Jumat, 17 April 2009

ISLAM DAN PERGAULAN LAWAN JENIS

Saudaraku,… Kehidupan di dunia menuntut kita untuk menciptakan hubungan-hubungan yang baik dengan semua makhliuk-Nya, baik itu kepada binatang, tumbuh-tumbuhan maupun kepada sesama manusia. Berhubungan baik kepada binatang berarti tidak menelantarkan binatang tersebut dalam kesusahan-kesusahan yang akan mengantarkannya kepada kematian. Apabila binatang peliharaan Anda tidak mendapat perlakuan yang baik, maka binatang tersebut tidak akan memberikan kesenangan-kesenangan kepada Anda. Berhubungan baik kepada tumbuh-tumbuhan berarti Anda menjaga eksistensinya di dunia sehingga ia mampu mencegah bumi dari banyak kehancuran. Bukankah sebagian besar musibah yang menghampiri dunia ini diciptakan oleh kelengahan-kelengahan manusia untuk menjaga, melindungi, dan memelihara kelangsungan hidupnya? Sedangkan berhubungan baik dengan sesama manusia berarti Anda tidak menciptakan kemungkaran, kebencian, dan permusuhan terhadap manusia yang lain. Termasuk dalam hal ini adalah menciptakan pergaulan yang baik antara laki-laki dan perempuan. Kita akan berbincang sebentar bagaimana mensinergikan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam bingkai Islam. Berkaitan dengan hal ini Allah SWT telah berfirman, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat :13). Ayat di atas memberi penegasan bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan bertujuan agar keduanya saling mengenal. Dan aktifitas saling mengenal ini tidak akan berlangsung baik tanpa adanya pengertian diantara keduanya. Seringkali dikatakan bahwa kedudukan laki-laki lebih tinggi daripada wanita. Pemikiran inilah yang kemudian ditafsirkan secara keliru oleh sebagian saudara kita dalam menciptakan pola pergaulan dengan lawan jenis. Sehingga yang kemudian timbul adalah tekanan-tekanan terhadap wanita, baik itu secara fisik atau psikis oleh laki-laki. Selanjutnya sudah dapat ditebak, bahwa pergaulan ini kemudian mengantarkan kita pada bentuk-bentuk hubungan laki-laki dan perempuan yang menjauhi Islam. Di dalam Islam sendiri, nilai penghargaan tidak ditentukan pada jenis kelaminnya, tetapi berdasarkan kualitas keimanannya. Seorang laki-laki tidak secara otomatis masuk surga lebih dahulu daripada wanita karena kelaki-lakiannya. Dan seorang wanita juga tidak akan masuk surga terakhir kali karena kewanitaannya. Allah SWT hanya memperhitungkan kualitas iman dan takwa yang melekat diantara keduanya. Kebanyakan saudara kita ketika duduk dengan seorang wanita, berkenalan dengan seorang wanita, atau berpergian dengan seorang wanita, tidak membawa agamanya. Pertanyaannya adalah apakah Islam tidak sesuai dengan pergaulan kita atau sebaliknya, pergaulan kitalah yang tidak sesuai dengan Islam. Dan siapakah yang harus menyesuaikan diri dengan yang lainnya? Apabila Islam yang harus menyesuaikan diri dengan pola pergaulan yang kita kehendaki, maka tunggulah saat kehancuran itu tiba. Pada saat itu tidak jelas lagi bagaimana wujud kebenaran dan tidak jelas pula jalan-jalan lurus yang harus ditempuh. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya’; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nuur : 30-31). Ayat ini menunjukkan beberapa hal yang harus dipenuhi agar kita mampu menciptakan pergaulan yang baik dengan lawan jenis. Diantaranya adalah: Yang pertama, menahan pandangan. Yang dimaksud menahan pandangan bukanlah meniadakan kontak visual dengan sesama manusia, tetapi membatasi kontak visual yang dilakukan dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Tujuannya adalah agar manusia tidak terjebak dalam kesenangan sesaat yang seringkali membahayakan dirinya. Karena apabila setiap pandangan dibebaskan, maka hawa nafsu duniawi akan bermain diantaranya. Ia akan mengajak manusia kepada kesenangan dunia dan keindahan-keindahannya. Sementara salah satu keindahannya adalah wanita. Hawa nafsu harus dikekang dengan memposisikan diri kita untuk menjunjung kehormatan wanita. Sebagian besar kaum lelaki masih memandang wanita dengan pandangan penuh nafsu dan keinginan untuk merendahkannya. Apabila Anda memandang wajah dan tubuh lawan jenis Anda, maka pandanglah ia satu kali saja. Hindarkan diri Anda untuk memandang dirinya secara berlebihan (terus-menerus). Dan yang lebih berbahaya lagi, apabila bagian tubuh yang Anda pandang merupakan bagian tubuh wanita yang sensitif. Sesungguhnya, dalam pandangan-pandangan itulah tersimpan seribu syaitan yang membujuk Anda kepada perbuatan-perbuatan yang tidak disukai Allah SWT. Menahan pandangan kepada lawan jenis yang bukan muhrim sebenarnya memiliki banyak kebaikan. Di sana terdapat banyak petunjuk menuju penghargaan Allah yang tinggi. Di sana juga terdapat penghargaan manusia kepada manusia-manusia yang lainnya. Maka jemputlah penghargaan-penghargaaan itu dengan mengendalikan semua pandangan ke dalam cermin kebaikan. Yang kedua adalah memelihara kemaluan. Yang dimaksud memelihara kemaluan adalah menjaga, memelihara, dan melindungi kemaluan dari hal apapun juga yang tidak dikehendaki Allah SWT dan utusan-utusan-Nya. Perintah untuk memelihara kemaluan pada dasarnya memiliki dua pengertian. Pengertian pertama yaitu menjaga kebersihan dan kesehatannya dari penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan. Karena pada area kemaluan tersebut mudah sekali dihinggapi kuman-kuman penyakit yang dapat merugikan kita sendiri. Dan salah satu bentuk ketidakbersyukuran kita kepada Allah adalah ketidakmampuan kita untuk memelihara dan melindunginya dari penyakit-penyakit tersebut. Sedangkan pengertian yang lainnya menyebutkan, memelihara kemaluan adalah menempatkan fungsi kemaluan tersebut kepada jalur-jalur yang sudah ditetapkan Allah SWT sebagai sebuah kebenaran. Disini mengandung pengertian bahwa pemakaian ataupun penggunaan kemaluan tidak boleh menyimpang dari garis agama Islam. Karena disanalah tersimpan banyak kebaikan. Timbulnya kasus aborsi, pemerkosaan, maupun hubungan seks bebas telah menunjukkan kepada kita bahwa sebagian masyarakat ini belum mampu mengendalikan kemaluannya dengan baik. Dan akibatnya adalah terjadinya epidemik IMS (Infeksi Menular Seksual) maupun HIV/AIDS, meskipun tidak semua penderita HIV/AIDS adalah pelaku penyimpangan seksual. Kelemahan untuk memelihara kemaluan akan menciptakan sistem atau pola pergaulan yang tidak sehat. Pergaulan ini sangat disukai syaitan dan ia akan membuatnya lebih parah. Padahal seperti sudah diperingatkan oleh Allah SWT bahwa ia adalah musuh yang nyata bagi manusia. Tetapi apabila kita mampu memposisikan kemaluan kita di dalam kehendak-Nya, maka berbahagialah. Karena Allah akan memberi kebahagiaan kepada Anda. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina ;sesungguhynya zina itu adalah suatu perbuatan keji. Dan suatu perbuatan yang buruk.” (QS. Al-Isra’ : 32). Peringatan Allah untuk tidak mendekati zina sebenarnya merupakan solusi terbaik untuk menciptakan pergaulan yang Islami. Di dalamnya terdapat upaya interaksi antara laki-laki dan perempuan, baik muhrim maupun non muhrim dalam koridor yang benar. Sehingga tidak dibenarkan apabila interaksi-interaksi tersebut dilakukan dengan memandang rendah dan melecehkan satu dengan yang lainnya. Demikian pula apabila interaksi-interaksi tersebut keluar dari batasan-batasan Islam. Apabila kekhawatiran itu terjadi, maka sesungguhnya umat ini sedang mengalami sebuah bencana. Yang ketiga adalah tidak berlaku sombong. Pada dasarnya hubungan laki-laki dan perempuan adalah sebuah hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Keberadaan seorang laki-laki akan menguatkan keberadaan seorang perempuan. Demikian pula sebaliknya, keberadaan seorang perempuan juga akan menguatkan keberadaan seorang laki-laki. Tidak diperbolehkan satu diantara keduanya melemahkan yang lainnya. Seorang laki-laki sebagai kepala keluarga tidak akan mampu melakukan fungsinya dengan sempurna tanpa peran serta istrinya, bahkan seringkali dikatakan bahwa dibalik kesuksesan seorang laki-laki terdapat peran serta seorang perempuan yang luar biasa. Sebuah pergaulan mutlak membutuhkan toleransi yang tinggi. Dan sebuah toleransi tidak pernah memberikan ruang bagi kesombongan walaupun hanya sebesar lubang jarum. Sebaik apapun pergaulan itu apabila terdapat keinginan untuk membanggakan diri maka lama-kelamaan akan menjadi rapuh. Yang miskin tidak boleh merendahkan dirinya karena kemiskinannya, dan yang kaya tidak boleh memandang rendah orang lain dengan kekayaannya. Hal ini berlaku pula untuk laki-laki dan perempuan. Laki-laki tidak boleh menyombongkan hartanya ketika bergaul atau berhubungan dengan seorang perempuan. Perempuan juga tidak diperkenankan membangga-banggakan perhiasan untuk menarik lawan jenisnya. Apabila pergaulan dengan lawan jenis memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada sesama manusia, maka ia (pergaulan) akan mendapatkan bentuknya yang paling sempurna dan tentu saja ia akan mendapatkan curahan kasih sayang Allah SWT yang berlimpah. Saudaraku,… Ketiga hal yang disebutkan di atas harus dapat terwadahi dalam pola pergaulan kita. Selain itu jika Anda meyakini bahwa kebenaran Islam itu baik dan indah, maka nyatakanlah kebaikan dan keindahannya ketika berhubungan dengan lawan jenis Anda. Berikanlah hak-haknya dengan wajar. Biarkanlah ia mengerjakan kewajibannya yang harus dipenuhi. Janganlah Anda meremehkan dirinya ketika berada di jalan, ketika berada di bus kota, ketika berada di pasar, atau ketika Anda sedang bekerja atau bahkan ketika Anda sedang balajar di sekolah. Janganlah Anda merendahkan diri Anda sendiri maupun lawan jenis Anda dengan cara yang buruk, karena kita semua adalah pewaris semesta ini. Sehingga sungguh tidak layak kalau hidup ini dikotori dengan perilaku-perilaku tersebut. Bukankah Rasulullah Muhammad Saw adalah sebuah pribadi yang sangat memuliakan wanita ? Bukankah tidak sedikit pula ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan penghormatan kepada perempuan? Apabila Rasulullah Muhammad Saw saja menempatkan wanita pada kedudukan yang terhormat, mengapa kita tidak bergegas berbuat yang serupa. Atau Anda berpikir bahwa kata-kata Anda lebih bermakna daripada Al-Qur’an! Saudaraku,… Apabila Anda merasa lebih baik daripada utusan Allah SWT tersebut, silahkan lakukan apa saja yang Anda inginkan. Tetapi jika sebaliknya, maka tidak ada hal yang lebih baik selain bersikap baik kepada para perempuan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad Saw dan pendahulu-pendahulu Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar