miliki di dunia ini sama dengan yang ada di Surga. Bagi orang yang
beriman, memandang perhiasan ini (mereka memilikinya atau tidak) merupakan
sarana yang menuntunnya untuk merenungkan Surga dan keinginan yang lebih besar
untuk mencapainya. Orang beriman merenungkan tujuan penciptaan semua itu dan
menyadari bahwa segala nikmat di dunia ini tidaklah kekal. Satu-satunya nikmat
sejati dan yang kekal terdapat di akhirat.
“Sesungguhnya mereka
yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik. Mereka itulah
(orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya;
dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian
hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar
di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat
istirahat yang indah.” (QS Al Kahfi, 18:30-31)
Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang menjalani hidup
sesuai Al Qur’an dan Sunnah dalam hal pakaian adalah bahwa penampilan luar
sangat penting dalam membangun hubungan dengan orang lain. Berdasarkan alasan
ini, orang beriman akan memberikan perhatian lebih pada apa yang akan dia
kenakan ketika mengajak orang lain menerima agama Al Qur’an. Dia akan sangat
bersemangat memakai pakaian yang bersih, bersahaja, dan cocok dengannya. Ini
menunjukkan pengabdiannya kepada perintah Allah dan penghormatannya kepada orang
lain.
Hanya mereka yang hidup sesuai Al Qur’an saja yang sangat
memperhatikan kondisi psikologis seseorang. Dia juga berhati-hati agar dapat
seberhasil mungkin dalam menyampaikan jalan keselamatan yang abadi. Dia pun
sangat teliti mengenai apa yang sedang dikenakannya.
Saudaraku,…
Orang beriman yang menjadikan Nabi Muhammad, SAW sebagai teladan, selalu
berada dalam keadaan bersih, rapi, dan berpakaian menarik. Dia sangat menikmati
hal ini karena mengharapkan meraih ridha Allah.
Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin.
Allahumma shalli shalatan kamilatan wasallim salaaman taamman ‘alaa sayyidina
Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu watanfariju bihil kurobu watuqdhaa
bihil hawaa-iju watunaalu bihir raghaa-ibu wahusnul khawaatimi wayustasqal
ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihii washahbihii fii kulli lamhatin
wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil laka. Wassalamualaikum warahmatullaahi
wabarakatuhu.
Tulisan ini dikutip dari
e-book “24 JAM DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM MENURUT
AJARAN AL QUR’AN”, yang ditulis oleh Harun Yahya.
Tulisan ini diedit kembali
oleh:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar