Assalamualaikum warahmatullaahi
wabarakatuhu. Allahumma shalli shalatan kamilatan wasallim salaaman
taamman ‘alaa sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu
watanfariju bihil kurobu watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihir
raghaa-ibu wahusnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil
kariimi wa ‘alaa aalihii washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim
bi’aadadi kulli ma’luumil laka.
Saudaraku,…
Orang
yang telah selesai makan pagi dan telah berbenah diri, siap menyambut
berbagai tantangan di tempat kerja mereka, sekolah, atau tempat
lainnya. Sebagian besar orang memperoleh yang mereka butuhkan sebelum
hari itu berakhir. Allah menggambarkan keadaan ini dalam Al Qur’an:
“Sesungguhnya
kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak)”.
(QS Al Muzzammil, 73:7)
“…
dan
Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” (QS. al-Furqan,
25:47)
Orang
beriman melihat hari di hadapannya sebagai kesempatan untuk meraih
cinta dan ridha Allah serta untuk mendapatkan Surga. Untuk itu dia
perlu bekerja keras melakukan pekerjaan yang baik. Bagaimanapun
sibuknya, dia tetap waspada agar tidak lalai dari mencari ridha
Allah. Dia meneladani doa Nabi Sulayman AS, sebagaimana difirmankan
dalam ayat ke-19 Surat An Naml, dengan harapan bahwa Allah akan
memberinya petunjuk dalam kegiatannya sepanjang hari:
"Ya
Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku, dan
untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku
dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."
(QS An Naml, 27:19)
Setiap
orang yang meninggalkan rumah menuju ke sekolah atau bekerja, akan
menghadapi banyak orang, hal, dan kejadian yang dapat direnungkan.
Setiap hal yang dilihat oleh seorang manusia ada dalam pengetahuan
Allah, muncul atas kehendak-Nya, dan terjadi dengan alasan tertentu.
Maka, ketika orang beriman memandang ke langit dalam renungan ini,
dia melihat bahwa semua itu telah diciptakan dengan cara yang
menakjubkan. Dia memahami bahwa kebenaran ayat berikut berada di
hadapannya: "Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang
terpelihara…" (QS Al Anbiya', 21:32)
Fungsi
langit sebagai sebuah “atap yang terpelihara” disebabkan oleh
atmosfernya. Atmosfer ini menutupi bola bumi dan melakukan tugas
pentingnya agar manusia bertahan hidup. Atmosfer menolak sinar yang
datang dari luar angkasa yang berbahaya bagi makhluk hidup. Atmosfer
menghancurkan meteor besar dan kecil yang menuju ke bumi dan mencegah
meteor agar tidak mengancam bumi dan makhluk di dalamnya. Atmosfer
juga melindungi bumi dari suhu yang membekukan (sekitar minus 270
derajat Celcius) di luar angkasa. Walaupun sebagian orang tidak
peduli akan hal ini sebagaimana mestinya, Allah telah menciptakan
sebuah lingkungan yang cocok untuk kita dan melindungi kita dari
ancaman yang mungkin datang dari langit.
Dalam
Al Qur’an, Allah menerangkan bahwa orang beriman yang mengamati
langit akan segera memahami bukti bahwa langit adalah ciptaan yang
paling selaras dan sempurna.
“Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu
yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya
penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu
cacat, dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS Al
Mulk, 67:3-4)
Allah
berfirman dalam Al Qur’an bahwa terdapat tanda-tanda dalam
penciptaan langit dan bumi bagi mereka yang mengamatinya dengan iman.
“Maka
apakah mereka tidak melihat langit yang ada di atas mereka, bagaimana
Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan langit itu tidak mempunyai
retak-retak sedikit pun? Dan Kami hamparkan bumi itu, dan Kami
letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan padanya
segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi
pelajaran dan peringatan bagi setiap hamba yang kembali (mengingat
Allah).” (QS Qaf, 50:6-8)
Orang
beriman yang dengan seksama melayangkan pandangannya dari langit ke
bumi akan melihat bukti lain dari penciptaan-Nya. Di bawah bumi
tempat dia berjalan di atasnya dengan percaya diri terdapat sebuah
lapisan batu meleleh yang luar biasa panasnya disebut “magma”.
Sebagai perbandingan dengannya, kerak bumi sangatlah tipis, yang
artinya bahwa batu meleleh ini berada sangat dekat di bawah kaki
kita. Jadi, ketebalan kerak bumi dibandingkan dengan bagian dalam
bumi itu sendiri dapat diibaratkan dengan ketebalan kulit apel
dibandingkan dengan keseluruhan apel. Orang beriman yang memikirkan
hal ini akan sangat paham bahwa dunia dan seluruh makhluk hidup di
dalamnya ada karena keseimbangan sempurna yang telah Allah ciptakan
berdasarkan kehendak-Nya, dan setiap ciptaan dapat terus hidup dengan
aman karena kehendak Allah.
Orang
beriman yang melihat dengan mata yang penuh renungan akan
memperhatikan keindahan di sekelilingnya dan ciptaan yang
menakjubkan. Misalnya, karena merupakan nikmat Allah, burung di
langit, buah-buahan yang menghiasi jendela pajang toko dengan
warnanya yang menarik, dan bau sedap yang berasal dari toko roti
punya makna bagi orang beriman. Makna ini tidak dapat dimengerti oleh
orang lain.
Orang
beriman yang merenungkan berbagai macam bukti yang tidak terhitung
jumlahnya yang dia temui selagi berjalan di jalanan juga akan
berhati-hati dalam berperilaku. Sebagai contoh, dia akan berjalan
tanpa menyombongkan diri atau pamer karena Allah berfirman dalam
sebuah ayat: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan…" (QS
Luqman, 31:19). Orang yang rendah hati patuh pada perintah Allah dan,
seperti dalam aktivitas-aktivitasnya yang lain, tidak berlebihan
dalam cara berjalan. Hal ini dapat disukai dalam pandangan Allah
maupun di mata orang beriman.
Orang
beriman mengetahui bahwa Allah telah menciptakan manusia dan
mengaruniai mereka dengan semua sifat-sifatnya. Namun orang-orang
yang tidak mengikuti ajaran Al Qur’an tidak akan peduli pada
kenyataan ini dan menganggap bahwa sifat yang ada pada mereka
merupakan milik mereka sendiri. Orang-orang yang berpikir bahwa
kecantikan, kemakmuran, pengetahuan, dan kesuksesan mereka adalah
milik mereka sendiri menjadi bangga dan sombong. Karena kesombongan
tersebut, mereka ingin menunjukkan keunggulan mereka dengan menindas
orang lain. Tingkah laku ini terlihat dari cara mereka berjalan
sebagaimana cara mereka berbicara dan bertindak. Padahal, semua orang
tidak ada artinya di hadapan ilmu dan kekuasaan Allah. Kita
membutuhkan Allah di tiap saat dalam hidup kita. Dalam Al Qur’an,
Allah memperingatkan kita mengenai hal ini dan melarang kita untuk
bersikap sombong:
“Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri.” (QS Luqman, 31:18)
“Dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan
sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS Al
Isra', 17:37)
Setiap
orang yang hidup berdasarkan ajaran Al Qur’an selalu menyadari
ketidakberdayaannya, dan dia hidup berdasarkan kehendak Allah. Hanya
Tuhan Semesta Alam saja yang telah memberikan apa yang dia miliki.
Dan karena dia hidup dalam kesadaran ini, dia memahami semua yang
terjadi di sekitarnya berdasarkan Al Qur’an.
Jelaslah
bahwa seseorang tidak dapat menempuh jarak jauh dengan berjalan kaki
dalam sehari. Mudah untuk menempuh jarak yang dekat. Kemampuan untuk
berjalan memang merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah. Namun,
manusia tidak mampu berkelana menempuh jarak yang sangat jauh dengan
berjalan kaki. Tubuh mereka akan menjadi lelah dan dalam batas
tertentu tidak mampu berjalan lebih jauh lagi. Allah mengetahui
kelemahan hamba-hamba-Nya ini dan telah menciptakan binatang dan
kendaraan untuk membawa mereka, dan telah membuat transportasi
menjadi mudah. Berikut adalah beberapa ayat Al Qur’an yang terkait
dengan nikmat Allah yang menunjukkan kemuliaan, kasih sayang, dan
belas kasih-Nya kepada hamba-Nya:
“Dan
mereka (ternak-ternakmu) memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang
kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan
kesukaran-kesukaran (yang menyulitkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan (Dia telah
menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan
(menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak
mengetahuinya.” (QS An Nahl, 16:7-8)
“Dan
Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu
kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.” (QS Az Zukhruf,
43:12)
“Apakah
kamu tidak melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada
di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan
Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan
izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada Manusia.” (QS Al Hajj, 22:65)
Dengan
menggunakan akal, jelaslah bagi kita bahwa Allah-lah Yang telah
menciptakan bahan-bahan seperti besi dan baja yang memiliki kemampuan
tertentu, dan mengilhami manusia untuk memanfaatkannya dalam
menciptakan bermacam-macam kendaraan. Dan dengan kehendak Allah pula
orang membuat kendaraan seperti mobil, bus, kereta, kapal dan pesawat
terbang. Ya, Allah telah mempermudah kita untuk menempuh perjalanan
yang tidak mungkin kita lakukan seorang diri. Apa yang harus kita
lakukan sebagai balasan atas nikmat ini adalah dengan mengingat Allah
di saat kita naik ke atas kendaraan, memuji nama-Nya, dan berterima
kasih kepada-Nya. Allah berfirman kepada kita mengenai ini:
“Supaya
kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu
apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan:
"Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami,
padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya." (QS Az
Zukhruf, 43:13)
Berjalan
jauh masa kini jauh lebih cepat, mudah dan nyaman daripada masa lalu.
Bagi orang yang hidup sesuai dengan ajaran Al Qur’an, merenungkan
hal ini merupakan cara penting untuk mendekatkan diri kepada Allah
dan bersyukur kepada-Nya dengan ikhlas atas segala nikmat-Nya.
Orang
beriman juga mengingat Allah ketika dia berada dalam perjalanan. Dia
merenungkan orang di sampingnya yang mengemudikan mobil, model dan
warna mobil tersebut, mobil lain dan orang di sekelilingnya,
pergerakan mereka, tulisan di jendela belakang mobil yang ada di
depannya, barisan bangunan sepanjang jalan, bentuknya, jendelanya,
papan reklame, dan tulisan yang ada padanya. Semuanya telah
diciptakan oleh Allah atas perintah-Nya. Allah menyampaikan ini
kepada manusia dalam ayat berikut:
“Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS Al Qamar,
54:49)
Allah
menciptakan benda-benda yang kita temui setiap saat dalam hidup kita,
bukan hanya untuk orang tertentu, tetapi juga untuk miliaran manusia
di bumi. Bagi seseorang yang hidup mengikuti ajaran Al Qur’an,
memikirkan hal ini adalah sebuah jalan baginya untuk mengetahui bahwa
Allah senantiasa berada di sisinya, dan Dia melihat setiap
gerak-gerik dan perbuatannya. Karena kesadaran akan kenyataan ini
senantiasa bersamanya sepanjang hari, kemacetan, atau kendaraan yang
mengambil jalurnya, atau kesulitan lain yang dia alami tidak akan
mengubah sikap berserah dirinya kepada Allah.
Sebagian
orang memandang ketidakberuntungan kecil saja sebagai sebuah hambatan
besar. Mereka menjadi tidak sabar dan terkadang kehilangan kendali
atas diri sendiri, bertingkah laku secara tidak masuk akal. Mereka
mungkin mulai menggerutu sendiri atau berteriak. Mereka tidak
memiliki kesabaran saat mereka terjebak dalam kemacetan dan mereka
menunjukkannya dengan membunyikan klakson terus-menerus dan
mengganggu orang lain. Semua itu adalah karena mereka telah lupa
bahwa segalanya berada dalam kendali Allah.
Bagi
orang yang berpaling dari Allah, transportasi bukanlah sebuah nikmat,
melainkan sebuah gangguan dan hal yang menjengkelkan. Misalnya,
lubang di jalan, kemacetan lalu-lintas, hujan angin tiba-tiba dan
banyak hal lainnya memenuhi pikirannya sepanjang hari. Padahal,
pikiran yang tak berguna ini tidaklah bermanfaat baginya, baik dalam
kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang. Sebagian orang
mengaku bahwa hal utama yang mencegah mereka dari berpikir terlalu
dalam mengenai masalah ini adalah perjuangan yang mereka lakukan di
dunia. Karena waktu yang harus mereka korbankan untuk memenuhi
kebutuhan makan, tempat tinggal dan kesehatan, mereka mengaku tidak
punya waktu untuk berpikir mengenai keberadaan Allah atau bukti-bukti
yang menuntun kepada iman. Namun ini tak lain hanyalah tindakan
menghindari tanggung jawab. Tugas seseorang sebagai kepala keluarga
dan jabatannya tidak ada hubungannya dengan berpikir. Seseorang yang,
dalam rangka meraih ridha Allah, memikirkan bukti-bukti yang menuntun
kepada iman, perintah Allah, akhirat, kematian, dan merenungkan
nikmat yang telah Allah berikan kepadanya dalam kehidupan ini, akan
mendapatkan pertolongan Allah bagi dirinya. Dia akan melihat bahwa
banyak permasalahannya dapat dengan mudah diselesaikan dan dia akan
mampu meluangkan waktu dan istirahat untuk merenung.
Orang
beriman tidak pernah lupa bahwa Allah telah menciptakan setiap
situasi yang dialaminya sepanjang hari. Tujuan dari penciptaan
tersebut adalah agar kita bersabar atau menggunakan pikiran kita
untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang paling disukai Allah.
Apabila ada masalah yang tidak mampu diselesaikan seorang diri, maka
yang harus dilakukan adalah bersabar. Marah, berteriak, dan menghujat
seperti yang dilakukan sebagian orang, adalah keliru dan tidak ada
artinya karena dapat membahayakan diri mereka sendiri atau orang
lain.
Salah
jika ada orang yang menganggap bahwa cobaan hanya muncul dalam bentuk
kepedihan yang luar biasa dan tragedi sebagai ujian bagi kesabaran
kita. Allah menguji manusia sepanjang hari dengan berbagai cobaan,
baik yang besar maupun kecil. Jadi, hal yang menjengkelkan seperti
terjebak kemacetan atau terlambat menuju suatu tempat dan kecelakaan
kecil adalah ujian bagi manusia. Namun, dalam situasi ini, mereka
yang hidup sesuai dengan ajaran Al Qur’an tidak merasa jengkel dan
tetap bersabar tanpa berkeluh-kesah. dalam Al Qur’an, Allah
menerangkan bahwa salah satu sifat orang beriman adalah tetap
bersabar dengan cobaan yang datang kepada mereka:
“(yaitu)
orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,
orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang
yang mendirikan sembahyang, dan orang-orang yang menafkahkan sebagian
dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka.” (QS Al-Hajj,
22:35)
Dalam
menghadapi kecelakaan lalu lintas yang mungkin mereka alami, orang
beriman menjaga ketenangan mereka dan berserah diri kepada takdir,
tidak dalam arti diam saja, tetapi secara realistis menerima apa yang
telah Allah tentukan pada mereka. Dalam situasi tersebut mereka
bertindak arif dengan menyadari bahwa Allah telah menciptakan apa
yang terjadi kepada mereka dan mereka mencoba melakukan sesuatu untuk
mengobati lukanya, mencari bantuan, dan menghentikan kerusakan.
Mereka tahu bahwa mereka bertanggung jawab setiap saat dalam
kehidupan duniawi ini untuk bertindak dengan apa yang disukai oleh
Allah.
Dalam
Surat Al-Mulk, Allah menerangkan tujuan penciptaan manusia dan
tanggung jawab yang diberikan kepada kita:
“Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mengujimu, siapa di antaramu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(QS Al Mulk, 67:2)
Orang
beriman yang menjalani setiap saat dalam kehidupan dunianya sesuai
dengan ajaran Al Qur’an tidak akan membiarkan pikirannya dikuasai
oleh pikiran yang tidak berguna dan tidak masuk akal selama
perjalanan. Dia mengarahkan perhatiannya pada hal dan peristiwa yang
dapat dia renungkan dengan mendalam. Misalnya, mereka yang telah jauh
dari ajaran Al Qur’an, ketika memperhatikan burung yang terbang di
udara akan melihatnya sebagai kejadian biasa. Namun demikian, bagi
orang beriman, burung yang jelas tidak menempel pada suatu apa pun,
tetapi tetap melayang di udara yang renggang dan melakukan gerakan
manuver dengan sayapnya yang lemah; dan sayap mereka yang dirancang
agar mereka dapat terbang, bergerak cepat dan melakukan manuver ini;
dan paruh mereka mereka dengan susunan yang diciptakan khusus agar
mereka dapat makan dengan baik; cara terbang mereka, susungan rangka
tulang yang khusus, dan sistem pernapasan, syaraf dan lainnya;
susunan aerodinamis dan rumit dari bulu-bulu mereka; cara pembuatan
sarang mereka; alat penginderaan mereka, cara berburu dan memberi
makan, tingkah laku mereka, suara yang mereka buat di saat kawin dan
waktu-waktu lainnya; kenyataan bahwa sistem yang mereka amati pada
burung jelas adalah rancangan yang menakjubkan, adalah bukti
keberadaan Allah, kekuatan, dan ilmu-Nya. Allah menuntun kita untuk
memperhatikan hal ini dalam Al Qur’an:
“Dan
apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan
dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya
(di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat
segala sesuatu" (QS Al Mulk, 67:19).
Di
saat orang beriman berada dalam perjalanan mereka, mereka mengamati
ciptaan yang menakjubkan seperti yang ada di sekeliling mereka.
Mereka menjadi saksi setiap saat akan kekuasaan Allah yang tidak
terbatas.
Alhamdulillaahi
rabbil ‘alamin. Allahumma
shalli shalatan kamilatan wasallim salaaman taamman ‘alaa sayyidina
Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu watanfariju bihil kurobu
watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihir raghaa-ibu wahusnul
khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihii
washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil
laka. Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuhu.
Tulisan
ini dikutip dari e-book “24
JAM DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM MENURUT AJARAN AL QUR’AN”,
yang ditulis oleh Harun Yahya.
Tulisan
ini diedit kembali oleh:
INFO
SHADAQAH
Saya
mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang
digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur dan Pondok Pesantren Penghafal
Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an.
Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas
nama Yayasan Daarul Qur’an Nusantara
Bank Syariah Mandiri : A/C. 074 006 5000
BCA
: A/C. 603 030 8041
Bank
Muamalat
:
A/C. 303
003
3615
Bank
Mandiri :
A/C. 128 000 509 2975
Bank
Bukopin
Syariah :
A/C. 880
0420 017
Bank
Mega
Syariah :
A/C. 100
000 6822
Bank
BNI
Syariah :
A/C. 1699
1699 6
Bank
DKI
Syariah :
A/C. 701
700 9003
Bank
Permata
Syariah :
A/C. 97
1010 606
Bank
Danamon
Syariah : A/C.
731
34 769
BRI :
A/C. 0523
01 0000 34 30 4
Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
Semoga
para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan rizki
berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.
Informasi
lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar