Assalamualaikum warahmatullaahi
wabarakatuhu. Allahumma shalli shalatan kamilatan wasallim salaaman taamman
‘alaa sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu watanfariju bihil
kurobu watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihir raghaa-ibu wahusnul khawaatimi
wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihii washahbihii fii kulli
lamhatin wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil laka.
Saudaraku,…
Suatu hari di tahun 2003, Budi Harta Winata (37) hanya pegang uang Rp 400
ribu untuk keperluan rumah tangga. Tiba-tiba, ‘’Mas, sudah lama kita tidak
kurban. Ayo tahun ini potong kurban,’’ rengek istrinya, Siti Saodah. Tukang las
keliling ini garuk-garuk kepala. Maklum, uang tinggal segitu-gitunya. Tapi demi
cinta pada istri, pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, ini bersedia
mengorbankan duit terakhir. ‘’Aku cuma punya Rp 400 ribu ini, Dik. Kamu carilah
tambahannya biar kita bisa motong kambing kurban,’’ Budi mengangsurkan uang
pada sang istri.
Ditambah simpanan sang istri, akhirnya Keluarga Budi dapat berkurban seekor kambing terbak yang bisa mereka beli. Ini betul-betul pengorbanan, karena pembelian kambing menguras semua uang terakhir mereka.
Subhanallah, sepekan kemudian, Budi yang pernah terdampar jadi buruh illegal logging di Malaysia, mendapat order pekerjaan las senilai Rp 40 juta. Sebuah nilai pekerjaan yang paling fantastis buat ukuran usahanya saat itu. ‘’Ini pasti berkah pengorbanan,’’ yakin Budi yang pernah coba-coba jadi juru gambar teknik (drafter).
Pengorbanan Budi adalah sedekah yang luar biasa. Abu Hurairah ra mengisahkan, seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw lalu berkata, ‘’Wahai Rasulallah, sedekah manakah yang paling agung?’’ Jawab Nabi, ‘’Engkau bersedekah ketika engkau sehat lagi kikir dan sangat memerlukannya, engkau takut miskin dan sangat ingin menjadi kaya’’ (HR Muslim).
Sejak saat itu, Budi selalu ‘’memancing’’ rejeki dengan bersedekah sebesar 10% dari penghasilannya. Matematika sedekah ini dia dapatkan dari ayah mertuanya.
‘’Alhamdulillah, dengan mengamalkan sedekah, usaha saya terus berkembang,’’ ayah dari Ananta Nugraha (11) dan Hiraita Genta (3,5) ini bersyukur.
Dari sebuah pick up operasional butut, satu demi satu truk baru Budi miliki. Usahanya pun mulai berkibar dengan bendera CV Artha Mas Graha Andalan. Budi yang pernah jadi wakil direktur di sebuah perusahaan kontraktor, kini menyandang pangkat direktur bagi perusahaannya sendiri.
Setiap membawa pulang truk baru dari dealer, dia penuhi dengan semen untuk disedekahkan. Misalnya untuk menyelesaikan pembangunan asrama yatim piatu di dekat rumahnya.
Ilmu sedekah pun dia tularkan kepada orang lain. Seorang sales Suzuki dari dealer langganannya suatu hari bertanya, ‘’Bos, pake ajian apa sih kok bisa sukses seperti sekarang ini?’’
‘’Gampang,’’ jawab Budi sambil menepuk bahu temannya itu. ‘’Setiap Lu dapat rejeki, entah gaji atau bonus, sedekahkan 10% nya kepada orang lain. Itu jimat saya,’’ terang Budi yang pernah mencoba jadi TKI ke Belanda.
Subhanallah, ketika bertemu lagi sejumlah bulan kemudian, si sales itu sudah jadi bos kecil. Dia sudah punya showroom sendiri. ‘’Saya mengamalkan yang Bos Budi ajarkan,’’ katanya ceria.
Tahun 2006, Budi membeli beberapa hektar tanah dan bangunan di Cikarang, Jawa Barat. Dalam beberapa tahun saja, nilai jualnya sudah berlipat-lipat. Tapi dari 3 calon pembeli yang berminat atas asset itu, Budi memilih bermitra dengan Ustadz Yusuf Mansur yang berniat membangun asrama santri di atas lahan tersebut.
Diberi uang muka berapa, sisanya mau dicicil berapa sebulan, Budi tak ambil pusing. Pengusaha muda ini turun tangan sendiri membangun asrama santri I’daad putri tersebut. Ia takjub ketika mampu menyelesaikan target pembangunan dalam waktu yang secara rasional musykil dikejar.
‘’Kuncinya, manajemen proyek yang bagus dan terpenting adalah do’a para
santri dan ustadz,’’ Budi membuka rahasia.
Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin. Allahumma
shalli shalatan kamilatan wasallim salaaman taamman ‘alaa sayyidina Muhammadinilladzii
tanhallu bihil ‘uqodu watanfariju bihil kurobu watuqdhaa bihil hawaa-iju
watunaalu bihir raghaa-ibu wahusnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil
kariimi wa ‘alaa aalihii washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’aadadi
kulli ma’luumil laka. Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar