Jumat, 17 April 2009

HAKEKAT MANUSIA

Saudaraku,… Allah SWT beberapa kali menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk-Nya yang tertinggi diantara hamba-Nya yang lain. Tetapi tidak ada yang tahu apakah hidupnya akan berakhir dengan kegembiraan dari Allah atau kepayahan di Neraka. Karena sepanjang yang kita ketahui, hanya manusialah yang banyak melakukan kerusakan di dunia ini. Hingga pada akhirnya, Allah SWT memberikan sedikit teguran-Nya. Dan teguran inilah yang membuat sebagian manusia kembali mengingat tanggung jawabnya sebagai makhluk yang terpilih. Sebagian yang lain, masih asyik berbuat kerusakan di dunia. Melihat apa yang sudah terjadi, sepantasnyalah kita kembali bertanya mengenai asal kejadian diri kita sendiri. Merenungkan jatidiri kita selaku penjaga kedamaian di bumi. Tidak tahukah Anda bahwa manusia merupakan makhluk terbaik yang berasal dari sesuatu yang hina? Karena itulah manusia memilki dua jenis kecenderungan. Kecenderungan pertama adalah keberpihakannya kepada kebaikan dan kebenaran Tuhan. Kecenderungan ini membawa kepada kemuliaan bagi manusia itu sendiri. Karena keberpihakannya kepada kebenaran maka ia akan dipandang terhormat oleh manusia yang lain maupun oleh Allah SWT. Sedangkan kecenderungan yang kedua adalah keberpihakannya kepada nafsu keduniaaan. Kecenderungan ini akan membuat orang melupakan kebenaran-kebenaran yang datang dari sisi Tuhannya. Meskipun sejak awal manusia sudah memilki kedua jenis kecenderungan ini, tetapi sungguh tidak layak jika membesar-besarkan kehinaan lalu meninggalkan kemuliaannya. Kesadaran mengenai kedua jenis kecenderungan ini seharusnya mampu membuat manusia itu sendiri menstabilkan dirinya dalam kebenaran. Kekuatan akalnya seharusnya mampu membuat dirinya mengendalikan nafsu yang tersembunyi di dadanya. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan manusia dalam kesempurnaan tentunya bukan tanpa tujuan, karena Dialah Perencana terbaik di alam semesta raya ini. Pikirkanlah apa yang dikehendaki Allah atas diri Anda. Pernahkah Anda bertanya mengapa Allah SWT menciptakan manusia dengan latar belakang yang saling bertentangan? Bukankah manusia diciptakan dari sesuatu yang hina tetapi manusia pula yang menerima kemuliaan dari Allah untuk menjaga makhluk-Nya yang lain? Apabila Anda mau sedikit berpikir tentang hal ini tentunya Anda akan menyadari bahwa Allah telah menaruh kepercayaan yang sangat besar kepada manusia. Tetapi sayangnya tidak seluruh manusia menaruh kepercayaan yang sama kepada Tuhannya. Karena kepercayaan itu pula, Allah memberi akal dan nafsu sebagai perbekalan untuk melakukan tugas tersebut. Melalui perbekalan itulah, Allah SWT berharap manusia mampu menjaga keseimbangan dunia dan akhiratnya. Dengan kekuatan akal manusia diharapkan dapat mengenali kebenaran dan berjalan dengannya kemanapun ia pergi. Dengan kekuatan akal pula manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk memberdayakan potensi-potensi duniawi yang ia miliki. Dan dengan nafsu Allah berharap manusia senantaisa bergairah menegakkan syariat-syariat-Nya. Akal dan nafsu harus dalam posisi yang seimbang. Satu sama lain tidak boleh saling menenggelamkan. Sebab apabila nafsu lebih dominan, maka manusia akan sangat bersemangat melakukan perbuatan yang tidak dipertimbangkan oleh akalnya. Hasilnya adalah mereka akan menjadi pribadi-pribadi kafir yang tidak mengindahkan seruan dari Tuhannya. Orang-orang seperti inilah yang membuat beban manusia yang lain semakin berat. Merekalah yang membuat kerusakan, kehancuran dan tentu saja juga menistakan agama yang haq. Mereka terlalu sombong dengan apa yang dititipkan Allah untuknya. Mereka juga terlalu serakah dengan apa yang sudah berada di tangan orang lain. Hingga yang mereka hasilkan hanyalah sederetan kezaliman dan kekejaman terhadap manusia atau makhluk Allah lainnya. Merekalah para perampok, koruptor, pezina, pencuri, pemerkosa, pembunuh dan para pelanggar syariat Allah lainnya. Demikian juga ketika akal lebih mendominasi daripada nafsunya, maka lahirlah manusia-manusia yang mengenali kebenaran tetapi kehilangan semangat untuk menegakkannya. Nafsu adalah bahan bakar ilmu yang diperoleh dengan akal. Karena itulah apabila nafsu dimatikan maka kekuatan akal akan kehilangan daya gempurmya. Yang paling baik adalah menyertakan nafsu ketika akal melakukan perannya. Atau sebaliknya, menyertakan akal ketika nafsu berperan. Percayalah, apabila keseimbangan ini berada pada setiap pribadi muslim, maka ia akan menjadi pribadi-pribadi yang beriman kepada Tuhannya dengan gairah keimanan yang berkobar-kobar. Kekuatan akalnya dan semangat yang menggelora akan membuat ia mampu mengenali kebenaran-kebenaran yang datang Tuhannya. Merekalah sang khalifah bumi yang sebenarnya. Merekalah yang berusaha menjaga bumi dari banyak kerusakan. Merekalah yang memelihara lingkungan mereka bertempat tinggal dalam naungan keridhaan Allah SWT. Saudaraku,... Manusia seharusnya harus benar-benar menyadari tanggungjawabnya sebagai khalifah di bumi. Jangan cuma terpacu pada kehinaan yang mengikutinya sejak lahir. Fakta bahwa manusia diciptakan dari sesuatu yang hina seharusnya membuatnya tidak berlaku berlebih-lebihan kepada manusia lainnya maupun kepada Tuhannya. Fakta ini juga seharusnya mampu menjadikan manusia pribadi yang rendah hati dan menyadari ketergantungannya kepada Allah SWT. Ini lho yang tidak benar-benar disadari oleh manusia. Ada yang terlampau keterlaluan dalam mengejar duniawinya dengan meninggalkan banyak kerusakan pada setiap jejak langkahnya. Ada pula yang terlampau keterlaluan dalam ketaaan kepada-Nya, lalu berlaku sombong dan dzalim kepada Allah dan saudaranya yang lain. Maka dari itu, yang paling baik bagi kita adalah mengenal sebaik mungkin dsiri kita sendiri. Ia yang mengenal dirinya sendiri adalah yang paling baik mengenal Tuhannya dan tujuan hidupnya. Dari pengetahuan inilah akan dimulai ketaatan kepada kebenaran. Lalu ketatatan-ketaatan tersebut akan membentuk manusia menjadi khalifah yang sesungguhnya. Dan itulah yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah SWT terhadap manusia seluruhnya. Karena itu bergegaslah Anda menuju ketaatan kepada Allah dan kekasih-Nya Muhammad Saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar