Jumat, 31 Juli 2009

PUSAKA KEBAIKAN

Saudaraku,..
 Setiap orang mungkin mampu melakukan perbuatan yang baik, tetapi tidak semua orang mampu menjaga perbuatan baik tersebut menjadi sebuah kebaikan yang besar. Sehingga setiap manusia dituntut untuk menjaga perbuatan baiknya agar tidak memiliki cacat yang akan mengurangi nilai kebaikan tersebut. Inilah yang kemudian disebut sebagai pusaka kebaikan. Pusaka kebaikan itu mampu meningkatkan nilai dari perbuatan baik yang kita lakukan. Pada akhirnya ketika perbuatan itu memiliki nilai tambah di hadapan Allah, maka perbuatan tersebut akan mengantarkan pelakunya dalam takaran iman yang lebih berkualitas.

Rasulullah Muhammad Saw menyebutkan tiga hal yang menjadi pusaka kebaikan. Yang pertama adalah merahasiakan keluhan. Orang yang mencintai Allah atau orang yang sedang melakukan perjalanan kepada Allah adalah orang yang mencintai ketentuan dan ketetapan Allah yang diberlakukan kepadanya. Orang-orang seperti ini tentunya sangat mencintai kehidupannya, walaupaun ia adalah seorang fakir miskin. Menjadi Hamba Allah tidaklah cukup kalau hanya berbuat kebaikan, tetapi Anda juga harus merahasiakan keluhan-keluhan Anda kepada manusia. Bukankah Anda masih memiliki Allah? Karena itu, maka mengeluhlah kepada Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang mengumbar keluhan-keluhannya kepada manusia layaknya manusia yang tidak memiliki kepercayaan yang baik kepada Tuhannya. Jika ia mengakui Allah sebagai Tuhan yang tunggal, tentunya ia tidak akan berlari kepada makhluk lain yang kekuatannya terbatas. Sesungguhnya apa yang dapat diberikan manusia pasti dapat diberikan Allah, tetapi manusia belum tentu mampu memberikan kebaikan sebagaimana yang telah diberikan Allah. Merahasiakan keluhan menjadi pusaka kebaikan karena ketika Anda melakukannya maka Anda berada dalam takaran iman yang luar biasa. Hanya kekuatan iman saja yang mampu menguatkan seseorang dalam kelaparan tanpa berteriak atau mengemis pada manusia. Hanya dengan kekuatan iman pula seseorang mampu bertahan dalam kepayahan tanpa mengharapkan pertolongan saudaranya. Keyakinannya bahwa Allah tidak akan membiarkan dirinya kepayahan telah membawanya pada titik di mana setiap kepayahan, kesukaran maupun kelaparan adalah bagian kecil dari rencana besar Allah SWT untuk membahagiakan dirinya. Saat itu seseorang akan mampu menerima keadaan apapun dari Tuhannya tanpa mengeluh. Allah adalah Dzat yang Maha Baik, maka kepastian dan ketentuan-Nya pun pasti baik untuk seluruh makhluk-Nya. Karena itulah, ketika Anda merasakan beban berat terhadap dunia ini, berlarilah kepada Allah. Disanalah setiap kebaikan dan keburukan akan berakhir. Allah pun bisa cemburu ketika hamba-Nya lebih suka menyampaikan kesedihannya pada hamba-Nya yang lain daripada kepada Dirinya yang kekal. Hal ini tidak terkecuali ketika Anda sedang melakukan kebaikan.

Merahasiakan keluhan ketika melakukan kebaikan adalah sebuah energi besar yang akan mampu mendorong laju kebaikan kepada sasaran-sasarannya. Dan tentunya Allah akan membuat kebaikan ini menjadi kebaikan yang sangat besar bagi Anda. Tetapi bayangkanlah kalau Anda melandasi kebaikan-kebaikan Anda dengan keluhan-keluhan kepada manusia. Maka bisa saja kebaikan Anda akan terhenti d tengah jalan dan tidak mengenai sasaran yang Anda kehendaki. Bisa saja orang lain akan berpikir Anda tidak serius dengan kebaikan-kebaikan Anda. Maka merahasiakan keluhan ketika Anda berbuat kebajikan adalah penting. Dan selayaknya menjadi perhatian pula bagi pelaku kebaikan.

Saudaraku,...

Pusaka kebaikan yang kedua adalah merahasiakan musibah. Orang-orang yang beriman biasanya lebih menyukai menyimpan duka dan musibah yang mereka alami. Sehingga dalam pandangan masyarakatnya mereka terlihat layaknya orang-orang yang selalu mendapatkan kesenangan dari Allah. Hal ini berbeda dengan manusia pada umumnya. Mereka apabila mengalami musibah biasanya lebih suka mengabarkan kepada orang lain tentang musibah tersebut, tentu saja dengan harapan mereka akan mendapatkan bantuan selekasnya. Orang-orang seperti ini bukanlah orang yang kuat menghadapi sedikit ujian dari Tuhannya. Kebiasaan untuk menunjukkan musibah kepada orang lain lambat laun akan menjadikan seseorang menjadi orang lemah dan memiki ketergantungan yang berlebihan kepada makhluk. Inilah yang sebenarnya tidak boleh melekat pada orang-orang yang beriman. Adanya musibah yang dialami manusia sebenarnya merupakan sarana agar manusia mendekatkan dirinya pada Sang Khalik, menyadari keterbatasannya sebagai makhluk dan kekuasaan Allah yang tidak terhingga. Hingga pada akhirnya seseorang akan menyadari musibah tersebut sebagai sebuah karunia yang luar biasa. Sesungguhnya ketika musibah tidak lagi dianggap sebagai musibah maka tidak perlu seseorang mengatakan dirinya terkena musibah. Karena pada titik tersebut musibah tidak tampak lagi sebagai sebuah musibah, melainkan terlihat layaknya sebuah nikmat yang luar biasa. Karena itu pula seseorang yang beriman selayaknya memandang sebuah musibah sebagai sebuah kesenangan dari Allah, karena kita tidak mengetahui apa yang dirahasiakan Allah SWT atas musibah tersebut. Saudara-saudara kita banyak yang memperoleh kekuatan luar biasa ketika mereka mampu meletakkan musibah tersebut menjadi rahasia dirinya dan Allah. Allah menjaganya dari segala sesuatu yang menyedihkan ketika orang lain berduka terhadap kehidupan yang menyesakkan mereka. Inilah penjagaan Allah yang tidak akan pernah dapat diberikan oleh makhluk-Nya.

Pusaka kebaikan yang ketiga adalah merahasiakan shadaqah (yang kita infakkan). Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Ketika Tuhan menciptakan bumi diciptakanlah gunung sebagai pasak, sambil terheran-heran para malaikat bertanya: ‘Ya Tuhan! Apakah ada dari makhluk-Mu yang lebih keras dari gunung?’ ‘Ada, yaitu besi.’ Jawab Tuhan. ‘Adakah yang lebih keras dari besi?’ ‘Api.’ , jawab Tuhan. ‘Adakah yang lebih keras dari api?’ ‘Air’, jawab Tuhan. ‘Adakah yang lebih keras dari air?’ ‘Angin’, jawab tuhan. ‘Adakah yang lebih keras dari angin? Dijawab oleh Allah, ‘yaitu anak Adam yang memberi shadaqah dengan tangan kanannya, tidak diketahui tangan kirinya.’ Lalu bagaimana merahasiakan shadaqah dapat memilki kekuatan yang luar biasa dan mengapa pula disebut sebagai pusaka kebaikan? Rahasianya terletak pada kedekatan seorang manusia dengan Tuhannya. Sesungguhnya manusia yang mampu mendekati Tuhannya dengan jarak yang sangat dekat akan menjaga shadaqah maupun ibadah yang lain dari pengaruh manusia. Baginya tidak ada yang lebih baik kecuali shadaqah itu hanya diketahui dirinya dan Allah SWT. Karena ketika perbuatan baik itu (shadaqah) diketahui oleh orang lain, maka bukan tidak mungkin hatinya akan terjangkit penyakit ujub terhadap shadaqah tersebut.

Karena alasan itu pula orang-orang Islam pada jaman dahulu (salaf) berusaha menyembunyikan shadaqahnya dari pandangan orang lain. Sehingga diantaranya lebih suka memberikan shadaqahnya kepada orang-orang buta agar tidak dikenalnya, dan ada yang mengikatkan sedekahnya pada baju yang dipakai si miskin di kala tidur atau ditaruhnya di jalan yang dilalui orang fakir. Orang yang beriman selalu khawatir terhadap perbuatan baik yang mereka lakukan, apakah akan diterima Allah sebagai sebuah kebaikan atau Allah akan melemparkan kebaikan itu ke wajah pelakunya karena terdapat setitik kesombongan yang berada di hatinya pelakunya. Memberikan shadaqah kepada orang lain harus dimulai dengan alasan yang baik, dikerjakan dengan motivasi yang baik, dan diakhiri dengan cara yang baik. Tidak jarang kita menemukan saudara kita yang memberikan shadaqah kepada fakir miskin dengan mengundang media elektronik maupun cetak. Lalu keesokan harinya berita mengenai shadaqah mereka tersebut dimuat di koran maupun ditayangkan di televisi dan tentu saja diketahui oleh banyak orang. Orang yang dekat kepada Allah pastinya tidak akan menyukai publikasi semacam ini. Karena cara seperti ini tidak akan mendekatkan dirinya kepada Allah, malainkan akan membuat pelakunya memiliki kecenderungan yang lebih besar kepada makhluk. Entah disadari atau tidak, perbuatan ini akan menjauhkan mereka dari Allah dan kebahagiaan abadi yang berada disamping-Nya. Saudaraku,... Demikianlah tiga pusaka kebaikan yang harus diketahui orang yang beriman. Berusahalah untuk menjadikan ketiganya sebagai bagian dari kebaikan-kebaikan Anda. Jagalah perbuatan baik Anda dengan tidak mengeluhkan kepayahan Anda kepada manusia. Peliharalah ibadah Anda dengan merahasiakan musibah atau kedukaan yang Anda alami. Dan pupuklah senantiasa kebaikan shadaqah Anda dengan merahasiakannya dari pendengaran dan pandangan saudara Anda yang lain. Dan lihatlah, Allah SWT akan memberikan kebahagiaan yang luar biasa kepada Anda. Ketika Anda mampu memenuhi keempat pusaka kebaikan ini, maka perhatikanlah bagaimana Allah akan memperlakukan Anda. Perhatikanlah, apakah Anda masih merasa kepayahan atau bersedih karena dunia tidak memberikan keadilan yang layak bagi Anda?

Apabila Anda menemukan diri Anda tidak terpengaruh oleh tekanan-tekanan dari arah manapun yang ditimbulkan oleh dunia, maka itulah penjagaan Allah SWT yang sebenarnya. Karena itulah, jangan pernah membiarkan diri Anda meninggalkan ketiga pusaka kebaikan ini sepanjang hidup Anda.

2 komentar:

  1. Tambahan saja, sesekali shadaqah juga perlu terang-terangan, bukan dengan maksud riya' tapi dengan harapan orang lain juga melakukan hal yang sama dengan kita.
    Pernah suatu ketika pada masanya Rosulullah, datanglah seorang Al Anshari dengan membawa sekarung makanan sehingga orang lain yang melihatnya ikut juga melakukan shodaqah. Melihat kejadian itu lantas Rosulullah bersabda yang artinya, “Barangsiapa (berinisiatif) melakukan ibadah kemudian ada orang lain yang menirunya, maka baginya pahala yang dilakukannya serta pahala orang lain yang menirunya”.

    BalasHapus