Senin, 13 April 2009

TINGKATAN-TINGKATAN JIHAD

Saudaraku… Kewajiban berjihad di jalan Allah timbul karena manusia harus mendayagunakan potensi yang dimiliki, seperti kekuasaan, kecerdasan, kekuatan maupun kekayaan. Apabila potensi-potensi ini tidak digunakan dalam kebaikan, maka ia benar-benar akan menimbulkan banyak kerusakan, baik di dunia maupun di akhirat. Kekuasaan menimbulkan banyak koruptor dan diktator yang menindas rakyatnya dengan kejam. Kecerdasan menciptakan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tidak mempertimbangkan keseimbangan dan keadilan. Kekuatan menciptakan banyaknya kesewenang-wenangan antara sesama manusia. Kekayaan melahirkan banyak kecurangan dan penindasan terhadap sesamanya. Dan kerusakan di dunia seperti itulah yang kelak akan membawa kita kepada kerusakan di akhirat. Maka tetapkanlah diri Anda untuk selalu berjihad menegakkan agama Allah dan mendayagunakan setiap potensi-potensi yang Anda miliki dalam kebaikan. Yakinlah Anda akan memperoleh balasan yang menyenangkan dari Allah SWT. Menurut Ibnu Qayyim, jihad memiliki empat tingkatan yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang berketetapan hati di jalan ini, yaitu jihad terhadap diri sendiri, jihad terhadap syaitan, jihad terhadap orang kafir, dan jihad terhadap terhadap orang munafik. Kita akan berbincang sebentar mengenai keempat tingkatan jihad ini. Tingkatan pertama adalah jihad terhadap diri sendiri. Yang dimaksud jihad terhadap diri sendiri adalah berjuang dengan sunggguh-sungguh untuk menempatkan setiap indra dalam kebaikan dan batasan-batasan yang ditetapkan Allah. Setiap manusia memiliki hawa nafsu yang selalu mengajaknya kepada kesenangan duniawi, padahal hawa nafsu itu pulalah yang kerap menjerumuskan dirinya kepada pintu-pintu Neraka. Karena itulah, maka manusia harus berjihad melawan dirinya sendiri. Ibnul Qayyim mendefinisikan jihad terhadap diri sendiri dalam empat bagian, yaitu mempelajari petunjuk Tuhan dan agama yang haq, mengerjakan (beramal) setelah mengetahuinya, mendakwahkan ilmu yang telah diperolehnya dan mengajarkannya kepada orang-orang yang belum mengetahuinya, bersabar atas gangguan orang lain terhadapnya dalam menegakkan kebenaran. Yang pertama, mempelajari petunjuk Tuhan dan agama yang haq. Pada dasarnya petunjuk Allah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu petunjuk-petunjuk Allah yang tersurat ( Al-Qur’an) dan petunjuk Allah yang tersirat (fenomena alam dan kejadian-kejadian yang memiliki hikmah dan pelajaran). Anda harus mempelajari semua petunjuk Allah yang diberikan kepada Anda untuk dapat mengetahui batasan-batasan yang ditetapkan bagi Anda. Demikian juga dengan kewajiban mempelajari Islam, agama yang haq. Tujuan yang hendak dicapai ketika Anda mempelajari Islam adalah mengetahui kebaikan-kebaikannya dan menetapkan diri dalam kebaikan tersebut. Dengan petunjuk Allah dan pengetahuan tentang Islam seseorang dapat mengenali dirinya dan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya. Apabila semakin baik pengenalan atau pemahaman tentang diri sendiri, maka semakin baik pula jihad yang hendak dikerjakan. Pemahaman ini meliputi asal kejadian manusia, kelemahan manusia dan keunggulan manusia. Begitu juga dengan tujuan-tujuan yang mengelilinginya. Mempelajari petunjuk Allah dan Islam sesungguhnya akan memberi manfaat bagi Anda untuk melakukan jihad yang harus Anda kerjakan dan hambatan-hambatan yang akan melemahkan semangat jihad Anda. Yang kedua, mengerjakan (beramal) setelah mengetahuinya. Setelah Anda memiliki pengetahuan tentang Islam, maka beramalah dengannya. Pada saat itulah akan terjadi gesekan kepentingan antara hawa nafsu yang melekat pada diri Anda dan semangat untuk menegakkan agama Allah. Hawa nafsu yang terletak di setiap sisi hati Anda akan menawarkan kesenangan yang menggembirakan Anda. Ia akan melemahkan Anda dengan kekasih Anda yang rupawan, harta Anda yang berlimpah, maupun kekuasaan yang menyenangkan. Perhatikanlah seorang pezina yang sangat bersemangat dengan perzinahannya. Perhatikanlah pula dengan koruptor yang tidak pernah puas dengan kekayaan yang dimilikinya. Begitu juga dengan orang-orang yang melalaikan shalat dan zakatnya. Mereka adalah orang-orang yang cenderung kepada nafsu dan mengabaikan kewajiban untuk menegakkan agama Allah. Karena itu, apabila Anda memiliki sedikit pengetahuan tentang kebenaran-Nya, maka tetapkanlah diri Anda kepada kebenaran tersebut. Apabila hawa nafsu dan kesenangannya menawarkan semua pesonanya, maka kuatkanlah pegangan Anda kepada tali Allah. Insya Allah, Anda akan memperoleh penjagaan-Nya yang sempurna. Yang ketiga, mendakwahkan ilmu yang diperolehnya dan mengajarkannya kepada orang-orang yang belum mengetahuinya. Sesungguhnya setiap pengetahuan atau pemahaman tentang sesuatu harus mampu memberikan manfaat secara luas. Karena itulah, apabila Anda sudah mampu menetapkan diri Anda dalam kebaikan Islam, maka kabarkanlah pengetahuan atau pemahaman Anda tersebut kepada orang lain, meskipun yang Anda ketahui hanya satu ayat. Sesungguhnya Anda sedang melakukan perjalanan menuju kasih sayang Allah. Maka ajaklah pula saudara-saudara Anda menempuh jalan yang sama. Apabila Anda memahami hakekat shalat dan zakat, maka kabarkanlah pula pemahaman tersebut kepada saudara Anda yang lainnya. Apabila Anda mampu mendekati Allah dengan jarak yang sangat dekat, maka rangkullah mereka bersama Anda. Apabila Anda mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang baik dari ayat-ayat-Nya, maka sampaikanlah pula kepada mereka hikmah tersebut. Dan janganlah satu kalipun Anda bersikap sombong atas pemahaman atau pengetahuan yang Anda miliki, lalu menyembunyikannya dari saudara-saudara Anda yang lain. Percayalah, apabila Anda tetap bersikap seperti itu maka Anda tidak akan memperoleh manfaat dari pengetahuan yang Anda miliki. Karena itu, berjihadlah mewartakan kebenaran ayat-ayat-Nya kepada saudara-saudara Anda yang lain, agar angin surga yang berhembus menyejukkan udara di sekitar Anda. Yang keempat, bersabar atas segala rintangan dakwah kepada Allah dan bersabar atas gangguan orang lain terhadap Anda dalam menegakkan kebenaran. Menempuh perjalanan kepada Allah adalah sebuah perjalanan yang penuh pertentangan. Anda tidak akan sampai dalam keadaan yang baik, kecuali sudah mampu melewati rintangan-rintangan yang dipersiapkan bagi Anda. Maka solusinya adalah bersabar, yaitu menerima rintangan maupun kesusahan dengan senang hati sambil terus berjuang menegakkan Islam. Orang yang berjihad sudah pasti adalah orang yang memiliki tekat kuat berada di jalan-Nya. Ia tidak akan putus asa apabila medan jihadnya dipenuhi bahaya dan banyak kesusahan. Ia akan terus berjalan menegakkan kebenaran pada setiap tempat yang ia singgahi. Maka, pribadi-pribadi seperti ustadz-ustadz di di lingkungan lokalisasi, pendidik di hutan belantara, bidan di kawasan terpencil atau sekarelawan yang menjaga stabilitas lingkungan adalah hamba-hamba Allah yang sangat berkualitas. Begitu pula dengan orang-orang yang berjihad lingkungan pemerintah, perusahaan, pendidikan maupun bidang-bidang yang lain. Kelompok yang terakhir ini bentuk rintangannya kebanyakan datang dari sesamanya yang berbeda pandangan. Mereka pun tetap menghadapi gangguan dari saudara-saudaranya. Ketika mereka berjihad dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada pada dirinya, mereka dikatakan menjilat atasannya. Padahal Allah SWT lebih menyukai seorang manusia yang memiliki totalitas terhadap pekerjaan-pekerjaannya, daripada manusia yang melakukan pekerjaan asal-asalan. Orang-orang seperti ini hanya melakukan pekerjaan berdasarkan besaran gaji yang diperolehnya. Pemikiran inilah yang banyak dianut oleh para pendukung materialistik. Mereka yang berjihad untuk mencerdaskan sesama manusia lainnya, seringkali disebut manusia yang sok pintar dan sok-sok lainnya. Padahal Allah SWT senang sekali memandang orang-orang yang mampu memberikan manfaat kepada manusia lainnya. Para guru yang membaktikan pengetahuannya di jalan ini, sungguh tidak pernah peduli bahwa gajinya tidak pernah cukup memenuhi kebutuhan minimal sehari-hari. Tetapi Allah SWT tidak pernah menjauh darinya. Mereka juga tidak jarang dikatakan sebagai orang-orang munafik, karena menolak berbagai kecurangan dan kejahatan dengan mengatasnamakan rakyat. Lalu mereka pun dikucilkan dalam masyarakatnya. Tetapi hal ini tidak pernah membuat mereka bersedih dan mengeluh kepada Tuhannya. Ketahuilah, orang-orang yang menetapkan dirinya dalam kesabaran di jalan-Nya akan memperoleh banyak kemudahan. Begitulah yang pernah dijanjikan Allah kepada hamba-Nya yang beriman. Apabila keempat hal ini menyatu dalam diri Anda maka bergembiralah. Sesungguhnya Anda telah mampu menetapkan seluruh potensi diri Anda dalam semangat jihad yang sesungguhnya. Dan Allah SWT akan menepati janji untuk memberikan keberuntungan kepada Anda. Tingkatan jihad yang kedua adalah jihad terhadap syaitan. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT seringkali memperingatkan kita terhadap potensi-potensi buruk syaitan. Ditegaskan oleh-Nya bahwa syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Di hadapan Allah syaitan berjanji untuk menjerumuskan keturunan Nabi Adam (manusia) ke dalam kubangan dosa. Tujuannya sangat jelas, yaitu menemani dirinya berada di Neraka Jahanam. Karena alasan inilah, maka jihad terhadap syaitan menjadi penting. Yang dimaksud jihad terhadap syaitan adalah melakukan perlawanan sekuat tenaga terhadap bisikan dan kehendak-kehendak syaitan. Hal pertama yang harus diketahui untuk berjihad melawannya adalah mengenal pola kerjanya. Ibnul Qayyim menyebutkan tujuh pola kerja kerja yang biasanya digunakan syaitan untuk menjerumuskan manusia. Yaitu, menunjukkan kepada manusia terhadap hal-hal yang haram, menganjurkan manusia bersikap berlebih-lebihan dalam hal-hal yang halal, membujuk manusia dengan barang-barang yang makruf (dibenci Allah dan rasul-Nya) ataupun hal-hal yang syubhat (belum jelas standar hukumnya), mengajak manusia meninggalkann hal-hal yang sifatnya sunnah; membujuk manusia untuk menyukai dan berlebih-lebihan terhadap hal-hal yang sifatnya mubah (dibolehkan agama) sehingga dengan kesenangannya ia akan melalaikan tugas yang berupa amanat kemanusiaan, membujuk manusia dengan benda-benda di sekeliling manusia sebagai penggoda dan mengerahkan semua bala tentaranya ( jin atau sesama manusia) untuk melakukan aksi dan provokasi deengan melancarkan fitnah, menyebarkan keburukan dan menjegal prestasi orang yang mendekat pada keshalihan. Meskipun strategi ini telah banyak diketahui oleh umat manusia, toh masih banyak orang yang cenderung kepadanya. Seseorang yang pada awalnya sangat waspada terhadap gerakan-gerakan syaitan, akhirnya pada pertengahan perjalanan terperosok oleh perangkap-perangkapnya. Mungkin inilah perbedaan paling dasar antara manusia dan syaitan. Sesungguhnya syaitan adalah makhluk Allah yang selalu konsisten dengan tujuan-tujuan yang dikehendakinya. Sejak ia mengalami pengusiran dari surga oleh Allah, ia tidak pernah beristirahat untuk menjerumuskan manusia. Waktu dan pikirannya hanya digunakan untuk tujuan yang pasti yaitu mengantarkan nmanusia kepada pintu-pintu Neraka. Tetapi hal ini sangat bertolak belakang dengan manusia. Manusia adalah hamba Allah yang sering melanggar perjanjian dengan-Nya. Ketika manusia sudah menetapkan dirinya dalam batasan-batasan yang dikehendaki Allah, maka seharusnyalah ia hidup dalam batasan-batasan tersebut. Tetapi sayangnya manusia sangat rapuh terhadap kesenangan-kesenangan yang ditawarkan syaitan. Sehingga lahirlah generasi-generasi masa depan yang menempatkan syaitan sebagai sahabat yang dapat dipercaya. Maka tidaklah mengherankan kalau semangant jihad menegakkan agama Islam kian melemah seiring dengan makin redupnya cahaya kebaikan di dalam hati manusia. Satu-satunya cara untuk menekan, melemahkan dan mematikan gerakan-gerakan syaitan adalah menempatkan diri Anda sepenuhnya kepada batasan-batasan dan kehendak-kehendak-Nya. Dengan demikian Anda akan terhindar dari jebakan syaitan untuk memasukkan Anda ke dalam golongannya. Maka tetapkanlah diri Anda menolak mentah-mentah bujuk rayu syaitan yang terkutuk. Dalam sebuah riwayat Ibnu Abbas ra berkata, “Pada suatu hari Rasulullah Saw bertanya kepada iblis ‘alaihi la’nah, ‘Berapa temanmu dari kalangan umatku?’ Iblis menjawab, ‘Ada sepuluh golongan, yaitu penguasa yang zalim; orang sombong; orang kaya yang tidak memperdulikan dari mana asal hartanya, juga untuk apa hartanya itu digunakan; ulama yang membenarkan kezaliman pemerintah, pedagang yang curang; penimbun barang (kebutuhan masyarakat); pezina; pemakan riba; orang bakhil yang tidak memperdulikan dari mana hartanya; dan orang yang melanggengkan minum khamr (arak).’ Selanjutnya Nabi Saw bertanya lagi kepada iblis, ‘ Berapa banyak musuhmu dari kalangan umatku?’ Iblis menjawab, ‘Yang menjadi musuhku ada duapuluh golongan, yaitu: engkau Muhammad, karena aku sangat benci kepadamu; orang alim yang mengamalkan ilmunya; orang yang hafal Al-Qur’an dan mengamalkan isinya; muadzdzin yang mengumandangkan adzan shalat lima waktu dengan niat yang ikhlas karena Allah; orang yang mencintai fakir miskin dan anak yatim; orang yang berhati kasih sayang; orang yang menerima penuh kesabaran; pemuda atau pemudi yang giat beribadah; orang yang hanya memakai barang yang halal; dua orang yang saling mencintai karena Allah; orang yang selalu sholat berjamaah; orang yang mau sholat tahajud saat kebanyakan orang terlelap tidur; orang yang mampu memelihara dirinya dari perbuatan dan ucapan yang haram; orang mau menasehati saudaranya sementara hatinya tidak ada tendensi apapun; orang selalu menjaga wudhunya; orang yang dermawan; orang yang berakhlak mulia; orang yang menyakini bahwa rizki itu sudah dijamin Allah; orang yang mau menyantuni janda miskin dan orang yang mau mempersiapkan bekal untuk menyambut kematiannya.’ “ Keterangan di atas merupakan gambaran yang sangat jelas untuk mengadakan perlawanan terhadap syaitan, yaitu Anda tidak menjadi kerabat atau sekutu syaitan, tetapi menjadi musuh-musuhnya yang hebat. Karena itu, maka tetapkanlah diri Anda dalam keadaan tersebut. Apabila syaitan datang kepada Anda untuk mengikuti jejak-jejaknya, maka tolaklah ajakan-ajakannya dengan tegas, dan mohonlah perlindungan kepada Allah SWT. Selanjutnya jadikanlah diri Anda sebagai musuh syaitan yang paling keras. Yakinlah, Allah akan selalu membantu setiap pelawanan Anda dengannya. Tingkatan jihad yang ketiga adalah jihad terhadap orang-orang kafir. Yang dimaksud jihad terhadap orang-orang kafir adalah Anda berjihad terhadap keyakinan, perilaku, dan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkannya. Apabila Anda hendak berjihad terhadap keyakinan sesat, berusahalah dengan sepenuhnya untuk mengesakan Allah tanpa dzat pembanding lainnya. Tampakkanlah pula dalam perbuatan Anda bahwa Allah adalah Dzat yang Esa dan Tidak Berbilang. Lalu serulah setiap orang agar tidak menyekutukan-Nya, tentunya tanpa melakukan kekerasan atau tekanan kepada orang lain. Berjuanglah untuk melawan doktrin-doktrin yang memandang rendah Tuhan, seperti Tuhan digambarkan memiliki anak dan melakukan hubungan intim dengan hamba-Nya. Adapula yang menyatakan bahwa setiap orang mampu menjadi Tuhan apabila dalam waktu tertentu mampu berbuat kebaikan. Bahkan belakangan ini, kerap sekali orang-orang bersuara tentang doktrin-doktrin baru yang malah membingungkan masyarakat. Dan tidak disangsikan lagi, pada masa-masa yang akan datang akan timbul pandangan-pandangan serupa. Saudaraku,... Gelombang kekafiran memang tidak hanya melanda pada era kenabian. Tetapi pada era sekarang kita juga dapat dengan mudah menemukannya. Lihatlah orang-orang yang dengan mudah menyekutukan Allah karena tekanan hidup yang tidak begitu besar. Lihatlah pula bagaimana wujud Tuhan dimaknai sebatas patung-patung manusia berlapis pualam atau emas. Dan kita pun makin tidak bisa menerima ketika di negeri ini masih banyak orang yang menyembah batu, pohon besar, matahari atau benda-benda ciptaan Allah lainnya. Padahal keberadaan benda-benda tersebut seharusnya mampu memberikan kesadaran tentang keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Kenyataan-kenyataan seperti inilah yang mewajibkan seorang muslim berjihad terhadap orang-orang kafir. Selain itu, jihad juga harus dikerjakan untuk memerangi perilaku-perilaku mereka yang bertolak belakang dengan kebaikan Islam, seperti minum minuman keras, berzina, berjudi, berlaku sewenang-wenang, dan perilaku-perilaku yang sejenisnya. Tetapi, pelaksanaan jihad ini juga tidak boleh menyertakan kekerasan atau keinginan membalas dendam atas perlakuan yang kita alami. Ia harus ditampilkan dalam batasan-batasan yang haq, karena susu sebelanga pun akan menjadi rusak karena setetes nila yang jatuh ke dalamnya. Jihad tidak dapat dikerjakan dengan merobohkan tiang-tiangnya. Yang terakhir, jihad terhadap orang kafir juga harus dikerjakan terhadap pengaruh-pengaruhnya kepada kaum muslimin. Mereka menyelipkan ajaran-ajaran yang menyakiti ke dalam ruang budaya, seni, ekonomi dan bidang-bidang yang lainnya. Apabila seorang muslim tidak berhati-hati dengan memegang teguh agama, maka ia akan kesulitan membedakan kemurnian agamanya dengan kesesatan-kesesatan. Melukis telanjang, berpose telanjang, atau beradegan erotis adalah sebagian dari kesesatan-kesesatan tersebut. Dalam bentuknya yang lain, ia juga dapat berupa sistem berpacaran bukan islami atau sistem ekonomi yang berat sebelah. Begitu juga dengan ramainya perzinaan di setiap sudut kota. Ketahuilah, Anda harus berjihad melawannya. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana bentuk perlawanannya, sementara tekanan dari orang-orang kafir sudah sedemikian keras. Ada dua perlawanan yang dapat kita gunakan. Yang pertama, memelihara, menjaga dan melindungi diri Anda, keluarga dan masyarakat Anda dari pengaruh-pengaruhnya. Caranya adalah menetapkan setiap pribadi muslim dalam batasan-batasan Allah secara penuh. Pola ini seperti ketika Anda hendak membangun benteng yang akan melindungi keluarga dan masyarakat Anda. Benteng tersebut harus memiliki pondasi dan dinding-dinding yang kokoh. Ia juga disyaratkan memiliki sistem perlindungan yang baik. Selain itu, yang juga sangat menentukan adalah kemampuan proteksi yang baik dari setiap penjaganya. Apabila perlindungan Anda memiliki sistem seperti ini, maka tidak akan pernah ada satu celahpun bagi orang-orang kafir menanamkan pengaruhnya. Bayangkanlah jika masyarakat muslim di seluruh dunia melakukan jihad seperti ini. Mungkin kekuatan perubahan akan berada di genggaman kita. Tetapi yang terjadi sekarang ini justru sebaliknya. Masyarakat muslim cenderung menganggap remeh semangat jihad terhadap orang-orang kafir. Atau kalau tidak begitu, mereka lebih suka bertentangan, berbeda pendapat, bahkan saling mengecam satu sama lain. Akhirnya, umat Islam tidak dapat melakukan apapun ketika agamanya diserang kecuali tindakan-tindakan reaktif yang sebenarnya jauh dari nilai-nilai Islam. Yang kedua adalah mengenali pola-pola serangan kaum kafir, lalu melakukan serangan balik dengan pola yang sama. Artinya, manfaatkanlah media yang sama dengan media yang mereka gunakan untuk menekan Islam. Dengan demikian, apabila orang-orang kafir menyerang Islam melalui kendaraan politik, maka berjihadlah dengan berpolitik. Apabila orang-orang kafir melemahkan Islam melalui seni dan budaya, maka berjihadlah di bidang yang sama. Apabila orang-orang kafir menekan Islam melalui pendidikan, maka lindungilah Islam dengan pendidikan pula. Demikian juga ketika orang-orang kafir melakukan propaganda terhadap Islam di bidang ekonomi dalam kehidupan Anda. Selain itu, janganlah Anda membatasi lingkaran jihad Anda dengan batasan-batasan tertentu seperti yang sudah disebutkan dia atas, tetapi perluaslah sampai batas yang tidak terhingga. Percayalah, pada masa yang akan datang akan semakin banyak celah atau ruang yang dapat digunakan musuh Islam untuk melemahkan agama ini. Dan itu semua menuntut kita untuk berjihad lebih keras terhadapnya. Tetapi kita pun harus ingat bahwa jihad terhadap orang kafir juga tidak boleh ditampakkan dalam bentuk kekerasan maupun wajah-wajah kebengisan. Karena apapun yang kita lakukan akan selalu menciptakan citra yang buruk terhadap Islam. Tetapi, jika kekerasan tidak dapat dihindarkan lagi, maka janganlah melanggar batasan-batasan-Nya. Sesungguhnya Allah SWT lebih menyukai apabila Islam ditegakkan dengan cara-cara-Nya. Dan Allah pasti akan memberikan balasan yang menggembirakan bagi hamba-Nya yang berjihad terhadap orang-orang kafir dengan kesungguhan hati. Tingkatan jihad yang keempat adalah jihad terhadap orang-orang munafik. Yang dimaksud dengan orang-orang munafik adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran tetapi juga mendustakannya. Pijakannya tidak pernah berada pada tempat yang sama. Sehingga apabila pada pagi hari ia berkumpul dengan orang-orang yang beriman untuk mengingat Allah, maka pada sore harinya ia bersekutu kepada syaitan yang terkutuk. Seperti yang diungkapkan Rasulullah Saw, mereka adalah seburuk-buruknya manusia. Beliau bersabda, “Seburuk-buruk manusia adalah orang yang mempunyai dua muka, mendatangi kelompok yang ini dengan wajah yang satu dan mendatangi kelompok lain dengahn wajah yang lainnya.“ ( Al-Hadits). Dalam kesempatan yang lain Rasulullah Saw juga bersabda, “Yang paling aku takuti atas kamu adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah.” ( HR. Ahmad dan Thabrani ). Ketakutan Rasulullah Saw tersebut merupakan ketakutan umat muslim terhadap agamanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan orang-orang munafik diantara kaum yang beriman sebenarnya merupakan ancaman yang serius. Hal ini berdasarkan beberapa alasan. Yang pertama, orang-orang munafik tidak pernah sepenuh hati memeluk Islam, sehingga ia tidak akan pernah dan tidak akan bisa menguatkannya. Mereka itu seperti lidi yang ketika disatukan dalam satu ikatan selalu mengendur dan melepaskan diri dari ikatannya. Akhirnya lidi itu pun dikeluarkan dari ikatan tersebut karena tidak bermanfat bagi lidi yang lainnya. Begitu pula dengan orang-orang munafik. Ia tidak akan memberikan manfaat atau daya guna kepada perjuangan menegakkan Islam. Ketika Islam menuntutnya berjuang di jalan Allah, maka Anda akan melihatnya berlari menjauh. Hal inilah yang akan melemahkan semangat juang para penempuh jalan lurus yang lainnya. Yang kedua, orang-orang munafik adalah sahabat syaitan yang sangat cerdik. Karena dengan kecerdikannya pula mereka mampu menempatkan diri dalam barisan orang yang beriman dan pada saat yang lain bersenda gurau dengan syaitan. Apabila ia bersama orang-orang yang beriman maka ia tampak sebagai hamba Allah yang baik. Sebaliknya ketika ia bersama syaitan, maka ia akan terlihat sebagai pengikut yang setia. Karena karakter negatif inilah maka kelangsungan jihad menjadi terancam. Berjihad terhadap orang-orang munafik memiliki tiga tujuan. Pertama, berjihad agar Anda tidak menjadi orang munafik. Kedua, berjihadlah agar keluarga Anda tidak menjadi orang yang munafik. Dan ketiga, berjihad agar masyarakat Anda tidak menjadi masyarakat yang munafik. Ketiga tujuan ini hanya dapat dipenuhi apabila Anda senantiasa berada dalam batasan-batasan-Nya. Ingatlah, bahwa sifat dan karakter orang-orang munafik tidak mungkin melekat pada pribadi orang-orang yang beriman. Sehingga solusi terbaik dari permasalahan ini adalah beriman dan bertakwa kepada Allah dengan sepenuhnya. Apabila Anda beriman, maka pada sore hari Anda tidak akan bersekutu dengan syaitan setelah pada pagi harinya Anda memuji Allah. Apabila Anda bertakwa kepada Allah, maka Anda akan membuang keragu-raguan dan bisikan syaitan di hati Anda. Sesungguhnya kelangsungan jihad ini tergantung pada kesungguhan Anda untuk berada pada jalan yang lurus. Ketahuilah, di jalan lurus ini terdapat banyak rambu-rambu yang mengingatkan Anda tentang orang-orang munafik dan keburukannya. Karena itu, berdoalah kepada Allah SWT agar diri Anda, keluarga Anda atau masyarakat Anda agar tidak memiliki salah satu atau seluruh sifat dan karakter orang-orang munafik. Yakinkan kembali dalam diri Anda bahwa Anda harus memenangkan jihad terhadap orang-orang munafik dan pengaruh-pengaruhnya. Saudaraku,... Itulah empat tingkatan jihad yang harus kita penuhi. Tetapi kita juga tidak bisa mengkhususkan diri untuk mengerjakan satu jenis jihad saja tanpa mengerjakan tingkatan jihad yang lainnya. Sebagai contoh, Anda tidak bisa membatasi diri Anda untuk berjihad terhadap diri anda sendiri tanpa mengerjakan jihad terhadap syaitan, orang-orang kafir maupun orang-orang munafik. Keempat tingkatan jihad ini adalah sebuah kesatuan yang utuh, dimana tidak akan lengkap tanpa melibatkan keseluruhannya. Percayalah, apabila Anda menepati keempat tingkatan jihad tersebut, Allah akan memberikan banyak kemudahan kepada Anda. Karena itu, maka bergembiralah saudaraku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar