(+) Sebentar, sebentar
Ustadz…
(-) Lah, Kamu lagi…
(+) Ga boleh nih…?
(+) Silahkan.
Kadang-kadang Kamu itu suka bener selangannya, he he he.
(+) Di atas Ustadz bilang
1-2-3. Kalo perlu, begitu kata Ustadz jangan dibarengin ikhtiar ke Allah nya, dengan
ikhtiar manusianya. Sebut saja begitu
dah ya. Lah, buat yang kepepet?
(-) Saya berdoa semoga
Saudara mengikuti ini dalam keadaan tidak kepepet.
Sehingga melahirkan
hitungan 1-2-3 sebelom Saudara bermasalah. Maksudnya, dekati Allah, cari Allah,
libatkan Allah, jauh sebelom berperkaranya.
Istilah saya mah, nabung amal.
(+) Lah, buat yang emang
beneran kepepet. Sebutlah anfal jantung. Masa shalat dulu, sedekah dulu? Kan
kudu langsung penanganan cepat…
(-) Dalam kasus itu, iya.
Silahkan langsung ditangani. Tapi kan selalu bisa menyempatkan waktu untuk
Allah. Shalat mungkin saja ga sempat. Tapi berdoa? Kan mungkin bisa. Sepanjang
jalan menuju rumah sakit, bersholawat, beristighfar, yang nganter loh ya.
Mungkin yang anfal mah, lagi ga inget apa-apa, he he he. Orang yang terlatih ke
Allah dulu, akan serta merta biasanya. Dalam paniknya, tetap menyempatkan diri
bersedekah, jika ada. Entah sedekah apa misalnya. Dalam paniknya, tetap
kemudian selalu ada waktu untuk berdoa. Minimal ketika jalan ke rumah sakit,
iya kan? Ok, udah ya? saya lanjutkan.
Ada yang tahu doa
Dzun-Nuun? Doa nya Nabi Yunus?
Ya betul. Itu yang
bunyinya sangat populer. Laa-ilaa-ha
illaa anta, subhaanaka inni kuntu minadz-dzalimiin. Doa ini diketahui orang
sebagai doanya Nabi Yunus tatkala ia ada di dalam kegelapan berganda. Gelapnya
malam, gelapnya dalam lautan, gelapnya perut ikan. Dikisahkan kemudian Nabi
Yunus ditolong Allah. Ia cepet ditolong Allah, keluar dari perut ikan. Dan
bahkan Allah memberikan beliau jamuan makan setelah selamatnya di daratan.
Suatu ketika Nabi Muhammad
saw memberi nasihat tentang satu doa yang
jika ingin ditolong Allah
di kesulitannya, dilegakan hatinya, dilapangkan perasaannya, ditenangkan dari
kegundahan, maka sabda Rasul, bacalah doa ini. Doanya Nabi Yunus.
Di telaah doa tentang Nabi
Yunus ini, ternyata ada sesuatu yang menarik. Yang menjadi jawaban bagi banyak
orang yang punya kesulitan, lalu membaca doa ini, tapi ga kunjung selesai
persoalan hidupnya.
Rupanya, ketika Nabi Yunus
ditelan ikan, Nabi Yunus membaca doa ini yang mana doa ini didengar oleh
malaikat. Malaikat bertanya kepada Allah. Kami
mendengar shouta ‘abdik,
suara hamba-Mu, yang ma’ruuf, yang udah dikenal
sebelomnya. O-o-o-oooohhh…
Rupanya Nabi Yunus memang dikenal minal
musabbihiin, dari golongan
orang-orang yang sudah bertasbih duluan sebelom punya kesulitan. Dan Allah pun
memujinya sebagai orang yang dikenal “beriman”. Lihat di Surah al Anbiyaa:
87-88.
Kalo kita? He he he,
jangankan pas kaya, pas miskin juga jarang inget Allah… Tentu dikecualikan
Saudara-saudara yang istiqomah dalam ketaatan
ibadah. Tapi umumnya ya
gitu daaaah. Jangankan pas senang, pas susah pun ga bener-bener merapat
kepada Allah.
Malaikat bertanya kepada
Allah, di mana gerangan hamba-Mu ini yaa Robb? Memang tidak ada yang diketahui
oleh malaikat kecuali Allah yang memberitahunya. Allah kemudian memberikan
petunjuk kepada malaikat dan
mengenalkannya. Dan
datanglah pertolongan Allah.
Terus, gimana tuh sabda
Rasul? Sabda Rasul mah bener banget. Baca aja terus. Kita-kita ini kan
terlambat bacanya, he he he. Baca aja dulu, hingga energi bacaan ini
mendatangkan keputusan Allah.
Di kuliah tauhid nanti
kita pun akan belajar sedikit banyaknya tentang apakah yang terbaik itu kalau
persoalan selesai? Belom tentu ternyata. Bisa saja yang terbaik itu adalah
kalau hidup kita masalah terus. Sebab siapa tahu kita-kita ini tergolong orang
yang lepas dikit aja dari kesusahan langsung lalai. Na’udzuu billaah…
Kembali ke soal kuliah
umum ini. Ke soal ngebenahin pola pikir pola ikhtiar.
Kita sudah belajar sedikit
ya. Bahwa persoalannya adalah bukan berobatnya. Tapi soal maen jalannya itu.
Hingga Allah “tidak mau tahu”. Kalaulah tidak ada doa dari yang lain, niscaya
kita bener-bener ga akan ditolong. Alhamdulillahnya Allah itu binnaasi
la-ro-uufur rohiim, sama manusia itu sangat penyayang, sangat baik. Ada saaaaatttu
aja yang mendoakan si fulan yang males ibadah, males doa, sedikit amal
salehnya, subhaanallah sudah cukup membuat Allah memutuskan memberikan
pertolongan. Sayang beribu sayang, jika hal ini tidak diketahui, tidak diinsyafi,
tidak disadari, maka si fulan tersebut akan terus tidak menyadari
kekeliruannya.
Buat dokter pun begitu.
Jika maen ngobatin aja, ga pake ngelibatin Allah, ga pake bismillah, ga pake
doa, maka jatuhlah ia pada pola mengobati tanpa tauhid. Syukur-syukur
sebenernya dia bisa ngajak pasiennya ke Allah. Cakep
banget dah.
Penjelasan kali lebar di
perubahan pola pikir pola ikhtiar ini ada di Kanal Kuliah Segitiga Wisata Hati:
Mengubah Pola Pikir, Mengubah Pola Ikhtiar. Kajiannya didalemin.
Sesuatu yang mau
digarisbawahi di sini adalah: Libatkan Allah. Baik di awal, di tengah, dan di
akhir. Mau apa-apa, tanya Allah, cari Allah, libatin Allah. Tanya apa keputusan
Allah? Minta bantuannya Allah. Sungguhpun mungkin
urusan yang sedang kita
minta adalah urusan yang sudah “di genggaman kita”, atau kita punya bayangan
untuk itu.
Emangnya ada?
Ya mungkin saja ada.
Kita mau bayar anak
sekolah. Kita punya motor. Maka bayangannya kan ada tuh? Jual motor.
Kita mau naek haji. Punya
sebidang tanah. Kayaknya kebayang dah darimana duitnya.
Kita pengen beli motor,
beli mobil, tuker motor, tuker mobil, ama yang muda-an, duit udah ada. Kan
harusnya tinggal jalan tuh?
Kita pengen renovasi
rumah. Kita pengen beli rumah. Jalan udah ada. Duit udah siap. Pengen dagang
udah ada yang janjiin modal. Pengen kerja udah ada yang bakal bawa masuk. Semua
itu adalah keadaan yang bisa jadi Allah ga akan diajak ngomong. Ga dilaporin.
Nah, sebaiknya di keadaan begini pun Allah diajak terlibat. Ditanya. Dimintai
keselamatan-Nya, keterlibatan-Nya. Dan diminta tetap pertolongan-Nya. Jangan
sok belagu. Jangan mentang-mentang.
Nah, apalagi di
ketiadaannya, iya kan? Makin perlu dah seharusnya kita sama Allah.
Sebenernya sih kalimat ini
ga cakep. Dua-dua keadaan perlu. Saat susah perlu Allah, saat senang juga
jangan salah. Tetap sangat perlu Allah. Kita ga tau kapan saat Allah menukar
ni’mat jadi keadaan yang sangat kita perlu Allah.
Lihat saja sms berikut
ini. Sms ini dikirimkan dari sahabat saya yang penuh dengan senyuman, dengan
keriangan, dengan kebahagiaan. Hidupnya sempurna. Berkecukupan iya, saleh
salehah iya. Dua putrinya menempuh pendidikan tinggi dan berkategori aman.
Setiap saya ke kota di mana ia tinggal, selalu ia berdiri paling depan di bawah
eskalator kedatangan. Nomor satu menyalami saya dan membawakan tas saya.
Istrinya selalu ridho melepas suaminya untuk menemani saya jika saya ke kota
tersebut dan beralih ke kota-kota lain yang basecampnya di kota dia.
Hingga di kedatangan saya
yang terakhir, kira-kira sebulan sebelom saya umroh, beliau di kendaraan minta
doa. Dan ia mintakan doa di sore hari, setelah saya sudah mau menuju bandara.
Alasannya beliau, “Kalau saya beritahu dari pagi, tentu Ustadz tidak
mengizinkan saya pergi menemani Ustadz, dan hilanglah kesempatan saya minta doa
dari ustadz dan dapat berkah (baca: pahala) dari perjalanan ustadz mengajar,
silaturahim dan memberi tausiyah.”
Sahabat saya ini memberi
tahu bahwa istrinya ini mual-mual. Tapi harus dibawa ke rumah sakit. Dalam sakitnya,
istrinya ini meminta suaminya tetap menemani ustadz. Masya Allah.
Kami pun mendoakan. Dan
doa ini diberitakannya ke istrinya.
Hingga kemudian saya jalan
umrah. Sesampainya saya di Madinah, sms masuk lewat sahabatnya beliau, yang
dulu juga semobil. Sahabatnya ini mengabarkan bahwa ternyata penyakit yang
diderita oleh istrinya sahabat saya tersebut bukan penyakit biasa. Tapi
penyakit kanker…
Deeerrr…!!!
Saya mengingat keceriaan
keluarga ini. Saya mengingat kebahagiaan keluarga ini. Berita ini seperti palu
godam sesaat yang bisa saja melabilkan iman.
Segini sahabat saya ini
orang saleh, berkeluarga saleh. Setidaknya menurut
pengamatan saya. Bagaimana
bila kita-kita ini bukan orang saleh? Bukan orang yang taat sama Allah? Bukan
orang yang terbiasa baik sangka sama Allah?
Eh, sorry, dah mau isya.
Saya isya-an dulu ya?
Ini sengaja saya kembali
dulu ke kamar. Nunggu isya nya sambil ngetik dan ngajar Kuliah Umum ini. Semoga
Allah ridho, dan menjadikan apa yang saya
kerjakan, menjadi ibadah
yang diridho-Nya. Ok, saya isya-an dulu ya. Kembali ke Masjidil Haram. Duh,
nikmatnya…
Tar saya ceritakan sedikit
deh…
Ga janji. Insya Allah.
Sampe ketemu habis isya
nanti, bila Allah mengizinkan.
***
Alhamdulillah,
ngetik-ngetik lagi bukan habis isya di waktu isya. Tapi di waktu dhuha.
Mudah-mudahan keberkahan dhuha mengalir buat semuanya. Amin.
Di Mekkah kalo habis isya
itu rasanya udah malem banget. Ketemu si fulan ketemu si fulanah, ketemu jamaah
ini ketemu jamaah itu, ngurus sedikit ini ngurus sedikit itu, eh udah jam 1
pagi. Ya tidur aja dah. Supaya bisa bangun
malam. Banyak jamaah yang
alhamdulillah dimudahkan bangun malam dan
berangkat ke masjid,
sekalian menunaikan shalat shubuh berjamaah, bahkan
sekalian dhuha. Mungkin
selain suasana, juga soal kebersamaan, kesadaran dan niat. Tentu saja semua
sabab izin dan ridha Allah.
Oh ya, ini sms dari
sahabat saya tersebut… Kecuali nama dan daerahnya
yang saya samarkan. Mohon
didoakan saja:
Assalamualaikum… Ustad!
Saya saat ini di Malaysia mendampingi istri berobat setelah satu bulan sakit di
Sumatera. Segala upaya kami lakukan dalam pengobatan yang sesuai tuntunan. Saat
ini sudah ditemukan penyakitnya yaitu Multiple Myeloma yaitu kanker plasma sel
tulang sumsum yang cukup ganas menghambat pertumbuhan sel darah merah sehingga
anemia. Menggerogoti tulang dan calsium dialirkan ke darah sehingga overcalsium
yang membuat mual gak bisa makan dan darah jadi kental, menurun fungsi ginjal
memunculkan asam urat tinggi, sakit kepala, lemas, tulang sakit pada punggung
dsb. Saya sungguh gak tega menyaksikan penderitaan ini. Saya gak kuat kalau
mendengar kalau dia saat mengigau saat tidur, berdoa saat ngigau seakan bermain
sama dengan kedua putri kami. Saya berharap ini cobaan tapi saya ragu inikah
azab Allah? Saya memohon ampun sama Allah. Sejak sholat shubuh air mata ini tak
henti mengalir. Ya Allah… Engkau yang mendatangkan penyakit ini… Tariklah
penyakit ini. Begitu mudahnya Kau cabut kenikmatan ini… Ustadz! Kami mohon bantuannya
memohonkepada Allah di tanah suci agar kesusahan ini berakhir. Agar penyakit ini
dihilangkan. Agar istri dan kami sekeluarga diberi kesempatan untuk lebih mengabdi
kepada Allah. Agar kelak saatnya nanti husnul khotimah. Terima kasih ustad atas
doanya. Wassalamu’alaikum.
Saya termenung baca sms
ini. Rasanya saya pengen segera berdiri shalat dua rakaat. Meminta maaf untuk
orang-orang tua saya, diri saya, istri saya, anak-anak saya, keluarga saya,
jamaah semuanya. Meminta maaf jangan sampai ada kesalahan-kesalahan kami yang
berujung azab dari Allah. Pengen rasanya saya meminta perlindungan dari Allah.
Termasuk perlindungan dari putus asa, hilang kesabaran, kecewa sama keputusan
Allah, dan lain-lain. Sebab tidak mesti juga menjadi jahat lalu dikasih serangkaian
penyakit. Tidak mesti. Ini sungguh rahasia Allah sahaja. Bisa saja orang yang
teramat saleh, pun diuji dengan serangkaian penyakit.
Duh duh duh…
astaghfirullahal ‘adzhiem. Saya sungguh menyarankan saudara semua menghentikan
sejenak perkuliahan umum ini, lalu ambil wudhu dan shalat 2 rakaat. Agar sempat
dulu memohon agar Allah lindungi dari penyakit yang berat-berat, yang
sulit-sulit, baik menimpa diri kita maupun keluarga kita semua. Rajin-rajinlah
memohon perlindungan dan keselamatan. Saya berkata kepada istri saya, “Kudu
bener rajin memohon dan meminta sehat kepada Allah. Minta supaya sehatnya bisa
dibawa ibadah. Dan macem-macem permintaan lain, hingga selamat dari su-ul
khatimah, siksa kubur, dan siksa negeri akhir sebagai puncaknya.”
Saudaraku yang dirahmati
Allah. Cukup lama saya menjawab sms sahabat
saya ini. Tapi saya cepat
mendoakan atas izin Allah. Balas smsnya yang lama. Sebab saya tercenung juga
cukup lama.
Peristiwa-peristiwa
perubahan seperti ini banyak sekali terjadi. Begitu gampang Allah mengubah
keadaan. Kun Fayakuun! Allah sanggup mengubah siang jadi malam, dan sebaliknya.
Allah sanggup menghidupkan dan mematikan. Allah tentu saja lebih sanggup lagi
mengubah keadaan kita. Senang jangan sampe lupa diri lupa ibadah, dan susah
jangan sampe putus asa putus semangat.
Karena itu saya menyeru,
tempel betul Allah. Tempeeeeeeeeelll yang rapet. Bener-bener rapet. Kita tidak
tahu kapan kemudian kita berdoa seperti sahabat kita tadi. Jangan begitu yakin
keadaan susah tidak dipergilirkan. Sebagaimana keadaan senang pun akan Allah
pergilirkan. Jika kita tidak terlambat mendekatkan diri kita kepada Allah, bisa
saja seperti keadaan sahabat saya tadi, Allah hadir di hati dia dan istrinya,
dan keluarganya. Allah hadir. Hingga penyakitnya dibawa syukur, dibawa senang.
Dan kemudian hanya sebentar air mata sedih yang keluar. Selebihnya hanya air
mata bahagia. Senang. Sebab dalam susahnya, dalam deritanya, subhaanallaah,
lisan tetap basah dengan zikir, dengan wirid, dan hanya syukur yang memenuhi
hati. Ibadah sampe titik nafas yang terakhir. Subhaanallaah.
Bila saat ini Saudara
menemukan diri Saudara lalai, diri Saudara lupa, diri Saudara jauh dari Allah,
bagaimana lagi dengan Saudara…? Bekal tak ada ketika kemudian peristiwa demi
peristiwa terjadi…? Na’udzubillaah min dzaalik.
Tidak ada kata terlambat.
Tidak ada kata terlambat. Tidak ada kata terlambat. Asal Allah kasih kita
nafas, itu tanda kita masih bisa kembali kepada Allah.
Saya kemudian menjawab sms
sahabat saya tadi:
Saya sekitar 1 jam yang
lalu sempet ngebel dari tanah suci. Dari Mekkah alMukarromah. Di Multazam saya
doakan. Semoga dalam sakit dan penderitaannya istri dan antum, ada Allah.
Sehingga Allah memberikan rasa sabar yang luar biasa. Saya meneteskan air mata
baca sms saudara saya ini.
Saya bercerita kepada
Allah, saudara saya ini selalu menjemput saya tatkala saya ke Sumatera, dan
istrinya selalu ridho. Dan banyak lagi saya cerita, termasuk ketika harus masuk
rumah sakit (pertama kali, ketika saya datang), istrinya tetap ridho suaminya
mengantar saya ke kota lain. Yaa Allah, mudah-mudahan Engkau Yang Maha
Segalanya, memberikan mukjizat-Mu, kebesaran-Mu, serta kekuasaan-Mu di urusan
istri antum dan antum.. Istri saya dan jamaah semuanya turut mendoakan. Lebih
kurang 500 jamaah turut mendoakan antum. Saya mintakan doanya. Nanti saya
kirimkan petunjuk tambahan. Semoga Allah mempercepat penyembuhannya dan
menghentikan jalannya itu penyakit.
Beberapa waktu kemudian
beliau menjawab lagi sms saya:
Subhaanallaah… Begitu
cepatnya Allah mengijabah doa Ustadz dan jamaah
lainnya. Sehingga
dokterpun begitu cepat dan tepat memberi dosis obat sehingga hari ini istri
saya merasakan betapa nyamannya yang tidak pernah senyaman ini sejak sakitnya.
Dokterpun begitu gembiranya mendengar dan melihat pasiennya dengan begitu cepat
pulihnya. Saya dan istri mendengar ibu Ivan (kawan mereka) membacakan sms dari
ustadz tak tahan kami menangis haru. Sungguh begitu mudahnya bagi Allah merobah
keadaan hanya kami yang masih kurang bersyukur. Entah bagaimana caranya kami
mengucapkan terima kasih kepada ustadz berserta jamaah. Salam kami, terus
berharap doa untuk mengiringi kami melawan ganasnya penyakit ini. Syukran.
Wassalamu’alaikum.
***
Dengan ragam peristiwa
lainnya, manusia sejatinya akan dipergilirkan kesusahan dan kesenangan sebagai
ujian hidup. Mudah-mudahan kita semua lulus. Apa kaitannya dengan Kuliah
Tauhid? Selain kita nanti belajar untuk baik sangka, untuk iman kepada Allah,
untuk sabar, untuk yakin, untuk ikhlas, untuk syukur, kita pun insya Allah
memohon kepada Allah agar perkuliahan tauhid nanti akan mengajarkan kita pola
hidup yang bagus. Dinamika hidup ini bolehlah berlaku apa saja. Satu hal yang
tidak boleh berubah dalah Tuhan kita. Harus tetap Allah. Harus tetap bersama
Allah. Harus tetap dekat sama Allah. Dan harus tetap ibadah dan mengabdi
pada-Nya.
Saya
menyertakan file audio sebagai penyerta kuliah umum ini.
Mudah-mudahan melengkapi
kuliah umum ini, dan menyiapkan Saudara-Saudara untuk mengikuti perkuliahan
Kuliah Tauhid, sesi demi sesinya. Amin.
Saya berdoa kepada Allah,
suatu saat Saudara dan saya, kita semua, bisa melakukan ibadah karena bersyukur
kepada Allah.
Jika sebelomnya Saudara
shalat dhuha memohon ridha Allah dan pekerjaan dari-Nya, saudara lalu naik
derajat shalat dhuha sebab Saudara justru bersyukur sudah diterima kerja.
Jika sebelomnya saudara
shalat malam sebab ada kesusahan, kemudian hari saudara bisa shalat malam
karena lapor masalah sudah selesai. Jika sebelomnya saudara bersedekah sebab
ada permintaan, maka permintaan berikutnya dari saudara kepada Allah adalah
minta dikuatkan iman islam, minta dijadikan saleh dan syukur, dan minta
diberikan ridha.
Hingga kemudian tumbuh
kecintaan kepada-Nya, dan kerelaan beribadah kepada-Nya. Tumbuh keridhaaan
kepada Allah, yang kemudian Allah pun jadi ridha kepada kita. Dikasih susah,
tetap ridha. Dikasih senang, ya apalagi. Yang ada hanya syukur, syukur, dan
syukur. Ga ada pertanyaan, dan ga ada keluhan. Tumbuh baik sangka kepada Allah.
Terhadap semua kalam Allah, terhadap semua Ketentuan dan Kehendak Allah.
Terhadap semua perintah
Allah, terhadap semua permintaan Allah, iman dan yakinnya bukan main. Ga pake
mikir.
Disuruh sedekah, jangankan
dijanjikan ada bayarannya, engga dijanjikan bayaran saja, udah rela minta
ampun. Apalagi dijanjikan bayaran.
Disuruh shalat malem untuk
kemuliaan, untuk ketinggian derajat, untuk mengundang pertolongan Allah, untuk
perubahan kehidupan, kita menyambutnya dengan segenap perasaan senang kita.
Bukan hanya bakal senang dapet segala apa yang bisa Allah berikan. Tapi senang
sebab bisa ketemu Allah di keheningan.
Setelah shalat shubuh,
rindu shalat dhuha. Setelah shalat dhuha, rindu shalat zuhur. Setelah shalat
zuhur, rindu shalat ashar. Setelah shalat ashar, rindu shalat maghrib. Setelah
shalat maghrib, rindu shalat isya. Setelah shalat isya,
rindu lagi shalat malam.
Rinduuuuuu… Pengennya sama Allah terus. Karena itu ketika sedang shalat,
disertakan qobliyah dan ba’diyah. Ga pengen cepet-cepet berlalu dari hadapan
Allah. Allah tempat mengadu, Allah tempat meminta.
Sama al Qur’an dekeeeettt.
Ia senantiasa dibaca, dikaji, dan satu demi satu diamalkan. Sama masjid, ringan
kaki melangkah. Khususnya laki-laki. Yang
perempuan tentu saja biar
di rumah, walo ke masjid juga tidak ada halangan andai tidak timbul fitnah dan
bahaya. Rajinnya ke masjid, ringannya kaki melangkah ke masjid, sampe-sampe
kekangenan bersimpuh di masjid besar, di “rumah-Nya”, di Masjidil Haram, di
depan Ka’bah, juga akhirnya semakin besar… Dan tau-tau nyampe dah di sana.
Subhaanallaah.
Sama orang susah, sama
anak-anak yatim, sama dhuafa/orang-orang miskin, perlu. Kita yang perlu. Kita
yang nyari. Baik dibantu dengan rizki kita, maupun dibantu untuk tidak lagi
miskin dan susah, dan menjadi berdaya. Lewat serangkaian pengajaran, dan
nasihat.
Sama larangan-larangan
Allah, takutnya minta main. Setiap pikiran berbuat dosa dan maksiat muncul,
dibanyakin ta’awwudz, berdoa, dan istighfar. Tidak pernah memberi kesempatan
melayani. Saya betul-betul berdoa semua perasaan ini, semua yang dikatakan ini,
tumbuh di hati dan pikiran Saudara semua. Semoga Kuliah Online ini bisa mengantarkan
Saudara semua menuju apa yang menjadi doa saya tadi. Aamiin.
Semua atas izin Allah, dan
semua adalah Kehendak Allah. Maka itu insya Allah saya akan shalat sunnah,
minta kepada Allah agar itu terjadi. Saya harap Saudara semua juga mau meminta
taufik dan hidayah Allah. Sekali lagi, aamiin. Semoga Allah memberikan kemuliaan
buat Saudara semua.
Sungguh… Saya kepengen
memberikan banyak materi. Tapi nanti jadinya bukan kuliah umum, he he he. Materi
demi materi sudah disiapkan atas izin Allah. Pelajari satu demi satu, yang
rajin, yang rapih, yang disiplin. Jangan hanya dibaca, apalagi dikoleksi. Jangan.
Bener-bener pelajari. Hayati. Dan renungkan. Disertakan pula tugas kecil sedari
awal untuk menelaah satu demi satu ayat yang saya pakaikan di kuliah umum ini.
Lihatlah al Qur’an, dan carilah terjemahannya untuk lebih memahami minimal
menyimak artinya. Bergurulah pada satu dua orang ustadz yang ada di deket
saudara untuk berdiskusi perihal ayat demi ayat yang saya minta saudara mencari,
membuka, dan membacanya.
Kepada Allah semua saya
pulangkan.
Di file audio penyerta
kuliah umum ini, saya membahas juga pendalaman tentang mengubah pola pikir, dan
pola ikhtiar. Silahkan. Ada contoh-contoh menarik seseorang yang mencari
bantuan seseorang. Seorang kaka yang datang kepada adiknya. Seorang yang
membroadcast sms jual mobilnya, hingga ketemu Allah dan menawarkan mobilnya
kepada Allah. Seseorang yang mencari pekerjaan dengan cara yang normal, tapi
jadi ibadah dan hasilnya mengagumkan! Yakni ga dapet-dapet itu pekerjaan yang
dicarinya, he he he. Tapi koq disebut mengagumkan? Ada lagi seseorang yang
berusaha membayar hutangnya, tapi yang terjadi malahan bertambah penyakit,
bertambah hancur, bertambah susah. Namun imannya dan ibadahnya malahannya
bertambah. Di kemudian hari huutangnya bener-bener buanyak. Tapi rizki sekali
datengnya dirapel Allah, puluhan kali lebih lipat lagi ketimbang hutangnya.
Masya Allah. Seru.
Ada juga perjalanan
berburu jodoh, perjalanan mendapatkan anak keturunan, Perjalanan mencari
kesembuhan. Dan macem-macem lagi yang Saudara akan temukan yang dekat kehidupan
Saudara sehari-hari. Insya Allah. Semua karena Allah, dan karenanya, sekali
lagi saya pulangkan kepada Allah segala sesuatunya.
Saya memohon maaf kepada
Saudara semua, jika ditemukan di kemudian hari ketidaknyamanan dalam mengikuti
perkuliahan ini. Atas nama pribadi dan atas nama tim, saya memohon maafnya. Saya
berharap penuh Saudara banyak mengikuti kajian kuliah off-line nya, di
tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh kami. Untuk pendalaman materi dan
pengembangannya, serta diskusi. Belajar mengenal Allah lebih jauh. Kita
sama-sama belajar ya. Saya, Yusuf Mansur, pun tumbuh bersama Saudara semua
dalam belajar tauhid dan keyakinan. Di perjalanan Kuliah Online, untuk kopi
daratnya para peserta KuliahOnline kami menyebutnya: Spiritual Gathering
Wisatahati.
Sampe ketemu di Sesi 1
nanti, di Kuliah: Belajar Keyakinan.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Makkah & Madinah,
2011.
Yusuf Mansur.
You will learn this in
your lovely Kuliah Online…
Bicaralah kepada Allah…
Sesering mungkin…
Bahkan untuk
hal yang sepele…
Sebelom…
Di… Dan sesudah…
Saya mengajak Anda untuk mendukung Percetakan Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Darul Quran.
Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Darul Quran Nusantara
Bank Syariah Mandiri : A/C. 074 006 5000
BCA : A/C. 603 030 8041
Bank Muamalat : A/C. 303 003 3615
Bank Mandiri : A/C. 128 000 509 2975
Bank Bukopin Syariah : A/C. 880 0420 017
Bank Mega Syariah : A/C. 100 000 6822
Bank BNI Syariah : A/C. 1699 1699 6
Bank DKI Syariah : A/C. 701 700 9003
Bank Permata Syariah : A/C. 97 1010 606
Bank Danamon Syariah : A/C. 731 34 769
BRI : A/C. 0523 01 0000 34 30 4
Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke : 081519002828.
Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal
Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu
kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
Semoga para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan rizki berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.
Tulisan ini saya kutip dari :
ditulis oleh Ustadz Yusuf Mansur
Dan disusun ulang oleh : http://souldiaryofislam.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar