Saudaraku,…
Manusia hidup dengan
harapan dan angan, target dan sasaran, tak salah karena harapan dan angan
membuat hidup jadi hidup, apa artinya hidup bila tak ada harapan? Namun
sayangnya kebanyakan harapan
manusia adalah harapan pendek, di usia sekian saya harus punya rumah, di usia
sekian saya harus punya mobil, di usia sekian saya harus dan saya harus, tidak
jarang mereka terjebak dalam kebakhilan, hidupnya serba perhitungan duniawi,
memilih kawan, dan kerjaannya selalu hanya sekedar untung dan rugi materi, maka
sulitlah ia bersedekah, berzakat karena hati yang tertahan. Sulitlah ia ikhlas
karena target akhiratnya malah jadi bawahan.
Dalam hitungan sedekah para shahabat Nabi akibat
motivasi target akhiratlah yang membuat mereka menjadi kaum yang dermawan
melebihi kedermawanan rata-rata seorang manusia dijaman-jaman setelahnya.
Kesederhanaan mereka walau berharta, membuktikan dunia jadi kendaraan
akhiratnya, Hitungan mereka agar harta menjadi abadi diterima disisi Rabb-Nya,
yaitu mereka persembahkan harta yang terbaik. Semua ketaatan berlandaskan motif
akhirat, akan langgeng, berdoapun tidak jemu dipanjatkan, karena semua jadi
ibadah yang ada hitungan pahalanya, dan jaminannya, bila ikhlas karena Allah
Ta'ala.
Adakah yang bisa menjamin mencapai usia panjang ?
Adakah yang berani memastikan akan hidup sampai umur tertentu ?.
Justru beramal shaleh dan menggantungkan harapan
kepada Allah Ta'ala yang lebih ada keamanan dan jaminan. Harapan jelas berusaha
keras untuk tetap dalam ketaatan, menjauhi maksiat, senantiasa taubat dan tidak
menghalalkan riba, dan semua perniagaan yang berpotensi haram, dst, semua
hidupnya akan dijaga demi hubungan baik kepada Allah Ta'ala, mereka yang
terpelihara dari kebakhilan dan tetap istiqomah dijalan Allah Ta'ala justru
yang mendapat jaminan-Nya. Tenang saja hidupnya bersama Allah Ta'ala yang menjamin
rizkinya.
Anas berkata, Rasulullah shallallohu 'alaihi
wasallam membuat garis-garis, beliau bersabda,”Ini manusia dan ini adalah
ajalnya, saat dia demikian tiba-tiba garis yang pendek datang kepadanya.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari. Dua garis, garis panjang dan garis pendek, yang
pertama adalah angannya dan yang kedua adalah ajalnya, saat dia sibuk dengan
garis pertama, tiba-tiba yang datang menjemputnya.
Panjang angan yang kabur, belum pasti dan masih
dalam tanda tanya, padahal ada satu yang lebih dekat, mengintai setiap waktu
dan setiap saat, tanpa pandang umur dan usia, maut atau ajal, ia ada di depan
dan belakang semua orang, tetapi hanya sedikit orang yang menyadarinya,
sementara kebanyakan orang sibuk dengan panjang angan, menahan harta dan menumpuknya,
tapi sampai kapan?
“Saling berlomba melalaikan kalian sampai kalian
mengunjungi kuburan.” At-Takaatsur: 1-2.
Nabi shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, “Anak
Adam menjadi tua dan dua perkara masih tetap ada padanya: rakus dan
angan-angan.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Anas.
Beliau bersabda, “Anak Adam menjadi tua dan dua
perkara masih menggelora dalam dirinya: rakus pada harta dan ingin panjang
umur.” Diriwayatkan oleh Muslim dari Anas.
Ke manakah kamu diperdaya oleh angan panjang
Padahal tidak ada jalan untuk hidup abadi
Tinggalkanlah
beralasan dengan angan-angan
Tidak ada setelah beruban selain perjalanan panjang
Apakah engkau merasa
aman akan abadi berhari-hari
Betapa banyak teman
yang telah binasa sebelummu
Dan anak-anak zaman terus dan senantiasa binasa
Hari-hari membangun
generasi demi generasi.
Sebagian orang bijak mengatakan, “Aku heran
terhadap orang yang bersedih karena berkurang hartanya, tapi tidak bersedih
karena habis usianya. Aku heran terhadap dunia yang berpaling darinya dan
akhirat yang datang kepadanya, dia sibuk dengan yang pergi dan berpaling dari
yang datang.”
Seorang ahli zuhud mengatakan, “Jadilah kalian
sebagai orang-orang yang takut kepada Allah, waspada terhadap perkara dunia
kalian, gemetar terhadap kematian, dan takut terhadap kedatangan akhirat
daripada perkara dunia.”
Abu ad-Darda` mengatakan, “Wahai anak Adam,
injaklah bumi dengan telapak kakimu, karena ia sebentar lagi adalah kuburmu.
Engkau hanyalah beberapa hari saja. Setiapkali satu hari pergi, maka sebagian
darimu telah pergi. Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau senantiasa
menghancurkan usiamu sejak hari engkau dilahirkan ibumu.” Wallahu a'lam.
>> KH YUSUF MANSUR