Senin, 13 April 2009

KEMULIAAN SHADAQAH

Saudaraku,... Ketika Allah memberikan nikmat berlimpah kepada setiap manusia maka pada saat itu juga Allah meminta kita membagikan sebagian nikmat tersebut kepada hamba-Nya yang lain. Dikatakan oleh beberapa ulama, kalau derajat manusia di dunia (kaya dan miskin) tidak menghalangi pemberian nikmat yang adil pada kedua golongan tersebut. Seseorang tidaklah dapat disebut kaya tanpa keberadaan orang yang fakir. Dan seseorang tidak akan disebut miskin, kalau tidak ada orang yang lebih kaya. Intinya adalah orang kaya maupun orang miskin merupakan satu kesatuan, sebagaimana sebuah jembatan yang menghubungkan dua sisi jurang yang dalam. Semakin kuat jalinan tiap-tiap komponennya, maka semakin terjamin pula keamanan orang-orang yang melintas di atasnya. Tetapi apabila semakin renggang jalinan komponen-komponennya, maka siapapun yang melintas di atasnya akan merasa was-was dengan keselamatannya. Orang kaya dan orang miskin harus secara bersama-sama berdiri sama tinggi duduk sama rendah dan mentautkan tangan dengan genggaman yang paling erat menuju keridhaan Allah SWT. Sesungguhnya orang kaya diberikan harta berlimpah agar ia dapat menghilangkan kedukaan dari wajah saudaranya yang miskin. Sesungguhnya orang kaya yang diberikan nikmat yang berlebihan agar ia menegakkan punggung saudaranya yang fakir. Sesungguhnya orang kaya diberikan anugerah yang banyak agar ia menyambung ikatan yang kuat dengan saudaranya yang miskin. Bukankah pada harta yang berlimpah itu terdapat bagian untuk saudara mereka yang miskin? Jadi sungguh kejam apabila sebagian nikmat itu hanya digunakan untuk menggelembungkan perut mereka saja, sementara sebagian yang lain kekurangan makan. Orang-orang seperti itu adalah golongan manusia yang lupa diri. Mereka melupakan asal kejadian dirinya. Bukankah manusia yang kaya itu ketika dilahirkan adalah seorang yang papa? Tidak berbeda dengan manusia-manusia lainnya. Dan harta yang mereka miliki pun sesunggguhnya hanyalah titipan-titipan. Dan Allah SWT dapat mengambil titipan tersebut di manapun dan kapanpun saja tanpa menunggu persetujuan hamba-Nya. Jadi sungguh keliru, kalau banyak manusia menyombongkan diri dengan titipan-titipan tersebut. Allah SWT sebagai pemilik nikmat setiap saat menilai hamba-Nya, apakah mampu bertanggungjawab terhadap titipan-titipan-Nya atau sebaliknya. Sekecil apapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan manusia tidak pernah lepas dari pengamatan Allah. Dan janganlah Anda juga berpikir kalau malaikat pencatat di kedua sisi Anda lalai terhadap tugasnya. Apapun niat yang terbersit di hati Anda seakan terbang di atas kepala, sehingga mereka dapat mencatatnya dengan sangat jelas. Jadi memang tidak ada ruang terbuka maupun ruang yang sempit untuk menghindar dari perhitungan Allah SWT. Kalau Allah sudah mempercayai Anda sebagai pemegang kunci harta dan nikmat-nikmat yang lainnya, maka Allah pun tidak segan meniupkan lebih banyak nikmat-Nya, bahkan lebih banyak dari yang pernah Anda bayangkan. Tetapi jika Allah melihat Anda enggan bersedekah untuk saudara Anda yang fakir, maka Allah pun sungkan menitipkan hartanya kepada Anda lebih banyak lagi. Bahkan harta yang dititipkan kepada Anda akan diminta-Nya kembali. Allah memiliki banyak cara untuk mengambil nikmat-nikmat tersebut, entah dengan memberikan sebuah musibah yang membuat Anda kehilangan kebahagiaan. Atau dengan memberikan Anda sebuah penyakit yang membuat Anda dan keluarga Anda tidak dapat menikmati kesenangan dengan harta tersebut. Allah SWT memiliki banyak cara untuk mengambil harta yang Anda banggakan, dan biasanya hal ini tidak pernah disadari kecuali musibah itu telah menghampiri hidup Anda. Lalu Allah SWT akan memberikan nikmat-nikmat tersebut kepada hamba-Nya yang dapat dipercaya, jujur dan amanah, agar fakir miskin pun merasakan kasih sayang Allah SWT. Dalam sebuah riwayat diceritakan, Hasan dan Husein berkata kepada putra paman mereka, Abdullah bin Ja’far : “Anda terlalu berlebihan dalam menyedekahkan harta.” Abdullah bin Ja’far menjawab, “Allah SWT biasa memberikan anugerah-Nya kepadaku, maka aku pun harus menyampaikan kebiasaanku memberikan hadiah kepada hamba-hamba-Nya. Sebab aku khawatir bila aku menghentikan kebiasaanku itu, Allah pun akan menghentikan kebiasaan-Nya memberikan anugerah-Nya kepadaku.” Diriwayatkan oleh Abu Darda ra, Rasulullah Saw bersabda, “Matahari tidak terbit melainkan disampingnya ada dua malaikat yang berseru dan dapat didengar oleh semua penghuni bumi, kecuali jin dan manusia, (dimana keduanya berseru), “Wahai manusia, segeralah menuju Tuhan. Sesungguhnya sedikit dan mencukupi itu lebih baik daripada banyak tetapi bisa membuat lupa diri. Kedua malaikat itu berdo’a , “Ya Allah, berilah ganti dengan segera bagi orang yang membelanjakan hartanya dan binasakanlah dengan segera orang menahan (kikir atas ) hartanya.” Kalau di lingkungan Anda terdapat seorang manusia yang berlimpah harta kemudian mendadak menjadi fakir atau hartanya yang berlimpah tidak mampu mencukupi kebutuhannya, mungkin ia enggan mengeluarkan shadaqah atas sebagian hartanya. Begitu juga apabila di lingkungan Anda terdapat orang yang fakir yang tiba-tiba berlimpah harta atau hartanya yang sedikit mampu mencukupi kebutuhannya, maka mungkin ia mampu menyedekahkan hartanya yang sedikit. Begitulah kalau Allah menghendaki kebaikan bagi orang-orang yang dicintai-Nya. Ukuran kekayaan seorang manusia tidak terletak pada jumlah kekayaannnya, tetapi kerelaan menerima apa yang telah tergenggam di tangan. Seorang manusia yang enggan bershadaqah adalah orang yang ketakutan kehilangan harta tersebut. Dan karena ketakutan-ketakutan itulah seorang hartawan tidak pernah merasa kaya dengan hartanya. Tetapi tidak semua manusia memiliki batasan-batasan yang sama dengan batasan Allah. Kalau Allah lebih menyukai pola hidup yang lebih sederhana tanpa meningggalkan penghargaan terhadap pribadi dan keluarga, sebaliknya manusia lebih mengakrabkan diri dengan kesenangan pada kemewahan dan hal-hal yang sedikit manfaatnya atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali. Ketika satu kebutuhan terpenuhi, maka ia akan menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru yang lainnya. Tetapi kebanyakan kebutuhan-kebutuhan baru itu bukanlah sesuatu yang penting. Ketika Anda diberi kecukupan dengan sedikit nikmat, sebaiknya Anda bersyukur kepada Allah karena banyak saudara Anda yang tidak mampu bersyukur dengan nikmat yang banyak. Sehingga mereka pun tidak pernah merasa kaya sementara Anda menjadi kaya dengan harta yang sedikit. Anda harus mendekatkan batasan-batasan Anda kepada batasan-batasan Allah yang sudah ditentukan bagi setiap hamba-Nya. Anda harus menyukai hidup sederhana sebagaimana Allah dan utusan-Nya juga menyukainya. Dan bershadaqahlah, agar Anda senantiasa kaya, baik dengan harta yang sedikit maupun berlimpah. Abu Dzar Al-Ghiffari menerangkan bahwa di dalam shadaqah itu terdapat sepuluh kebaikan, lima kebaikan di dunia dan lima kebaikan lainnya di akhirat, yaitu membersihkan harta, membersihkan badan dari dosa, menolak musibah dan penyakit, menggembirakan orang miskin, membawa berkah dalam harta dan melapangkan rezeki, menjadi pelindung dari panas api neraka, meringankan hisab, memberatkan timbangan, memperlancar melewati sirath dan menambah derajat di surga. Tidakkah Anda menjadi bergairah bershadaqah mendengar penjelasan sahabat Rasulullah Saw ini? Diriwayatkan pula oleh Aisyah ra, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Dermawan (suka memberi itu) adalah pohon yang batangnya berada di surga dan dahan-dahannya menjuntai ke dunia. Oleh karena itu, barang siapa yang berpegang pada dahan itu, maka ia akan ditarik ke surga. Sedangkan kikir adalah suatu pohon yang batangnya berada di Neraka dan dahan-dahannya menjuntai ke dunia. Oleh karena itu, barangsioapa yang berpegang pada dahan itu, maka ia akan ditarik ke neraka. Dalam sebuah hikayat diceritakan suatu ketika Nabi Isa as melewati sebuah desa dan di desa tersebut terdapat seorang penatu. Kemudian beberapa penduduk desa itu mengeluh, “Wahai Isa, tukang penatu itu sering merobekkan pakaian kami lalu menahannya. Maka doakanlah agar ia tidak bisa membawa bungkusan itu ke rumahnya.” Nabi Isa lalu berdo’a, “Ya Allah, semoga ia tidak bisa membawa bungkusan pakainan itu ke rumahnya”. Tidak lama kemudian tukang perahu itu pergi untuk mengambil pakaian dari para pelanggannya dan membawa tiga potong roti. Kemudian seorang ahli ibadah yang biasanya beribadah di gunung datang dan memberi salam kepada tukang penatu itu seraya bertanya, “Apakah kamu mempunyai roti untuk diberikan kepadaku atau kamu cukup memperlihatkan roti itu kepadaku, agar aku bisa mencium baunya, karena telah sekian lama tidak memakan roti.?” Tukang penatu itu memberikan sepotong roti kepada ahli ibadah. Maka ahli ibadah itu berkata, ”Wahai tukang penatu, semoga Allah mengampuni dosamu dan membersihkan hatimu.” Tukang penatu itu memberikan sepotong rotinya dan ahli ibadah itu berkata, “Wahai tukang penatu, semoga Allah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang.” Dan ketika tukang penatu itu memberikan rotinya yang ketiga, ahli ibadah itu berdo’a, “Semoga Allah membangunkan istana untukmu di surga.” Kemudian sore harinya tukang penatu itu kembali lagi dengan selamat. Nabi Isa as lalu bersabda, “Panggillah dia ke sini.” Setelah tukang penatu itu datang menghadap, Nabi Isa as bertanya, “Wahai tukang penatu, aku ingin tahu apa yang kamu kerjakan hari ini.” Ia menjawab, “Saya didatangi oleh yang suka beribadah di gunung itu untuk meminta makanan, maka saya beri tiga potong roti. Setiap saya beri sepotong roti, ia mendoakan saya.” Nabi bersabda, “Berikanlah kepadaku bungkusan yang kamu bawa itu, aku ingin melihatnya.” Kemudian ia menyerahkannya. Beliau langsung membukanya dan di dalamnya terdapat ular hitam yanag mulutnya diikat dengan tali besi. Kemudian Nabi Isa as bersabda, “Wahai ular hitam, bukankah kamu yang diutus untuk mencelakakan orang ini.” Ular itu menjawab, “Benar wahai Nabi Allah, tetapi ketika ia didatangi seseorang yang biasanya beribadah di gunung itu dan meminta makanan kepadanya, ia memberinya. Pada setiap potong roti yang ia berikan, ahli ibadah itu senantiasa berdo’a untuk kebaikan tukang penatu itu dan malaikat mengaminkannya.” Kemudian Allah Ta’ala mengutus malaikat untuk mengekang mulutku dengan tali besi. Nabi Isa as bersabda, “Perbaikilah tingkah lakumu, dosa-dosamu telah diampuni karena berkah sedekahmu kepada ahli ibadah.” Sungguh luar biasa penjagaan dan pemeliharan Allah SWT terhadap orang-orang yang memberikan sebagian hartanya kepada saudaranya yang membutuhkan. Allah menjaganya dari bahaya maupun kesulitan hidup yang dihadapi sekarang maupun pada masa yang akan datang. Pernahkah Anda mendengar tentang orang yang jatuh miskin karena rajin bershadaqah? Sama sekali tidak ada bukan. Yang akan selalu Anda dengar adalah banyaknya keberuntungan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang membagi sebagian kebahagiaannya kepada orang lain. Muhammad Saw bersabda, “Orang yang mengusahakan bentuk (infak) bagi para janda dan kaum kafir miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat yang sholat malam tanpa lelah (jenuh) dan ibarat yang berpuasa dan tidak pernah berbuka.” (HR. Bukhari). Dalam kesempatan yang lain Rasulullah Saw bersabda, “Kedermawanan adalah sifat paling mulia yang menghiasi manusia dan paling indah pengaruhnya di masyarakat dan dipuji umat sepanjang zaman.” (Al-Hadits). Saudaraku,... Percayalah, dalam shadaqah tidak pernah ada keburukan. Untuk bershadaqah kepada kerabat Anda juga tidak harus kaya. Anda bisa memberikan senyuman yang menenangkan hatinya. Anda juga bisa bershadaqah dengan sedikit kebahagaiaan yang Anda terima. Jika Anda memiliki makanan berlebihan, Anda dapat bershadaqah dengannya. Kekuatan shadaqah adalah kekuatan berbagi dengan manusia yang lain, bukan mengenai nilai shadaqah yang diberikan. Karena itulah, perintah bershadaqah berlaku untuk seluruh manusia, baik kaya maupun miskin. Maka bershadaqahlah, saudaraku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar