Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuhu. Allahumma
shalli shalatan kamilatan wasallim salaaman taamman ‘alaa sayyidina
Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu watanfariju bihil kurobu watuqdhaa
bihil hawaa-iju watunaalu bihir raghaa-ibu wahusnul khawaatimi wayustasqal
ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihii washahbihii fii kulli lamhatin
wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil laka.
Saudaraku,…
Setiap
orang beriman yang dikaruniai oleh Allah dengan kemampuan untuk berpikir dan
memiliki pemahaman, mengerti tentang suatu hal penting saat dia pergi ke dapur
untuk menyiapkan sarapan pagi. Hal penting itu adalah bahwa semua nikmat yang
diciptakan dan diberikan dalam bentuk makanan dan minuman adalah bukti
(penciptaan) yang menuntunnya pada keimanan.
Misalnya, api yang
digunakannya untuk memasak makanan dapat menyebabkan bahaya besar baginya
bahaya besar pula pada banyak makhluk lain. Api juga dapat menghancurkan. Namun
panas merupakan kebutuhan dalam mengolah makanan agar dapat dimakan. Dan dari
sudut pandang ini, api justru adalah nikmat yang sangat besar. Dengan kata
lain, sebagaimana hal-hal lainnya di dunia, api telah ditundukkan untuk
melayani manusia. Dalam Al Qur’an Allah berfirman:
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan
apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya….” (QS Al Jatsiyah,
45:13)
Selain itu, api
adalah peringatan bagi orang beriman dalam hidup ini akan pedihnya api Neraka.
Dalam Al Qur’an, ketika menggambarkan orang-orang yang dimasukkan ke dalam
neraka, Allah menyebut adanya api yang pedih. Dalam beberapa ayat, Dia
menggambarkan pedihnya api yang telah diciptakan-Nya untuk orang-orang yang
berpaling dari-Nya:
“(Hari pembalasan itu) ialah hari ketika mereka diazab di
atas api neraka.”
(QS Adz Dzariyat, 51:13)
“Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam
neraka itu dalam keadaan cacat.” (QS Al Mu’minun, 23:104)
“Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir
neraka yang bernyala-nyala.” (QS AL Fath, 48:13)
Saat orang beriman
memikirkan dengan imannya yang mendalam mengenai api yang bergejolak dalam
Neraka tersebut, ketakutan kepada Allah pun muncul. Mereka berdoa kepada-Nya
dan berlindung kepada-Nya dari api Neraka. Dengan cara ini, hal keseharian yang
sangat remeh pun dapat menjadi peringatan akan persoalan yang besar ini, dan
ini merupakan ciri amal yang sangat penting bagi orang beriman.
Seseorang
yang sungguh-sungguh merenung tanpa prasangka mengenai makanan yang dimakannya
untuk sarapan akan memperoleh banyak petunjuk darinya. Rasa dan aroma roti,
madu, keju, tomat, teh, sari buah, pentingnya makanan dan warna-warninya
merupakan nikmat. Semuanya menyediakan protein, asam amino, karbohidrat, lemak,
vitamin, mineral, dan cairan yang dibutuhkan tubuh. Untuk menjalani hidup
sehat, kita harus makan secara teratur dan cukup. Yang menakjubkan, ini bukan
pekerjaan yang sulit bagi kita. Ini malah merupakan sesuatu yang kita nikmati.
Buah-buahan, sayuran, nasi, dan roti memenuhi kebutuhan makanan seseorang dan
juga memberikan banyak kesenangan.
Sebenarnya, semua
yang telah kita bahas tadi merupakan hal yang amat sepele dan diketahui dengan
baik oleh setiap orang. Semua orang akrab dengan kegiatan itu dalam setiap 24
jam kesehariannya, sejak dia dilahirkan. Namun sebagian besar orang tidak
merenungkan hal ini dengan benar. Dia tidak sadar bahwa semua itu telah
dikaruniakan oleh Allah untuk kehidupan keseharian kita. Semuanya disepelekan
begitu saja, tidak ada kesadaran tentang betapa berharganya itu semua.
Padahal,
semua makanan dan minuman lezat tersebut mampu menyediakan berbagai manfaat
bagi tubuh manusia, dan setiap makanan atau minuman itu merupakan ciptaan yang
mengagumkan. Sebagai contoh, seekor lebah yang berbobot hanya beberapa gram
menghasilkan madu. Karena vitamin dan mineral yang dikandungnya atau karena
kekhasan struktur yang dimilikinya, madu berguna untuk kesehatan dan obat bagi
manusia. Dalam Al Qur’an Allah berfirman bahwa Dia mengilhamkan sifat madu dan
memberi ilham pada lebah madu saat bekerja:
Dan Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah, "Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang
dibangun oleh manusia," kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan.” (QS An Nahl, 16:68-69)
Orang
beriman yang merenungkan proses pembuatan madu menjadi sadar akan keajaiban
penciptaan yang terkandung di dalamnya. Dia segera mengerti bahwa mekarnya
pohon yang berbuah, yang menjadi bahan mentah dasar untuk madu, yang sari
bunganya diubah oleh lebah menjadi madu, maupun madu yang menakjubkan itu
sendiri, tidak dapat terjadi secara kebetulan. Hal ini mendekatkan dirinya
kepada Allah.
Lebih lanjut,
kepatuhan tanpa syarat dari seekor lebah kecil kepada Allah juga merupakan
bukti lain yang menuntun kepada iman. Orang beriman akan mengerti bahwa
berdasarkan petunjuk Allah-lah, seekor lebah madu yang tidak memiliki kecerdasan
ataupun kesadaran sebagaimana yang telah kita pahami, bekerja tanpa henti dan
dengan disiplin sempurna melaksanakan tugasnya yang menakjubkan itu.
Pentingnya daging,
susu, keju, dan manfaat lain dari binatang sebagai nikmat bagi manusia dari
Allah difirmankan dalam Al Qur’an:
“Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak,
benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagimu. Kami memberimu minum dari
air susu yang ada dalam perutnya. Dan pada binatang-binatang ternak itu
terdapat faedah yang banyak untukmu, sebagian darinya kamu makan.” (QS Al Mu’minun,
23:21)
Ada
keterangan tentang “apa yang ada dalam perutnya”, ketika ayat tersebut
menerangkan kepada kita tentang manfaat yang kita ambil dari hewan. Misalnya,
ada sesuatu yang tertinggal dalam proses pencernaan dari pakan yang dimakan
oleh sapi, air yang diminum oleh sapi, darah yang mengalir dalam pembuluh
darah, dan alat-alat tubuh sapi. Sungguh merupakan keajaiban bahwa aroma manis,
bersih, campuran putih semacam susu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
manusia, dapat dihasilkan dari campuran rumit semacam itu. Hebatnya lagi, susu
dihasilkan dengan sifat paling menyehatkan, padahal jelas susu terletak pada
bagian yang mengandung kotoran.
Petunjuk lain tentang
pengetahuan Allah yang Mahaluas adalah kenyataan bahwa satu-satunya bahan
mentah yang digunakan untuk menghasilkan susu adalah rumput hijau. Namun hewan
yang menghasilkan susu ini dapat mengeluarkan cairan putih dari bahan hijau
kaku tersebut berkat sistem mengagumkan yang Allah ciptakan dalam tubuh mereka.
Dalam Al Qur’an, Allah menerangkan kepada kita tentang bagaimana susu dibuat:
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar
terdapat pelajaran bagimu. Kami memberimu minum dari apa yang berada dalam
perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan
bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS An Nahl, 16:66)
Seperti kita ketahui,
susu merupakan minuman yang sangat kaya akan beberapa bahan yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia. Susu merupakan cairan yang berperan penting dalam
pertumbuhan anak-anak dan orang dewasa.
Makanan
lain yang berasal dari hewan, kecil bentuknya namun nilai gizinya sangat besar,
adalah telur. Pembentukan gudang protein, vitamin, dan mineral ini merupakan
keajaiban yang lain. Seekor ayam yang rendah tingkat kecerdasannya mampu
menghasilkan telur setiap hari dan melindungi telur yang dihasilkannya dengan
kemasan yang mengagumkan. Memperhatikan bagaimana kulit telur dibentuk secara
menakjubkan mengelilingi cairan yang ada di dalam kulitnya, walaupun tanpa
pelindung, meningkatkan kekaguman yang dirasakan oleh orang beriman terhadap
seni penciptaan Allah.
Berbagai minuman,
yang dianggap oleh sementara manusia harus tersedia dalam sarapan, berasal dari
tumbuhan. Setelah daun-daun tumbuhan tersebut mengalami proses tertentu, daun
tersebut menjadi cairan beraroma manis. Beribu-ribu macam tumbuhan yang tumbuh
dari tanah yang sama menunjukkan kekuasaan, kekuatan, dan kasih sayang tak
terbatas dari Allah yang telah menciptakannya. Sebagaimana difirmankan oleh
Allah dalam Al Qur’an:
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung
dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama
(rasanya)…”
(QS Al An'am, 6:141)
Allah memberi kita
nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Dia menciptakannya banyak nikmat untuk kita
makan. Dia menguji manusia dalam hidup di dunia ini dengan kekayaan dan
kemiskinan. Dia menyukai orang yang menunjukkan akhlak terpuji di saat
berhadapan dengan ujian ini. Dia menerangkan dalam Al Qur’an bahwa mereka akan
menerima nikmat yang kekal di dalam Surga. Sebagai contoh, sementara sebagian
orang menyantap sarapan yang lezat, orang lain hanya memiliki sedikit makanan.
Namun orang beriman, kaya atau miskin, akan selalu bertingkah laku dengan cara
diridhai oleh Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan ikhlas. Apabila dia kaya,
dia tidak akan sombong atau menjadi tinggi hati. Apabila dia miskin, dia tidak
akan khawatir dan menyesali keadaannya.
Orang
beriman menyadari bahwa Allah sedang mengujinya. Dia juga menyadari bahwa
segala hal dalam hidup ini adalah tidak kekal. Al Qur’an menyatakan bahwa Allah
akan menguji manusia melalui kebaikan dan keburukan. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS Al Anbiya', 21:35).
Dengan
alasan ini, orang yang hidup sesuai dengan Al Qur’an mengetahui bahwa bukanlah
nikmat yang dia terima, melainkan sikapnya terhadap nikmat tersebutlah yang
bernilai di hadapan Allah. Walaupun dia tidak kaya, orang beriman dengan ikhlas
bersyukur kepada Allah. Dalam Al Qur’an Allah menerangkan bahwa Dia akan
menambah nikmat kepada mereka yang bersyukur dengan ikhlas dan kesungguhan
hati. Dia juga memperingatkan orang yang tidak bersyukur akan pedihnya siksa di
Neraka:
Dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS
Ibrahim, 14:7)
Orang yang
merenungkan bukti kesempurnaan ciptaan di sekililingnya, dan juga alasan di
balik penciptaan makanan, juga akan melihat kehendak Yang Mahakuasa di dalam
susunan dan cara kerja mulut yang diciptakan untuk memakan makanan dengan
mudah. Agar manusia dapat makan, makanannya, bibirnya, gigi, lidah, rahang,
kelenjar ludah, dan jutaan sel bekerja sama dalam keselarasan yang sempurna.
Semua ini diatur sedemikian rupa sehingga beberapa fungsi dapat dilakukan pada
waktu bersamaan tanpa menimbulkan gangguan. Gigi memotong makanan menjadi
bagian-bagian kecil, dan lidah terus-menerus mendorong makanan di sela-sela
gigi untuk dikunyah. Dengan otot yang kuat, rahang membantu gigi mengunyah
ketika orang yang makan menggerakkan lidahnya dengan cara yang sesuai. Bibir
berperan sebagai pintu yang tertutup dengan rapat untuk mencegah makanan keluar
dari mulut.
Selain itu,
bagian-bagian yang membentuk organ-organ tubuh ini bekerja sama dalam
keselarasan yang sempurna. Misalnya, gigi, sesuai dengan tempat dan susunannya,
menggigit makanan menjadi bagian-bagian kecil dan mengunyahnya. Seluruh gigi
diatur dan disusun pada tempatnya sesuai dengan fungsinya masing-masing. Setiap
gigi tumbuh dan tinggal dalam ukuran panjang tertentu agar dapat bekerja sama
dengan baik dengan gigi yang ada di tempat yang berlawanan dengannya. Tentunya
organ ini tidak memiliki kesadaran atau kecerdasan. Gigi tidak dapat menentukan
sendiri bagaimana bekerja sama dengan gigi yang lain. Dan koordinasi luar biasa
seperti yang telah dijelaskan tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Setiap
bagian dibuat sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak ada
keraguan bahwa rancangan menakjubkan ini berasal dari Allah Yang “telah
menciptakan segala sesuatu, dan menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya.” (QS Al Furqan, 25:2). Allah telah menciptakan semua ini untuk
memudahkan manusia memakan makanannya dan mengambil manfaat serta menikmatinya.
Hal
penting lainnya yang direnungkan oleh orang beriman adalah kenyataan bahwa dia
dapat mencium bau makanan di dapur dan mengecapnya tanpa susah payah. Hal ini
dimungkinkan oleh indera yang dimilikinya. Indera pengecap dan penciumannya,
yang tidak berhenti sepanjang hidupnya, bekerja dengan sempurna tanpa biaya apa
pun; mereka tidak pernah berlatih untuk menggunakannya dengan cara yang benar,
dan mereka pun tidak menyadari kegiatan indera tersebut.
Apabila seseorang
tidak memiliki indera pengecap ini, berbagai macam rasa dari daging, ikan,
sayuran, sup, selada, buah, minuman, dan selai tidak akan ada arti baginya.
Selain itu, rasa makanan tersebut mungkan tidak akan lezat, hambar, tawar, atau
tidak mengenakkan dan memualkan perut. Tidak diragukan lagi bahwa rasa dan
indera yang menerimanya telah secara khusus diciptakan untuk manusia. Adalah
kesalahan besar jika tidak menyadarinya karena kelalaian akibat kebiasaan. Al
Qur’an menerangkan bahwa Allah menciptakan makanan yang baik dan bersih untuk
manusia:
Allah-lah yang
menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk
kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang
baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan
semesta alam. (QS. Ghafir, 40:64)
Sudah barang tentu,
bagi orang-orang yang berpikir, setiap rasa merupakan sarana untuk bersyukur
kepada Allah dengan sebaik-baiknya, mengingat-Nya dengan penuh rasa terima
kasih, memuji-Nya, dan berterima kasih pada-Nya. Orang beriman yang mengetahui
bahwa setiap jenis makanan lezat dan minuman datang dari Allah, memikirkannya
saat dia duduk di meja makan, sehingga bersyukur kepada Allah. Allah berfirman
dalam Al Qur’an:
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka
adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya
biji-bijian, maka dari itulah mereka makan. Dan Kami jadikan padanya
kebun-kebun kurma dan anggur, dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh
tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?” (QS Ya Sin,
36:33-35)
Dan apakah mereka
tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk
mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami
sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu
untuk mereka. Maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka
makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat dan minuman. Maka mengapa mereka
tidak bersyukur? (QS. Ya Sin, 36: 71-73)
Sebagian orang tidak
berpikir tentang pentingnya beberapa kenyataan yang sangat penting. Padahal,
mereka telah menyantap makanan yang berasa dan beraroma lezat yang telah
memenuhi kebutuhan mereka secara sempurna sepanjang hidup mereka. Kenyataan
yang mereka abaikan tersebut adalah, bahwa Allah telah menciptakan nikmat yang
tiada bandingannya ini bagi mereka, dan mereka harus bersyukur kepada Allah, Yang
telah menyediakan itu semua. Jelas sebuah sikap yang keliru. Mereka seharusnya
tidak melupakan bahwa mereka akan ditanya di akhirat, tentang apakah mereka
telah bersyukur kepada Allah.
Orang beriman
menyadari bahwa Allah telah memberikan tubuh sebagai amanat. Dia bertanggung
jawab untuk menjaga nikmat tiada tara ini sebaik mungkin. Untuk itu dia harus
memberi tubuh tersebut makanan dengan cara yang sehat. Dia tahu bahwa agar
bekerja dengan baik, tubuh harus sehat, sehingga harus diberi makanan yang cukup
dengan menu yang seimbang. Dia tahu bahwa tubuhnya harus mendapat semua makanan
yang dibutuhkannya untuk pertumbuhan 100 triliun sel dan agar tubuh bisa pulih
dan berfungsi sebagaimana mestinya. Jadi, baik di saat sarapan, maupun pada
waktu lainnya di hari tersebut, dia akan makan makanan sehat dan alami. Dia
menghindari makanan yang berbahaya, walaupun terlihat menarik dan lezat. Dia
tidak akan lalai atau ceroboh dalam masalah ini. Misalnya, dia tahu bahwa
berfungsinya alat tubuhnya, kemampuan tubuhnya untuk membersihkan bahan
beracun, dan kemampuan tubuhnya untuk menghilangkan sakit dan lelah, semuanya
tergantung pada air (banyak orang mengabaikan untuk meminumnya secara teratur).
Dia dengan seksama meminumnya dalam jumlah yang cukup sepanjang hari. Nabi
kita, SAW dalam beberapa kesempatan menunjukkan kepada kita akan pentingnya
air.
Sebagai contoh, dalam
sebuah perjalanan dia duduk di suatu tempat dan meminta air dari orang yang
berada di sebelahnya. Setelah membasuh tangan dan wajahnya dan meminum air,
beliau bersabda pada pengikutnya, “Percikkan sebagian airnya pada wajah dan
dadamu.” (Sahih al-Bukhari) Nabi Muhammad, SAW bersabda setelah meminum air:
“Segala puji bagi
Allah Yang telah membuatnya lezat dan manis dengan kasih sayang-Nya dan tidak
membuatnya asin atau membahayakan.” (Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin)
Alhamdulillaahi rabbil
‘alamin. Allahumma shalli shalatan kamilatan wasallim salaaman taamman ‘alaa
sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu watanfariju bihil kurobu
watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihir raghaa-ibu wahusnul khawaatimi
wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihii washahbihii fii kulli
lamhatin wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil laka. Wassalamualaikum warahmatullaahi
wabarakatuhu.
Tulisan ini dikutip dari
e-book “24 JAM DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM MENURUT
AJARAN AL QUR’AN”, yang ditulis oleh Harun Yahya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar